Author PoV
Hari demi hari berlalu, namun kian menambah peristiwa-peristiwa hangat sepasang anak muda yang tengah dilanda kasmaran.
Demam yang Shun derita kemarin langsung hilang saat gadis itu bangun pagi. Ucapan syukur tak henti ia rapalkan.
Roomchat mereka menjadi agak sepi karena lelaki pujaan gadis Kaidou ini melamar pekerjaan sambil melanjutkan studinya di kampus ternama. Entah bagaimana pemuda bersurai ungu tua itu melakukan hal yang berat serta melelahkan untuk dijalani begitu.
Gadis itu tak habis pikir, ia selalu saja mencemaskan pemudanya. Padahal pujaan hati sang Gadis telah berpesan agar tak mencemaskannya karena itu adalah hal yang mudah untuk dilakukan.
Ah, lupakan masalah mereka sejenak. Kini gadis bersurai baby blue itu tengah mengacak-acak lemari bajunya, tumpukan baju berjejer diatas kasur. "Hhuuwwaa, baju apa yang harus ku kenakaann?" ujar Shun dengan nada putus asa disertai rengekan.
Ia mengacak rambutnya, lalu bergegas mengemaskan baju-baju yang tergeletak di atas ranjang sang Pemilik. Usai membereskannya, Shun langsung mengenakan Hoodie hitam saat Aren membawanya pulang ke rumah. Lalu ia memakai celana krem selutut karena ingat perkataan Aren tentang memakai pakaian yang tertutup, kali ini gadis itu tak memakai hot pants yang mendokusai.
Shun lalu menyisir rambut dan mengoleskan bedak bayi ke wajahnya yang mulus itu. Tak lupa lipbalm ia kenakan agar bibir sewarna merah jambu miliknya tak kering. Lantas ia memasukkan ponsel dan dompet ke saku besar di hoodie yang ia pakai agar jika menemukan keadaan darurat ia tak terlalu kerepotan. Shun kapok berpergian tanpa membawa kedua benda itu, bisa-bisa ia tak pulang hingga senja seperti kemarin-kemarin.
Gadis mungil itu beranjak dari kamarnya ke rak sepatu, lalu mengenakan sandal gunung. Shun yang melihat adik lelakinya sedang bermain game online segera memanggilnya, "Toki-kun! Nee-chan pergi jalan-jalan ya, bilang ke mama."
Toki tak menggubris seruan kakaknya, ia malah makin fokus pada gamenya. Shun mendengus kesal. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk dari luar. Shun kaget, ia tanpa basa-basi membuka pintu rumahnya, lalu menyembulkan kepalanya di daun pintu.
Jantung gadis mungil itu mempompa dengan cepat, darahnya mengalir ke wajah sehingga menimbulkan rona di pipi si Gadis. "Eh, A-aren. Ayo kita pergi," ujar Shun.
Lelaki di depannya menaikkan sebelah alis, lalu berkata, "Pergi? Aku belum minta izin pada orang tuamu."
Gadis dengan hoodie hitam itu lantas menggeleng keras, "T-tidak perlu. Aku sudah bilang pada Toki."
"Kan bukan sama orang tuamu."
"Gapapa dong, yang penting Toki sudah tau, nanti kalau ditanya ia bisa menjawab."
"Tidak boleh Shun, minta izin itu harus sama orang tua."
"Huhu, nooo."
"Memangnya kenapa jika aku mau minta izin pada orang tua mu?"
"Shun-shun malu tau!"
Pujaan hati sang Gadis terkekeh pelan, tangan kekarnya terangkat untuk mengelus pucuk kepala Shun yang tak tertutup Hoodie. "Kau ini lucu sekali. Pacarnya siapa sih?"
"Shun tidak punya pacar," gadis baby blue tersebut berujar sebal sembari melipat tangannya di dada. "Iya-iya. Sebab itulah aku mengajakmu dating supaya bisa mengajakmu pacaran."
Gadis itu merotasikan ruby-nya. "Pacar-pacar, Shun tidak mau pacaran sama Aren!" katanya. Pemuda berkacamata di depan pintu terbahak, "Hahaha, siapa juga yang mau berpacaran sama Shun."
Gadis bernetra merah kelam itu serasa ingin menangis. "Bukannya Aren mau mengajak Shun berpacaran?" ujar Shun lirih. Lelaki itu menepuk bahunya, "Sudah. Diam dan lihat saja terhadap apa yang aku lakukan nanti."
Shun akhirnya nemutuskan menurut dengan hati yang setengah-setengah, lalu membuka pintu rumah sepenuhnya. "Silahkan masuk."
Pemuda bersurai ungu tua itu akhirnya masuk ke dalam rumah Kaidou. Ia langsung menuju dapur tempat ibu Shun biasa berkutat untuk membuat kue di akhir pekan.
Tanpa lelaki itu sangka, ayah Shun pun hadir disana dengan kopi dan koran di meja makan. Ah, nyali Aren jadi menyusut.
Dengan susah payah ia menelan ludah, lalu berucap salam, "Permisi paman dan bibi."
Mereka langsung menoleh ke asal suara baritone tersebut. "Oh, Aren ... Ada apa?" tanya Ibu Shun. Aren tersenyum takut-takut. "A-aku ingin meminta izin."
"Izin apa? Mau mengajak Shun kencan?" sahut ayah Shun. Aren mengiyakan sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hm, baguslah. Paman kira kamu cuma ingin memberi harapan palsu pada anak paman. Yasudah sana pergi, jaga dia, jangan pulang kemaleman," ujar Ayah Shun. Aren gembira sekali, ia menunduk pada mereka, lalu pamit dan mengamit lengan Shun untuk ditarik keluar rumah.
T
B
CUhu, alur macam apa ini:'3
Dikit lagi end:'3Sato Michiru
14-7/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Histoire [KuboKai]
Ficțiune adolescențiBagaimana jika ketua geng motor yang hanya tau berkelahi dan tidak pernah memikirkan wanita tiba-tiba menyukai gadis lugu? ----- Ini kisahku. Kisah seorang lelaki penuh otot yang terpikat pada perempuan nan manis. ----- 'Kuboyasu Aren x Kaidou Shu...