E

264 51 3
                                    

Hallo, aku kembali. Semoga suka dengan alur yang lambat yaa

DE NACHT WACHT PRESENTS

THE CURSE ; JAEDO

.

.

.

"--jaehyun?" doyoung tidak menyadari keberadaan pangeran didepan kamarnya. Jaehyun hanya mengerutkan keningnya mendengar doyoung yang menyebutkan namanya.

"Doyoung, apakah sesuatu terjadi?" kini jaehyun mencoba berdehem. Karena doyoung terlihat seperti orang bingung. Mengabaikan ucapan sang pangeran sembari menatap lurus kedepan. Masih tidak terganggu dengan keberadaan jaehyun.

Jaehyun mendekat pada doyoung yang masih diam tak bergeming dengan kedatangan sang pangeran. Hingga jaehyun melambaikan tangannya pada doyoung berulang kali jaehyun mendekatkan wajahnya pada doyoung.

Apakah dia sudah meninggal?

Tidak terpikirkan alternatif lain, seperti menepuk pundak doyoung, jaehyun malahan mendekatkan wajahnya pada doyoung. Perlahan mendekat, hingga ia dapat merasakan hembusan nafas doyoung menerpa wajahnya.

Saat telah mengumpulkan pikirannya, jaehyun segera menarik wajahnya. Namun, ia melihat perubahan raut wajah doyoung. Pipi gembil itu perlahan berubah memerah, sungguh menggemaskan. Selain itu, mata doyoung melebar dengan mulut yang sedikit terbuka.

Astaga, jung jaehyun tahan dirimu!

Segera mengambil langkah, jaehyun berdehem canggung. Namun, ia berusaha sebaik mungkin untuk menutupinya.

"Pangeran sejak kapan ada disini?" itulah kalimat pertama yang keluar setelah keheningan yang canggung. Tidak terlihat kecanggungan yang terlihat dari doyoung. Sungguh, ia terlihat baik-baik saja.

Jaehyun menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Kenapa doyoung bisa bersikap biasa aja. Berdehem agar menghilangkan kekeringan pada kerongkongannya, jaehyun tidak langsung menjawab. Sang pangeran hanya menunjuk dengan jempol mengarah kebelakang seakan mengatakan, dari tadi.

.

Setelah sarapan, keduanya duduk bersisian di paviliun doyoung--yang sebenarnya adalah milik jaehyun. Dengan suasana canggung. Baik doyoung ataupun jaehyun, keduanya larut dalam pemikiran masing-masing. Entah apa yang mereka pikirkan.

Sementara donghyuck sedang dalam perjalanan ke kediaman mark. Ia merapalkan banyak doa agar bisa kembali dengan selamat. Bisa gila ia jika mark membaca pikirannya.

Masih berperang dalam pikirannya, sebuah sepatu bertemu dengan sepatunya. Donghyuck yang memang menunduk dengan menggaruk tengkuknya gelisah, perlahan mengangkat kepalanya. Sebuah senyum manis menantinya--mark, sang pemilik senyum.

Seketika hati donghyuck berdesir melihat senyum mark. Sangat manis dan polos, tidak cocok dengan mark yang sudah tua, batinnya. Meskipun ia memuji diawal, namun donghyuck tetaplah donghyuck, ada saja komentarnya.

Melihat senyum mark, secara refleks donghyuck juga tersenyum. Manis sekali hingga, rasanya aku akan meninggal, batin mark. Kemudian mark berinisiatif untuk mengajak donghyuck berkeliling sebentar.

"Aku belum makan. Jeno tidak menyisakan apapun untukku" dengan nada yang merajuk.

Jelas sekali bahwa itu adalah bualan semata, kenyataannya adalah jeno yang tidak mendapat sarapan karena mark benar-benar makan seperti orang gila. Terlalu kasar untuk disebut sebagai orang gila, tapi rasa excited dan nervous ingin bertemu donghyuck adalah penyebabnya.

Donghyuck yang memang hanya makan sedikit, sangat bahagia ketika diajak makan terlebih dahulu. Meskipun itu berarti, ia harus makan bersama mark.

Tak jauh dari tempat keduanya bertemu, mark mengajak donghyuck ke kedai nasi sup favoritnya. Ia bahkan tau semua orang yang bekerja disana, juga semua pelanggan tetap. Benar-benar kedai itu seperti milik ibunya saja.

Baru saja mark dan donghyuck duduk, dua porsi nasi sup sudah tersaji dengan beberapa tambahan makanan. Mark melempar senyum pada wanita paruh baya yang membawakan makanan tersebut, sembari mengucapkan terimakasih tanpa suara.

Sementara itu, donghyuck hanya diam memperhatikan mark. Ia menunggu mark untuk makan terlebih dahulu, namun mark dengan tidak pekanya malah menyapa beberapa orang terlebih dahulu.

"Nak, makanlah terlebih dahulu. Tak usah menunggu mark. Ia akan sibuk menyapa beberapa orang terlebih dahulu, sampai nasi supnya dingin. Jadi lebih baik makan saja selagi masih hangat" ucap wanita paruh baya yang mengantar makanan tadi.

Mendengar hal itu, donghyuck mengucapkan terimakasih dan segera menyuap nasi supnya. Tidak peduli dengan nasi sup mark yang sudah dingin. Tinggal beberapa suapan terakhir, donghyuck melihat mark yang kembali duduk dan menyendok nasi supnya.

Kemudian keduanya makan dalam diam, hanya dentingan sendok dan mengkuk yang terdengar serta hiruk pikuk pelanggan lain.

Setelah membayar makanannya, mark dan donghyuck berjalan bersisian menuju kediaman pangeran jaehyun. Di jalan, keduanya hanya diam. Tak ada suara apapun yang keluar dari keduanya. Baik mark maupun donghyuck kebingungan untuk memulai pembicaraan, sehingga keduanya lebih memilih untuk diam.

.

Saat sudah melihat gerbang kediaman pangeran jaehyun, mark menghela nafas keras. Hingga donghyuck yang berjalan disampingnya memberikan ekspresi, apa kau begitu kelelahan?

Mark hanya menggelengkan kepalanya dan mengajak donghyuck untuk segera masuk. Mark sudah dapat menerka bahwa ia akan membuat sang pangeran dan kim menunggu kedatangannya. Karena kedua masalah ini menyangkut apa yang mereka berdua lakukan di masa lalu. Masa lalu yang penuh kejayaan bagi mereka, namun kelam bahkan bagi orang lain--ralat, baginya.

TBC.

Finally akhirnya mark bakalan ketemu sama jaedo. Dan sekali lagi terimakasih bagi yang masih baca ff ini, maaf banget kalau alurnya lambat.. dan bahkan sampai sekarang masih belum jelas gimana-gimananya. But overall, semoga kalian suka yaaaaa <3

With love, lala

the curse ; jaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang