Lima hari sudah lewat, bisa dibilang Felix sudah bersamanya lebih dari tujuh hari dan itu sudah membuatnya cukup frustasi, apalagi kalau sebulan?
Felix sekarang duduk di kursi kelasnya, mencatat hal-hal tidak penting. Contohnya, Chan...
Entah sejak kapan rasanya Felix terus-menerus menulis hal-hal yang dilakukan Chan bahkan sampai hal-hal kecil dia akan menulisnya, entah apa karena jaga-jaga atau karena rencananya tidak berjalan sama sekali.
Beberapa hari yang lalu Felix sadar bahwa Chan tidak menanggapinya jika Felix ingin bertanya tentang hal personal, memang tidak sopan untuk menanyakan sesuatu seperti itu tiba-tiba dengan orang asing, tapi ini rencana hidup kebebasan Felix, dia harus berbuat sesuatu.
Selama pelajaran, Felix tidak bisa fokus, dia sibuk memikirkan Chan, Chan, Chan, dan Chan, hanya itu yang ada di pikirannya sekarang.
"Lix, serius amat?" Seungmin di sebelahnya mulai khawatir dengan Felix.
Tentu saja, Felix terlihat begitu tegang begitu menulis semua hal tentang Chan di buku diary yang ia bawa ke sekolah.
Selain itu, Felix sekarang suka sering nge-blank disaat ada orang yang menanyakan sesuatu kepadanya.
"Hei!..." Seungmin menepuk paha Felix sekedar untuk menyadarkan temannya itu.
Felix merespon dengan mengangkat kepalanya dengan cepat, dia lalu melirik ke Seungmin dengan polos.
"Nulis apa sih!?" Seungmin berbisik sekecil mungkin agar guru tidak menyadarinya.
"Gapapa, ga penting!" Felix berbisik.
"Kalo ga penting ga usah di catat! Fokus sana pelajaran!"
Felix hanya menatap Seungmin heran, dia lalu menutup diary-nya dan mengeluarkan buku catatan materi, dan mulai mencatat apa yang ada di papan tulis.
"Gitu baru bagus!..." Seungmin mengacungkan jempolnya, tetap dengan bisikannya.
Mereka menghabiskan satu jam dengan pelajaran sosial budaya, yang kelasnya lumayan seru.
Bel istirahat berbunyi, semua anak di kelas berlomba-lomba ke kantin untuk mengisi perut lapar mereka.
Felix menaruh bukunya kedalam laci di bawah mejanya untuk sementara, dia lalu segera menyusul Seungmin, Jisung dan Minho yang menunggu di luar.
Di lorong, mereka berempat mengobrol tentang kemah nanti yang akan datang bulan depan.
Terutama Jisung, dia suka alam. Dia tidak sabar untuk kemah, ini akan menjadi kemah keduanya di masa SMA.
"Nanti kita kabur dari tenda yuk?"
"Sadar ga sih kalau aku itu ketua kelas yang bisa lapor kapan aja?"
Seungmin membuat Minho terdiam, dan berdecak kecil. Dia suka sekali menjadi anak savage begini dengan anak tertua.
"Oh! Jeongin!" Seru Jisung, melambaikan tangannya terhadap anak yang berdiri di tengah lorong bersama kawanannya.
Jeongin membalas dengan senyuman. Dia pamit dengan teman sekelasnya dan menyusul keempat remaja itu.
"Jeongin ikutan kantin?" Tanya Felix.
Jeongin mengangguk dan berkata ia cukup lapar, jadi dia memutuskan untuk ikut. Sekalian ingin menghabiskan waktu istirahatnya dengan kakak kelasnya.
"Oh! Jeongin tau Chenle ga?" Seungmin tiba-tiba bertanya, dan langsung disusul dengan anggukan oleh Felix.
"Chenle suka geming ya!?" Felix berbinar-binar.
Jeongin menatapnya sebentar lalu membalas dengan anggukan dan senyuman tipis, "Iya, Chenle anaknya juga baikan, dia juga anak kaya."
YOU ARE READING
Shrimp on the Barbie || Chanlix
Fiksi PenggemarFelis hanya seorang manusia biasa yang bosan akan hidupnya... Namun, Tuhan merencanakan sesuatu untuk bocah itu kedepannya. Siapa sangka Felix dapat bertemu dengan seorang werewolf? {}Indonesian{} 🎃 ⚠(NO DISNEY HERE, GET OUT KIDS) 🎃 [I've warn you...