Day 2

43 7 18
                                    


🍁🍁🍁

Orel berdiri di seberang jalan sambil menjawab telepon dari seseorang. Wajah sembabnya tersamarkan, karena ia mengkompresnya pagi ini.

"Iya Ge, maaf nggak ngasih tahu dulu gue buat versi lain."

Belum terdengar jawaban pemuda itu dari seberang sana, Wanda menggigit jarinya ikut mendengarkan.

Terdengar decakkan sekarang, "Lo gapapa?" tanyanya.

"Nggak papa, kan bukunya yang ilang Ge. Bukan gue."  jelasnya lagi.

"Syukur deh kalo lo gapapa, soal buku jangan lo khawatirin biar gue yang urus kalo ada apa-apa. Nikmatin liburan lo disana."

Orel tersenyum, Wanda bernafas lega.

"Makasih ya Ge, love u more than 3000." mood Orel sudah sangat lebih baik sekarang, terdengar dari nada suara nya itu.

"Iya, have fun ya. Besok kan konsernya?"

"Uhm"

"Yaudah, gue tutup ya."

"Bye,"

Orel tersenyum senang seraya menjauhkan handphonenya dari telinga.

"Orel, Kun Ge baik banget ya huhuhu. Udah gue ikhlasin banget kalo lo sama dia."

"Gue juga ikhlas sih, tapi gatau dia nya." Orel memasukkan handphonenya ke tas, lalu berbalik menatap Wanda.

"Lo kan tau gue gimana dari SMA, tapi ya gue gabisa maksain dia harus suka gue juga kan?."

Wanda merangkul Orel dan mengajaknya menyebrang jalan. "Udahlah Rel, gue yakin Kun Ge juga suka sama lo."

"Dia yang nerbitin karya lo, dia juga rela nyariin tiket Shawn buat lo, yang gue aja gak bisa cari. Apa itu belum cukup buat yakinin lo, dia suka juga sama lo."

"Wanda, jangan suka meninggikan harapan gue. Kun Ge baik karena nganggep gue sebagai adiknya."

"Berat ah," Orel menurunkan tangan Wanda yang ada di bahunya.

Wanda berdecih kecil, "Lama-lama gue gibeng juga lo."

Orel tekekeh, setelah menyebrang ia sampai di taman maple dan melihat sekeliling. "Gue mau riset, jangan berisik." Orel duduk di salah satu bangku, lalu mengeluarkan kamera, note book, dan sebuah pena.

Wanda ikut duduk disampingnya, lalu mengambil kamera analog itu.

"Gak ganti-ganti kamera lo? Padahal duit udah banyak." tanya Wanda, tapi Orel tak menjawab pertanyaannya.

"Iya lah, ini kan kamera kesayang gue Wan." Wanda menjawab pertanyaannya sendiri.

Orel yang sibuk menuliskan beberapa hal di notebooknya pun tertawa kecil, "Gila emang,"

*Ckreek.

Wanda memotret Orel yang sedang fokus dengan notebooknya itu.

"Wanjay, cakep juga jepretan gue. Ganti foto profil lo ntar, bosen gue liatnya." racaunya membuat Orel tersenyum miring.

Orel menutup bukunya lalu menatap keatas, daun-daun yang mulai menguning dan orange itu mungkin akan siap kapan saja jatuh. Sangat indah, seperti bunga musim semi yang bermekaran.

🍁🍁🍁

Tak

Langkah besarnya mendominasi, ia tampak mencari seseorang.

Langkahnya terhenti saat melihat dua orang gadis yang sedang duduk di salah satu kursi.

Matanya tak lepas menatap gadis yang sedang menengadahkan tangannya ke atas.

🍁🍁🍁

"Wan, kata Kim Shin, kalau lo bisa menangkap daun maple, lo bakal jatuh cinta sama orang yang lagi jalan sama lo." Orel menengadahkan tangannya ke atas masih menatap langit dan daun-daun itu.

"Ah lo mah korea mulu, terus lo percaya?" tanya Wanda yang kini masih sibuk melihat-lihat foto itu.

"Gatau. Tapi, karena gue lagi sama lo, gue gamau percaya." Orel menurunkan tangannya.

"Gue masih waras ya Rel." protes Wanda yang sadar maksud omongan gadis itu, sekarang menatap Orel kesal.

"Gue juga waras lah, enak aja lo." reflek Orel mengambil kameranya dari tangan Wanda.

"Yeuh, foto isi nya Kun Ge semua aja pelit lo!" timpalnya membuat Orel menjulurkan lidah.

"Iri bilang bos!"

"Nggak iri gue. Awas ya lo, gue mau beli minum jangan minta." Wanda berdiri hendak meninggalkan Orel.

"Green tea satu ya Wan," teriak Orel pada Wanda.

Wanda menutup telinganya, "Nggak denger gue," lalu mempercepat langkahnya menjauh.

Orel cekikikan di tempatnya, Wanda dan sifat nya yang seperti itu yang memebuat mereka bersahabat sampai sekarang, Wanda dan Orel bakal nyambung-nyambung saja apa pun obrolannya.

Orel memasukkan notebook dan pena nya, tapi tidak dengan kameranya. Dia berkeliling dan memotret beberapa yang menurut pandangannya menarik.

Tiba-tiba angin besar datang, membuat beberapa daun berjatuhan secara beriringan.

Ia terkesima, sambil melihat ke atas, daun-daun itu seakan menari di atas nya.

"Wah, gila! Cantik banget."

Tanpa sadar tangannya mencoba menangkap satu daun maple itu.

Tap.

Dia menangkap nya.

Ia menunduk melihat daun maple yang di tangkapnya, tersenyum senang.

"Gue bisa nangkep satu!" pekiknya keras.

Persetan dengan mitosnya, yang ia tahu ia senang bisa menangkap satu maple itu.

Saat daun maple akan menabrak kepalanya, tangan seseorang terulur menangkapnya.

Tap.

🍁🍁🍁

Maple On You [✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang