Aku menghela nafas lalu tersenyum simpul pada seonggok manusia mungil di depanku.
Handuk putih di keningnya ku raih, lalu ku celupkan di mangkuk berisi air hangat. Lantas ku remat-remat handuk kecil ini hingga airnya mengucur jatuh ke mangkuk.
Handuk putih itu ku letakkan kembali ke dahi Shun. Pipi dan hidungnya merah, mulutnya terbuka sedikit,uh sungguh kawaii.
Ia melenguh sebentar, lalu matanya terbuka menampilkan manik ruby kesukaanku. "Eh, Aren? Huhh, apakah aku terlalu merindukannya hingga otakku membuat fatamorgana seperti iniiiiiiiii?"
Kamisama, tolong kurangi kadar keimutan Shun, aku bisa langsung diabetes.
"Ini mimpi kan? Jika di mimpi berarti aku bisa melakukan apapun yang ku suka!" ujar Shun dalam lelapnya.
Tiba-tiba tanganku ditarik, dan karena kaget aku terjatuh menimpanya. "Eeuungg, berat."
Irisku melebar, pipiku panas. Dengan sangat gugup aku bangun dari atasnya, tapi ia malah menahanku, "Shun, a-apa yang kau la-lakukan!?"
"Shun mau dipeluk sama Arenn~"
Aku menghela nafas, lalu mengusap pipinya, "Hey, kau tak bermimpi Shun," ucapku padanya. Sejenak ia seperti salah tingkah lalu beranjak duduk, aku memerhatikan saja sampai ia bertanya padaku, "Um, etto... udah lama ga ketemuan ya, hehe," sapa gadis itu sambil menggaruk tengkuknya canggung sekaligus salah tingkah.
Aku tersenyum simpul. Lantas memeluknya erat, aku menghirup aroma vanillanya rakus. Ia mendusel, aku menenggelamkan wajahnya. "Shun jarang menghubungi Aren, Shun terlalu fokus sama target Shun sampai-sampai mengabaikan Aren."
Surai baby blue itu ku belai. Aku terpejam sejenak, kalau di pikir-pikir aku juga kelebihan berjuang hingga lupa akan kesehatanku, pulang magang aku berubah drastis.
Sudah sempurna menjadi kutu buku dan sudah bisa mengendalikan emosi, tak seperti pertama kali berubah.
Pintu kamar Shun terbuka, menampilkan adik perempuannya, Sora yang memasang raut terkejut. Aku gelagapan, astaga memalukan sekali. Ia menutup pintu kamar Shun lagi.
Shun menatapku dengan mata berbinarnya. "Hoo, Aren semakin tampan," apa-apa? Bisa di-reply ga? Padahal aku ini sudah jadi cupu. Ah, ini pertama kalinya aku dibilang tampan oleh seorang perempuan selain okaa-san ku.
Aku ingin sekali mengecup wajah imut ini, tapi ... aku tak punya hak. Jadinya aku mengulum senyum sembari mencubit pipi mulusnya Shun, "Kamu semakin jelek."
Bukannya marah, Shun malah tertawa. Huufftt, syukurlah ia tak merajuk seperti perempuan umumnya yang jika dibilang jelek langsung tersinggung. Ah, lagipun aku hanya bercanda, Shun semakin manis, tidak jelek.
"Hahaha! Shun semakin memesona yakan yakaaannn!" ia berseru sembari meninju dada bidangku dengan brutal. Aku tak menyangka tangan mungil nan halus ini bisa memberikan damage yang besar.
"Yamero Shun-chan! Ittai desu," ucapku. Shun akhirnya melayangkan tinju perpisahan pada dadaku, tinju yang paling sakit sampai berbunyi 'bugh' kuat sekali.
Telapak tanganku berpindah ke dagu agar menopang kepalaku yang malas tegak. "Ugh, sakit tau!" Ia hanya merespon dengan kekehan, bola mataku merotasi. Bercandanya tidak lucu.
"Gomen, hehe. Shun sudah buktikan kalau Shun bisa memukul Aren sampai sakit," ucap Shun dengan bangganya.
Aku mendengus. "Apa jangan-jangan kamu ini masih menderita chuunibyou?"
Shun kembali berbaring di tempat tidurnya. "Sekarang sudah enggak parah kok, Aren." Aku menghela nafas berat kemudian beranjak dari kamarnya Shun, dia harus memliki istirahat yang berkualitas.
Saat aku membuka pintu, kedua bocah di depanku tampak panik serta gelagapan. "Ada apa? Kenapa kalian tidak tentu arah begitu?"
Mereka malah menjawabnya dengan cekikikan, salah satu alisku menukik. "Aniki, tadi ngapain sama nee-chan?" tanya adik perempuan Shun. "Hanya saling sapa, kan sudah lama tak bertemu."
Tanpa mengindahkan tatapan curiga adik perempuan Shun, aku berjalan ke depan televisi dan merebahkan badan.
"Aniki tidak melakukan hal aneh ya?" tanya-nya, aku terkekeh. Lalu ku jawab, "Demi apapun, aku tak berani. Bahkan aku belum pernah mencium nee-chan mu."
Air mukanya langsung berubah kecewa, duh apa-apaan sih. "Ta-tapi aku sudah pernah memegang tangannya, te-tenang saja," ujarku gugup.
"Aniki pernah memeluk nee-chan?" Aku menjawab dengan anggukan, "Pernah, dua kali. Tadi yang kedua," tambahku.
"Aniki payah!" sahut adik-adik Shun. Kenapa malah aku yang disalahkan sih!? Apa mereka mau aku melakukan hal mesum pada Shun!? Itu kan tidak benar! Siapa yang mengajar Sora sampai sebegininya?
"Aniki kapan pacaran sama nee-chan? PDKT lama-lama tapi tak kunjung pacaran. Payah sekali calon kakak iparku ini," sarkas anak perempuan itu. Toki mendecak seraya geleng-geleng kepala.
Tch, lihat saja! Aku akan langsung menikah dengan Shun nanti, lihat saja kalian wahai bocah-bocah laknat!!
To
Be
ContinuedAloha:3
Sato Michiru
1-7/20

KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Histoire [KuboKai]
Teen FictionBagaimana jika ketua geng motor yang hanya tau berkelahi dan tidak pernah memikirkan wanita tiba-tiba menyukai gadis lugu? ----- Ini kisahku. Kisah seorang lelaki penuh otot yang terpikat pada perempuan nan manis. ----- 'Kuboyasu Aren x Kaidou Shu...