19

42 3 0
                                    

"Eonni, istirahat saja. Biar aku dan Seungkwan yang mengurus cafe." Bisik Umji setelah menarikku agak menjauh dari mesin cash register.

Kulihat Seungkwan sedang membuat pesanan, dan seorang customer sedang menunggu di depan bar. Kapan customer itu memesan? Ugh kurasa aku bengong lagi.

"Maafkan aku, Umji.." Ucapku tak enak.

Gadis imut itu menggeleng. "Sudahlah, Eonni kan sedang tidak enak badan. Tidak apa-apa. Lagipula sebentar lagi kita sudah bisa closing. Customer itu adalah last order."

Aku tidak enak meninggalkan mereka berdua, tapi merasa hanya semakin menyusahkan jika terus disini. Akhirnya aku pun pergi dari area bar setelah berpamitan dengan Umji. Kakiku berjalan keluar dari pintu belakang cafe.

Langit sudah menjadi gelap. Bulan juga sudah bersinar dengan terang. Aku menghela nafas panjang untuk yang kesekian kalinya hari ini. Setelah perdebatanku dengan Jeonghan hari sabtu lalu, kami sama sekali belum berbicara. Dan tidak terasa sekarang sudah hari selasa.

Haahh... Karena masalah postingan teman-temanku itu, aku belum berani update insta. Masalahnya, setiap aku membuka aplikasi itu, pasti banyak akun lain yang me-repost postingan teman-temanku, dan menjadikannya gosip. Karena itu aku jadi takut melihat insta. Bahkan aku belum berani membalas berbagai macam komen dan direct message dari teman-temanku.

Aku tidak tahu dengan Jeonghan, tapi sepertinya dia tidak menganggap gosip ini sebagai masalah. Lebih buruknya lagi, tadi pagi ada situs web yang memberitakan tentang gosip ini. Situs itu membahas tentang 'pertunanganku' dengan Jeonghan. Walaupun bukan situs berita besar, tapi tetap saja aku kepikiran.

Aku menatap bulan di langit dengan seksama. Bentuk bulatnya sempurna, karena sudah memasuki awal September. Angin yang berhembus mulai terasa dingin. Sepertinya musim gugur akan datang lebih cepat.

Tanpa sadar aku sudah berjongkok dan memeluk diriku sendiri. Ugh, antara dingin atau berbagai emosi yang bercampur, aku pun tak tahu.

Apakah ini karena gosip yang mulai menyebar? Atau ketakutanku akan 'pria itu'? Atau justru perasaan tak enak dengan Jeonghan?

Huh. Tak bisa kupungkiri kalau aku merasa tidak enak dengannya. Aku juga merasa bersalah karena telah meneriakinya dan menyalahkannya. Padahal aku sendiri yang salah. Tapi kenapa dia juga bersikap dingin begini? Masa' dia sakit hati gara-gara aku?

Tiba-tiba sebuah jaket menggantung di bahu dan punggungku. Aku mendongakkan kepala untuk melihat pelakunya. Dan mataku langsung membulat tak percaya saat orang itu ikut berjongkok di sebelahku.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku shock.

Dia hanya menghela nafas frustasi. Matanya menatap ke depan. "Seharusnya aku yang tanya begitu. Kenapa kau disini? Harusnya kan membantu Umji dan Seungkwan beres-beres. Soobin sudah pulang duluan karena dia ada deadline tugas."

Aku masih tidak mempercayai pemandangan di depanku. Setelah 3 hari kami tidak berbicara, sekarang dia malah muncul di depanku begitu saja.

Tapi.. ada apa denganku? Aku merasa lega, tapi juga kesal. Seperti ada beban yang terangkat dari dadaku, tapi juga terasa semakin sesak.

Akhirnya dia menatapku. Tapi dia terlihat kaget begitu melihatku. "Kenapa kau nangis?" Tangannya menyeka air mata di pipiku.

Apa ini? Kenapa aku menangis? Tapi yang lebih membingungkan, kenapa aku bahkan tidak ada keinginan untuk menepis tangannya?

"Sudah kuduga kau akan kedinginan begini." Ucapnya sambil berdiri. Dia mengulurkan tangannya. "Ayo, kita masuk saja."

Ah sial. Aku kenapa, sih. Aku pun langsung bangun tanpa menghiraukan uluran tangannya. Cepat-cepat kuusap wajahku agar tidak terlihat seperti habis menangis.

Just An Ordinary Love Story Of Fallen AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang