Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba...
"Pak Woojin udah di gerbang!"
"Gila gila gila."
"Ganteng ya?... tapi sifatnya setan..."
"Wah, bisa nambah aib bapak nih."
"Ya Tuhan, jauhkanlah hambamu ini dari setan lokal."
"Hush! Diem semuanya bapak kesini!"
Dan dengan begitu saja, keberadaan Woojin yang mendekati mereka membuat semuanya terdiam.
"Halo anak-anak, udah lama ga ketemu!" Woojin memberikan senyum terbaiknya, tapi alangkah baiknya jika senyuman itu tidak dipaksakan.
Woojin melewati gerombolan murid-murid, begitu dia membelakangi gerombolan itu wajah cerianya berubah menjadi datar dan sinis begitu saja. Pak Woojin melangkah menuju kantor sekolah, dan begitu dia sudah cukup jauh dari para murid, mereka kembali berbicara di belakangnya.
"Gilak, keliatan bet senyumnya dipaksa."
"Iya sih, walaupun manis gitu..."
"Takut gue dekat-dekat sama bapak."
"Jauhin aja yang gaada urusan sama pak Woojin, kan dia kesini cuma mau liat-liat ekskul lukis ama fotografi?"
"Oh iya bener juga..."
"Udah ah, kuy bubar!"
Gerombolan murid-murid itu terpecah, dan mereka kembali ke kegiatan masing-masing.
"Denger ga? Pak Woojin udah dateng..." Kata Jeongin, begitu dia menengok ke sebelah kanannya, dia melihat ekspresi kakak kelasnya itu memucat.
"Iya... gimana nih?" Felix membalas tatapan Jeongin dengan khawatir, bagaimana jika rencana mereka tidak berhasil? Apa yang akan terjadi?
"Tenang kak Felix, mereka bakalan berhasil kok! Gaada yang bakal dibawa pulang sama pak Woojin..."
Jeongin menepuk-nepuk punggung Felix dengan lembut, berusaha menenangkannya. Felix mendesah berat, dia mengangguk kecil lalu membiarkan Jeongin menggenggam tangannya, menyeretnya ke tempat dimana teman-teman lainnya berada.
Kedua remaja itu berjalan menuju aula sekolah, mereka ingin menemui teman-teman mereka yang sedang menyiapkan sesuatu yang harapannya akan membuat pak Woojin pindah ke sekolah lain.
Beberapa waktu berlalu dan kedua remaja itu telah sampai di aula. Jeongin membuka pintu aulanya, dan menampakkan teman-teman mereka yang sibuk menyiapkan semuanya.
"Apa..." Mulut Felix ternganga, matanya membolak dengan pemandangan di depannya.
"I-ini..." Jeongin ikutan membolak, lalu melirik ke Felix untuk melihat reaksinya.
Kecewa.
"Apa-apaan ini!?" Teriak Felix, suaranya bergetar di beberapa kata, membuat teman-temannya yang sibuk mengganti perhatian mereka ke anak freckles itu.
"Felix, diam!"
"Kau ingin aku diam melihat ini!?"
"Oke oke, jadi pameran kecil adalah rencananya—"
"Darimana ini jadi pameran!?"
Changbin melangkah mendekati Felix, tatapannya menjadi serius dan itu membuat Felix sedikit takut.
"Denger, Lix. Kami tahu ini ga kayak yang lo harapkan, tapi teneng aja, berhasil kok ini—"
"Maksudnya? Kemarin-kemarin bilangnya mau bikin pak Woojin puas gitu terus cari sekolah lain?" Balas Felix, dia bersyukur dia tidak terbata-bata saat itu juga.
YOU ARE READING
Shrimp on the Barbie || Chanlix
FanfictionFelis hanya seorang manusia biasa yang bosan akan hidupnya... Namun, Tuhan merencanakan sesuatu untuk bocah itu kedepannya. Siapa sangka Felix dapat bertemu dengan seorang werewolf? {}Indonesian{} 🎃 ⚠(NO DISNEY HERE, GET OUT KIDS) 🎃 [I've warn you...