Happy Reading and Welcome to Their Wedding Day!
"It is not a lack of love, but a lack of friendship that makes unhappy marriages." - Friedrich Nietzsche
***
-Flashback off- (Back to Raib's POV)
Selarik cahaya yang keluar dari tanganku merambat ke lengan dan bahuku, terasa menenangkan.Aku masih duduk di kursi rias pengantin. Wewangian bunga khas pernikahan tercium pekat. Sebentar lagi acara dimulai. Setidaknya setelah menggunakan teknik sugesti-ku, aku merasa lebih tenang sekarang.
"Oh, iya, selamat, Ra, hari ini adalah hari pernikahanmu." Seli masih berdiri di belakangku, tersenyum simpul.
Aku tersenyum padanya dari pantulan cermin.
"Ayo, Ra, acaranya sudah mau dimulai. Semua orang sudah menunggu. Nanti Ali yang akan menyambutmu."
Aku membenarkan anak rambut dekat telinga yang tidak tersanggul, yang sudah kulakukan berkali-kali sejak tadi untuk menghilangkan gugup. Baik. Aku menarik napas dalam-dalam, mengontrol diri.
Gaun yang kukenakan, biarpun dibuat dengan bahan terbaik Klan Bulan yang memudahkan mobilitas, tetap saja terasa berat. Seli membantu merapikan rok bagian belakang yang menjuntai dua meter, kemudian membimbingku ke aula pernikahan yang pagi ini sudah dipenuhi tamu-tamu undangan dari berbagai klan.
Oh, iya, selamat datang kalian semua para pembaca di hari pernikahanku!
*
Di sana, terlihat Ali baru keluar dari pintu barat, berjalan menuju dais akad. Aku baru kali ini melihat Ali dengan sisi yang berbeda, langkahnya terlihat berwibawa, seperti pangeran atau keturunan raja-raja. Kalau situasinya lain mungkin aku sudah tertawa menyadari bahwa orang itu adalah si biang kerok yang kusut, berantakan, dan suka berbuat onar.
Sekarang aku dan Ali duduk di tempat akad. Di stage utama, MC sedang melakukan pembukaan dan sambutan-sambutan, disusul Ilo juga melakukan sambutan, selaku wali dari mempelai pria. Sebenarnya ini menyedihkan, kami masih belum tahu siapa dan dimana sekarang orang tua Ali.
"Hai," Ali di sampingku berbisik.
Aku yang sedang fokus memperhatikan Ilo di depan sana reflek menoleh, "oh, hai," aku tersenyum. Ali terlihat agak canggung. Apakah di hari pernikahan segitu awkwardnya?
Aku menggenggam tangan Ali di sampingku, melakukan teknik sugesti. Tangannya terasa dingin, sedikit gemetar, kemudian berangsur normal setelah selesai cahaya dari tanganku mengalir ke tangannya.
"Terima kasih, Ra."
Aku mengangguk, "Kamu terlihat berbeda, Ali."
Itu memang benar. Aku tidak mau menutup-nutupinya lagi. Hari ini Ali memang menunjukkan penampilan terbaiknya yang pernah aku lihat. Mulai dari tatanan rambutnya, pakaiannya, wajahnya yang terlihat bersih, tidak kusut seperti biasanya. Dan munafik saja kalau ada yang bilang dia itu tidak tam--
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Fanfiction
Science Fiction[Cerita Berbahasa Indonesia] "It's not a lack of love, but a lack of friendship that makes unhappy marriages." - Nietzsche *Ily (Ilo's son) will also evolve in this story. Juni 2020 - started Januari 2021 - unpublish July 2022 - republish