Pameran kapsul tempur masih pukul delapan. Sekarang pukul tujuh. Lepas sarapan, seperti kemarin, aku dan Ily bermain squash di teras. Kemarin aku kalah skor, sekarang aku harus mengalahkan Ily.
Seli dan Ali menonton di pinggir teras. Ali terlihat masih diterjang kantuknya, tadi aku memaksanya bangun. Mungkin dia kelelahan gara-gara semalam. Seli berseru-seru menyemangatiku. Aku fokus pada tujuanku mengalahkan Ily. Dengan sekuat tenaga, tangan kananku memukul bola kencang-kencang. Tapi diluar dugaan, justru raketnya ikut terpental jauh ke kiri. Bletok! Telak mengenai kepala Ali yang masih mengantuk. Ali langsung jatuh terbaring. Pingsan?
"Oww, headshot." Ily mendesis, menilik Ali yang terkapar.
Eh? Aku berseru tertahan. Dia tidak lihat raket sebesar itu melayang ke arahnya, kah?
"Ali!" Aku berseru menghampirinya.
Seli mengguncang-guncang tubuh Ali. Dahinya yang baru saja tertimpuk raket terlihat memar. "Ali! Bangun, Ali."
Aku langsung melakukan teknik penyembuhan. Aku menyentuh dahinya. Tanganku bercahaya, mulai memperbaiki sel-sel yang rusak. Dua menit. Teknik penyembuhan selesai, luka memarnya juga sudah pulih. Tapi Ali tidak sadar juga. Aneh.
"Kenapa Ali belum sadar?" Aku menatap Ali heran.
"Ali! Ayo bangun ... " Aku ikut mengguncang tubuhnya. Aku cemas sekali sekarang. Bagaimana mungkin teknik penyembuhanku tidak manjur.
Ali tiba-tiba membuka mata, menyeringai lebar, "Kamu takut kehilangan aku ya, Ra?"
"Ali? Kamu tidak apa-apa?" Ily bertanya.
Ali berdecak meremehkan, "Cuma ketimpuk raket doang ... Tidak sakit."
"Jadi tadi kamu tidak pingsan, Ali?" Seli bertanya.
"Tidak, lah ..."
Wajahku memerah. Setengah kesal telah disandiwarai Ali.
***
Pukul delapan. Cahaya pagi menyiram lembut. Kota Tishri ramai oleh kesibukan pagi hari. Orang-orang hilir mudik. Kapsul kereta dan komersil terlihat melintasi langit-langit kota. Sama sekali tidak berasa kami berada di dalam perut tanah. Setelah cukup lama berjalan kaki dari rumah peristirahatan, kami sampai di depan bangunan megah setengah bola, stadion utama sebelum masuk ke wilayah lapang udara tempat pameran kapsul.
"Selamat datang di Airshow Grand Sentral Kota Tishri." Robot dengan tape ucapan selamat datang menyambut kami di pintu bandar udara.
Bandar udara ramai pengunjung dari seluruh negri Klan Bulan. Kalau di dunia kami, ini seperti event Asian Aerospace atau Paris Airshow. Hampir semua tribun sudah diisi pengunjung. Kami menyusuri tribun, mencari tempat duduk yang sekiranya aman. Acara pameran kedirgantaraan begini, tidak menutup kemungkinan bakal terjadi kecelakaan dan memakan korban, semaju apapun teknologi di sini.
Pembawa acara berseru-seru memegang mikrofon, mengucapkan selamat datang, sekaligus menyampaikan bahwa pameran kapsul tempur akan dimulai--tanpa seremonial resmi.
BUMM!!
Satu pukulan berdentum dilepaskan. Tanda pertunjukkan dimulai. Di tengah lapang udara, belasan kapsul tempur dengan moncong runcing berjejer, berdesingan, bersiap terbang--tanpa landasan pacu. Cukup beberapa detik, kapsul-kapsul tersebut sudah berada di atas ketinggian 40 ribu kaki. Bersiap mendemonstrasikan atraksi menawan.
Tepuk tangan dan seruan terdengar ramai. Syal dan kain lebih sering dilambaikan. Anak-anak, orang dewasa, wanita, pria, terlihat memenuhi setiap kursi tribun lapangan udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Fanfiction
Ciencia Ficción[Cerita Berbahasa Indonesia] "It's not a lack of love, but a lack of friendship that makes unhappy marriages." - Nietzsche *Ily (Ilo's son) will also evolve in this story. Juni 2020 - started Januari 2021 - unpublish July 2022 - republish