11. Date

183 28 12
                                    

Betapa gembiranya hatiku saat ini. Argh! Aku sudah membeli gelang couple. Apa dia mau menerimanya? Gelangnya sudah sesuai seleranya belum ya?

Aku juga membawa helm fullface ku yang satu lagi. Warna putih, sedangkan milikku warna hitam. Saat membeli cbr ini aku malah mendapatkan yang warna putih, jadi aku membeli helm lagi yang mempunyai warna senada dengan motorku. Untungnya helm tak terpakai ini menjadi berfungsi kembali saat ada Shun.

Gadis itu malah bengong disampingku yang sudah naik ke motor. Ia masih mengerjapkan matanya imut seraya menatapku, manja sekali sih.

Akhirnya aku mengawaskan tudung hoodie gadis ini dan memasangkan helm untuknya. Setelah itu ia naik ke motor.

Aku bertanya, "Helmnya ga ganggu'kan Shun?" Ku dengar iya darinya. Hm, baguslah. Aku segera menyalakan motor dan menginjak gigi, lalu tancap! Hoho, Alun-alun kami akan mengunjungimu. Semoga saja tidak terjadi masalah saat kami sampai nanti.

Mon Histoire

Aren menitipkan motornya di warung seberang alun-alun kota. Sekarang ia menggenggam erat tangan mungil Shun. Mereka telah berdiri di ujung zebra cross sembari menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki.

Sesekali gadis yang mengenakan hoodie hitam itu mencuri pandang ke bawah, tangannya dan sang pujaan hati saling bertautan. Jika dipikir-pikir hal kecil ini membuatnya tersipu malu. Ia dan Aren'kan jarang bertingkah seperti muda-mudi yang sedang dilanda asmara.

Gadis bermanik ruby tersebut pun memalingkan wajahnya, lantas mengeratkan pegangannya. 'Apa aku dan Aren akan segera menjalin kasih?' Monolognya. Jalan pikir Aren sulit ditebak. Shun jadi ragu-ragu atas harapannya kepada pemuda itu.

Lampu hijau untuk para pejalan kaki menyala, Aren Manarik Shun agar segera menyebrang.

Aren terus berjalan melewati alun-alun. Gadis bernetra ruby itu jadi bingung, ia pikir akan berkencan di alun-alun kota. Shun menutup mulutnya, ia memilih untuk mengikuti rencana yang sudah dipikirkan lelaki berkacamata ini.

Cukup lama mereka berjalan, rupanya lelaki tegap itu membawa Shun ke wahana bermain. Perempuan dengan iris ruby tersebut langsung berbinar senang, membuat dengusan senang Aren muncul. Senyuman tanda gemas Aren keluarkan cuma-cuma hanya karena melihat reaksi Shun.

Shun berusaha menetralkan kondisi wajahnya. Hal ini mengundang tawa sang lelaki, padahal'kan tujuan Shun begitu karena ingin terlihat cool di depan doi. Kesal sih, tapi Shun tak berlarut dalam kekesalannya. Ia menggaruk belakang kepalanya sembari mengeluarkan cengengesan.

Lagi-lagi, kepala Shun dielus sayang oleh sang pujaan hati. "Mau naik wahana apa?" tanya Aren. "Wahana itu nanti saja, Aren. Shun mau main yang kecil-kecilan dulu." Shun menarik lengan lelaki berkacamata tersebut ke stan lempar bola.

Kalian tentunya sudah tau permainan melempar kaleng susu dengan bola kasti. Shun memasang wajah angkuhnya, berlagak seperti sudah piawai memainkan permainan sederhana namun cukup sulit tersebut.

Karena mereka sudah memakai gelang kertas khusus main wahana gratis, jadi mereka tidak perlu membayarnya lagi ketika sampai di sana. Ah iya, uang persiapan kencan Aren sudah habis seperempat karena membeli gelang wahana. Shun sudah mengusulkan untuk membayar sendiri-sendiri, namun Aren menolak. Sayang sekali uangnya jika tak digunakan, padahal sudah lama ia menabung.

"Fufufu, kali ini Shun akan membawa banyak boneka!" seru Shun. Aren diam saja, ia lebih memilih untuk memerhatikan gadis imut yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.

Mon Histoire [KuboKai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang