Weekend saatnya menghabiskan waktu dengan bantal dan teman-temannya, pikir Via.
Drrttt drrttt...
Via menggeliat, matanya menyipit karena sinar yang masuk ke celah jendelanya. Dengan malas Via mengangkat telfon yang telah mengganggu waktu tidurnya.
"Hallo," ucap Via sambil menguap lebar.
"Idih, jorok banget sih lo."
"Apaan, pagi-pagi ganggu orang tidur aja."
"Ape lo kate? Pagi? Udah siang jubaedahh." Siska berkacak pinggang walaupun Via tidak melihatnya.
Via menengok ke arah jamnya. Ia terkejut saat melihat pukul 10. Tapi setelah sadar kalau hari ini hari Minggu ia bernapas lega. Toh Via hanya ingin tidur, tidur, dan tidur.
"Woi elah ngapa diem sih?!"
"Berisik tau gak. Udah deh gue mau lanjut tidur."
"Cepet mandi, kita ke mall."
"Males ah."
"Yaelah buru gue jemput nih!"
"Iya-iya!" dengan ogah-ogahan Via turun dari kasur nyamannya.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Via berjalan arah lemari mencari pakaian yang cocok untuk ia gunakan. Pilihannya jatuh pada tank top berwarna hitam dipadukan dengan cardigan polos berwarna peach dan jeans yang melekat pas dikakinya. Rambutnya ia biarkan tergerai lurus.
"Perfect." Via tersenyum manis di depan cermin.
Tok tok tokk...
"Via, di bawah ada Siska tuh," teriak mama Via.
"Iya, Mah." Via segera keluar dari kamarnya.
"Kita berangkat dulu ya tante." Siska mencium tangan Rindang yang disusul dengan Via.
"Iya, hati-hati dan jangan pulang larut malam." Via mengacungkan ibu jarinya tanda ia mengerti.
Via menutup pintu mobil dengan pelan, lalu memakai seatbeltnya agar tidak kena tilang polisi. Ups, canda maksutnya biar aman wkwk.
"Tumben lo mau ke mall?" Via heran, pasalnya jika ia mengajak Siska untuk pergi shopping, Siska akan menolak dengan alasan mager dan buang-buang duit.
"Nyokap gue kan besok ultah, nah gue mau beliin hadiah. Gue minta lo nemenin gue sekalian jalan biar lo nggak nolep di rumah terus."
"Yee sembarangan lo ngatain gue nolep," protes Via.
"Lagian lo jam 10 masih molor."
"Gue tuh memanfaatkan waktu dengan baik. Libur ya tidur. Apa salahnya sih?"
"Serah lo, Vi."
Via menatap Siska sebal. Seharusnya ia masih memeluk guling dan bergelut manja menikmati mimpi indah. Tapi Siska menghancurkan semuanya.
Setelah sampai di parkiran, mereka berdua turun. "Untuk gantinya karena lo udah mengganggu acara ritual gue, lo harus traktir gue ice cream sepuasnya." Via menatap Siska tajam, tapi tentu saja Siska tak akan merasa takut.
Siska memutar bola matanya malas. "Iya-iya kek bocah banget sih lo." Via bersorak senang. Kalau seperti ini kan Via tidak rugi jika rebahannya digantikan dengan ice cream sepuasnya.
Siska mengehela napas. "Kita udah keliling berjam-jam lho, Vi. Tapi lo bilang belum ada yang cocok buat mama gue? Gue capek nih, laper pingin makan."
"Husstt diem deh, gue tuh lagi milihin tas yang pas buat mama lo."
Ini yang paling Siska tidak sukai jika ke mall, apalagi kalau jalannya bareng Via pasti lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEVIA
Fiksi RemajaShevia, diambil dari nama tokoh pemeran cerita ini. Mengisahkan tentang dua insan yang tak saling mengenal kemudian dipertemukan dengan takdir yang sudah direncanakan. Akibat mulutnya yang ceroboh membuat gadis tersebut harus terjebak dalam kubangan...