Day 4

35 8 29
                                    


🍁🍁🍁

Mark mengerjapkan matanya tatkala cahaya di rasa menembus matanya, tangannya reflek memegang sesuatu yang tertempel di kening nya itu, sepersekian detik kemudian ia memangkap sesosok gadis itu di depannya, terduduk di lantai dengan kepala menelungkup dan tangan yang bertumpu pada meja kecil, tertidur.

"Haish, apakah aku kambuh lagi."

"Dia merawatku? Kenapa aku malah merepotkannya."

Gerutu nya pelan, tak berniat membangun kan gadis tersebut.

Mark berdiam di tempatnya, sambil menatap gadis itu lekat.

Drrtt.

Drrtt.

Mark melirik jengah, handphone gadis itu berbunyi. Ia kembali ke posisi semula.

🍁

Drrtt...

Orel terbangun saat mendengar suara handphone itu. Ia berdiri dan mengambilnya di nakas dekat kasur lalu pergi ke balkon luar untuk mengangkatnya.

"Hallo Ge, ada apa?"

"Sudah bangun?"

Orel mengangguk, "Hm"

"Tante Anya nelponin gue terus tuh, anaknya gapernah ngabarin katanya."

Orel melihat riwayat panggilannya dan juga beberapa pesan yang belum ia baca. Ia mengusak matanya pelan.

"Semalam batre gue lowbat, Ge."

"Yasudah, jangan lupa kabarin. Kasian kan nyariin."

"Hm, Makasih Ge."

"Bagaimana konsernya?" tanyanya lagi.

"Seru banget, salah banget lo gak ikut Ge." Orel terkekeh kecil ketika mendengar dengusan kecil dari lawan bicaranya itu.

"Jangan lupa oleh-oleh, yang paling spesial." gerutu nya kesal.

"Iya-iya, bawel."

"Dah sana mandi, pasti belum mandi."

"Hm."

"Bye."

"Bye,"

Orel menurunkan tangannya dan mulai membalas pesan dari ibunya, mau di telepon balik pasti sudah tidur.

Setelahnya ia tersenyum sambil melihat suasana pagi ini, langitnya cantik.

Ketika Orel berbalik, Mark sudah bertengger pada pintu kaca melihatnya lalu tersenyum menghampiri Orel.

"Apa aku membangunkan mu?" tanya Orel, Mark menggeleng pelan.

"Apa demam mu sudah membaik?" tanya gadis itu lagi.

Mark reflek menempelkan punggung tangannya pada kening, lalu leher kanan-kiri nya.

"Sepertinya sudah."

Orel mengangguk paham, lalu tersenyum lagi. "Syukurlah,"

Mark bersandar pada besi balkon, lalu ikut menatap langit pagi bersama.

"Makasih sudah merawatku, maaf merepotkanmu."

"Hm, tidak merepotkan sama sekali."

Mark tak melepas fokus dari gadis itu, "Siapa namamu?"

Hal yang di lewatkannya dari semalam adalah nama gadis itu, bagaimana bisa sampai pagi begini baru menanyakannya.

"Aurellia, panggil saja Orel."

Maple On You [✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang