Sillage (kata benda)
Dibaca : 'sE-yazh | Origin : French
Aroma yang tertinggal di udara; jejak riak di air; kesan yang ditinggalkan setelah sesuatu atau seseorang telah pergi; jejak aroma parfum seseorang.
_______________________
Sudah lima bulan aku dan Ali menjalani pernikahan jarak jauh atau long distance marriage, seperti banyak pasangan lainnya, dimana pernikahan terasa lebih berat karena rindu. Tetapi kami berkomitmen untuk saling jujur, terbuka dan terus berkomunikasi satu sama lain untuk menghindari permasalahan seperti yang lalu-lalu-- terutama untuk pengantin muda seperti kami yang masih labil.Ali direkrut menjadi engineer aeronautika terkemuka di Klan Bulan. Sedangkan aku mengambil kuliah kelas paralel-lanjutan-di Fakultas Ilmu Budaya, aku amat menyukai pelajaran bahasa, aku pikir itu pilihan yang menarik. Selain itu aku juga mulai mengenyam karir sebagai jurnalis. Padahal kalau kami mau, kami bisa saling mengalah untuk bisa tinggal bersama. Tapi suatu pagi, di dapur rumah kami, saat kami sarapan saja belum, perangai bijak Ali muncul,
"Biarpun kita sudah menikah, bukan berarti impian kita bakal terhalang, Ra. Kamu tidak harus ikut aku kemana-mana seperti pasangan lain juga, dari dulu kamu amat menyukai pelajaran bahasa, ya maka kejar mimpimu itu sesuai passion.
"Aku, biar tidak bekerja pun, uangku masih cukup untuk menghidupi keluarga kita sampai tujuh turunan. Tapi aku memutuskan menerima projek tersebut karena passion, aku menyukai fisika, teknologi, maka profesiku mengikuti arah kemana passion-ku." Ali menarik napas, "Jadi, kamu tidak apa-apa kan kalau kita harus LDM untuk beberapa bulan? Aku janji bakal kembali secepatnya." Ali berdiri di belakangku yang sedang sibuk di dapur.
Aku terdiam, berpikir.
"Ra?" Ali menyadarkanku, "Kalau kamu keberatan juga tidak apa-apa, biar aku cancel saja projeknya."
Aku membalikkan badanku supaya bisa berhadapan dengan Ali, kemudian menyadari aku jelas kalah tinggi dengannya-- kepalaku hanya setinggi telinganya-- aku duduk di meja dapur agar menyamai tingginya, sehingga tatapan kami sejajar. Aku membalas tatapannya, perlahan mengangguk, "Tidak apa-apa, Ali. Itu projek besar, kamu ambil saja. Aku masih akan lanjut kuliah dan berprofesi di sini. Biarpun kita dari dunia lain, tapi setidaknya, dulu kita menuntut ilmu di dunia ini, jadi aku juga harus menyempatkan mengabdi pada dunia ini, bekerja di sini-- walau hanya sebentar."
Ali tiba-tiba tertawa kecil, "Kita tuh sebetulnya menikahnya kecepatan, Ra. Lihat, orang-orang di Klan Bumi, usia dua puluh rata-rata mereka masih kuliah semester empat. Kalau kita lagi jalan berduaan, pasti orang-orang akan mengira kita pacaran."
Aku ikut tertawa, "Kamu sih, melamar terlalu cepat, tidak sabaran."
Ali meletakkan kedua tangannya di meja dapur, tepat di kanan kiriku yang sedang duduk, memerangkap posisiku, "Hei, Ra, kalau aku tidak buru-buru, kamu sudah direbut orang waktu itu."
Aku menyengir, "Oh gitu? Berarti kalau waktu itu aku tidak keburu di lamar orang, kita sekarang belum menikah ya?"
"Kemungkinan besarnya begitu. Menikah muda itu rempong. Untung aku billionaire." Cetus Ali, dia bergaya.
Aku hanya mendengus tertawa. "Oh iya, memangnya kamu berapa lama direkrut di sana?" Aku kembali ke topik awal.
"Sebetulnya sih tidak ada batas waktu, selama mungkin aku bakal terpakai di sana, Ra. Tapi aku minta dispensasi, jadi beberapa bulan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Fanfiction
Science Fiction[Cerita Berbahasa Indonesia] "It's not a lack of love, but a lack of friendship that makes unhappy marriages." - Nietzsche *Ily (Ilo's son) will also evolve in this story. Juni 2020 - started Januari 2021 - unpublish July 2022 - republish