H

524 99 3
                                    

DE NACHT WACHT PRESENT

THE CURSE ; JAEDO

.

.

.

Setelah mencari disemua tempat, doyoung tak menemukan ponselnya. Benda persegi bewarna hitam itu seakan raib entah kemana.

Berpikir bahwa ini adalah salah satu akibat dari kejadian yang dialami pagi ini—hingga sekarang membuat doyoung perlahan memikirkan banyak hal.

Kenapa hal ini bisa terjadi?

Tak lama, suara dari luar membuyarkan lamunan doyoung. Suara wanita paruh baya yang mengantarkan makanan padanya. Setelah mengantarkan makanan itu, doyoung lantas bertanya dimana tempat mengembalikan semua peralatan makan ini—namun hanya senyum yang didapatnya dari wanita itu.

Tak berselang lama, jaehyun dengan pakaian yang lebih santai datang—hanya melepaskan topinya saja—dan mengambil posisi tepat ditempat doyoung duduk, karena pria itu langsung berdiri saat jaehyun datang.

Saat doyoung masih hendak berkata sesuatu, jaehyun memotongnya. "Tak apa, nanti akan ada yang mengambil peralatan ini."

Namun, hanya keheningan menyelimuti mereka. Perlahan dentingan sendok terdengar, dan doyoung tau bahwa jaehyun sudah memulai makan siangnya.

Setelah keduanya menyelesaikan makan siang, doyoung bergegas membersihkan tempat makan mereka. Seperti ucapan jaehyun sebelumnya, telah ada seorang lelaki berumur 15-an yang telah menunggu didepan pintu.

Lelaki itu izin untuk masuk dan mengambil peralatan makan jaehyun dan doyoung. Serta bergegas keluar.

Setelah kepergian lelaki itu, jaehyun lantas mengeluarkan suaranya, "ia adalah Donghyuck, anak asisten rumah tangga yang tadi mengantarkan makanan."

Ucapan jaehyun hanya dibalas anggukan oleh doyoung. Kemudian ia bertanya, "marganya?"

"Tidak ada" balas jaehyun singkat.

Hening kembali menyelimuti keduanya yang perlahan masuk kedalam lamunan masing-masing.

.

"Pangeran, sekarang tanggal berapa?" pertanyaan doyoung memecah keheningan diantara mereka.

Setelah mendengar suara doyoung, jaehyun lantas memusatkan perhatiannya pada pria itu. "15 Februari 1691"

Astaga, jauh sekali aku pergi

Hanya anggukan, dan ucapan terimakasih yang sangat lirih yg mampu diberikan doyoung pada sang pangeran.

.

Seusai makan malam, doyoung membaringkan tubuhnya menghadap langit-langit kamar. Setelah sebelumnya mematikan lilin yang menjadi penerangan satu-satunya di ruangan itu.

Banyak pikiran yang berlari kesana kemari dalam benaknya.

Kenapa? Apa yang terjadi? Karena apa ia tiba berabad-abad yang lalu.

Namun, mengingat kebaikan pangeran jung, membuatnya bersyukur karena ia memiliki tempat berteduh saat ini.

Perlahan doyoung mencoba untuk menutup matanya, bahkan ia menyanyikan semua lagu pengantar tidur yang dihafalnya semasa sekolah—namun nihil. Mata dan pikirannya seolah menolak untuk tidur.

Karena tak kunjung bisa tidur, doyoung perlahan bangkit dan melangkah kakinya keluar dari kamar.

Diteras, tampak pangeran jung yang duduk sembari melihat bulan. Pandangan sang pangeran beralih pada doyoung yang bahkan telah mencoba berjalan sepelan mungkin.

"Maafkan aku mengganggu waktumu, pangeran. Aku hanya—"

"Tak apa. Duduklah." Titah sang pangeran.

Kemudian doyoung duduk disamping pangeran dan bertanya, "sekarang jam berapa, pangeran?"

"Pukul 10-12 malam" balas jaehyun, kemudian kembali memandangi langit.

Sementara doyoung hanya sibuk menendangi debu yang berada disekitar kakinya—hingga suara gesekan kaki doyoung dan batu membuat jaehyun mengalihkan pandangannya.

Melihat jaehyun yang terganggu, doyoung langsung berujar, "maafkan aku pangeran"

Namun hal itu hanya dibalas kekehan, karena doyoung terlihat sangat lucu dengan wajah panik itu—terlihat menggemaskan. "Tak apa, kau selalu meminta maaf kepadaku. Kau tak salah"

Helaan nafas doyoung terdengar jelas di telinga jaehyun, seakan menyiratkan bahwa doyoung lega mendengar jawabannya.

Menyadari bahwa waktu kian larut dan pria disampingnya terlihat sangat kedinginan, jaehyun segera mengajak doyoung untuk beranjak.

"Doyoung, sebaiknya kau segera tidur. Hawa dingin tengah malam tidak baik untuk tubuh" kemudian jaehyun segera berdiri diikuti oleh doyoung.

Dan kemudian mereka berpisah, dengan jaehyun yang menuju paviliunnya, dan doyoung melangkah menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, doyoung tersadar.

Kenapa pangeran duduk di teras paviliun ini? Bukankah ini paviliun paling ujung?

Setelah memikirkan pemikirannya mengambang begitu saja, doyoung perlahan menarik selimutnya lebih tinggi dan segera menuju alam mimpinya.

TBC.

Hallo! Aku bahagia bgt ternyata banyak yg vote dan singgah di work ini 💚

Terimakasih ya udah singgah ataupun ninggalin jejak disini 💕

Have a nice day y'all 💚💚

the curse ; jaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang