Everyone Change, Eventually

187 35 0
                                    

Sinar matahari masuk melewati sela-sela jendela kamar, membuat dua lelaki itu harus membuka mata mereka.

Suara burung bagaikan nyanyian merdu di pagi hari, ditambah lagi tetesan air dari wastafel dapur yang menggema.

Kebetulan si bocah freckles itu libur tiga hari berturut-turut, jadi kemarin dia menyempatkan diri menyelesaikan gamenya sampai bergadang semalaman. Tapi, tidak hanya dia, teman serumahnya juga ikutan bergadang. Akan tetapi, temannya itu sudah terbiasa bergadang, bahkan dia masih tidak bisa tertidur bila tengah malam, makanya dia suka memeluk agar dapat membantunya tidur cepat.

"Ugh..." Yang termuda duduk di tempatnya, sambil membenarkan posisi, dia menggungcang tubuh tertua dengan lemah.

"Kit..." Sahutnya lembut, namun tidak ada jawaban.

"Kit, bangun, sudah pagi..." Felix mengguncangnya lebih keras.

"Apa hubungannya denganku?"

"Bukannya kau ingin cari kerjaan?"

"Aku menyuruhmu yang mencarinya."

"Benar, tapi aku ga mau nyari sendirian...."

"Uuurghh..." Chan memaksa dirinya bangun, tapi hanya sebatas duduk.

Sambil mengusap wajahnya kasar, dia teringat akan sesuatu.

"Jadi, apa aku cocok dengan sesuatu?"

Chan bertanya dengan nada lemah. Biasa, orang bangun tidur ya gini, masih ngumpulin nyawa.

"Hmm, entahlah, sudah pernah kerja apa aja?"

"Pas di Aussie aku dibiayai, jadi tidak punya pengalaman banyak..." Pikir Chan.

"Oh, aku bisa bikin kopi!" Yang tertua menjentik jarinya, membuat Felix mengangguk setuju karena kemarin kopi buatan Chan memang enak.

"Oke, akan kucarikan kafe yang bagus untukmu."

"Lah? Nyari sendiri? Jadi untuk apa aku dibangunin?"

"Gapapa, iseng aja."

"You little..."

Chan mengambil bantal dan menghantamkannya tepat ke wajah Felix, membuat bocah itu tertawa jahil.

"Tunggu, bagaimana kau akan mencarinya?"

"Oh, tenang aja. Aku punya caraku sendiri, nanti aku pergi cari dengan Jeongin."

Raut muka Chan berubah seketika, Felix yang menyadarinya hanya tersenyum bingung.

"Why? What's wrong?" Tanya Felix, sedikit khawatir. Ekspresi Chan gampang ditebak, bahkan seekor kucing pun tahu apa dia marah atau ngambek. Kenapa? Karena telinga serigalanya akan menurunkan dan ekornya melemas.

"Nothing..." Gumam Chan, mengalihkan pandangannya dari Felix.

"No, there's something. What is it?" Tanya Felix lagi, kali ini dia serius.

Chan hanya menatapnya, lalu kembali mengalihkan pandangannya. Setelah mendesah cukup panjang, itu tentu saja menyadarkan Felix bahwa temannya lagi ngambek.

"Temenmu yang lain gaada yang bisa berikan tumpangan gitu?" Tanya Chan.

"Hmm, Changbin mungkin? Dia juga naik motor—"

"Selain... motor?"

"Uhh..." Felix terlihat berpikir sebentar,

"Sebenarnya ada sih, yang bisa pake mobil, tapi cuman ada satu."

"Dia teman dekatmu?"

"Uhh, lumayan dekat?"

"Apa maksudmu dari lumayan dekat?"

Shrimp on the Barbie || ChanlixWhere stories live. Discover now