2. Way Back Home

504 71 42
                                    


    Motorku sudah meninggalkan taman pinggir kota tersebut. Sekarang tujuan kami adalah pusat kota.

   Ia terus diam sedari tadi seraya memelukku di belakang. Hal yang ku benci, i can feel her oppai, dude. Kenyal! Aku tau ini tidak sopan, dan hey! Ini hanya terpaksa. Bukan bagian dari modusku—ku rasa.

    Ini sudah sore sekali, langitnya juga mendung. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Suhu juga sudah mendingin.

    Demi keselamatan kami, aku memutuskan untuk berteduh di minimarket terdekat.

Mon Histoire

   Dia menunduk terus. Kenapa sih? Ada apa? Dasar cewe, susah sekali untuk di mengerti.

   Aku merasakan sentuhan di punggung tanganku, aku reflek memandangnya yang sedang menatapku malu-malu.

   Semburat merah di pipi halusnya itu takkan pernah bisa ku lupakan. Manis sekali!

   "A-aku belum tahu namamu," ucapnya, "Aku juga," balasku. Ia menghela nafasnya berat, "Ayo berkenalan."

   "Oh, Aku Kuboyasu Aren, kelas tiga SMK teknik mesin," kataku sembari menatapnya. Ia tersenyum, "Aku Kaidou Shun, kelas tiga, dari SMA PK, salam kenal Aren," ucapnya memperkenalkan diri, 'Ku kira dia loli. Pantesan oppai boing. Tapi gapapa, dia kelihatan imut melebihi loli.'

   "Salam kenal, Shun," kami berjabat tangan. Ia dan telapak tangannya benar benar mungil, "Kenapa tanganmu di balut gitu?"

    "Ada kekuatan yang sangat besar di sini. Jika aku melepaskannya, kekuatan itu akan meluap dan membunuh siapa saja," ucapnya dengan raut serius.

   Alisku naik sebelah, "Apa benar?" Tanyaku tak percaya. Mana ada hal aneh begitu? Dia seperti tukang khayal saja.

   Shun mengangguk percaya diri. Aku langsung saja mengambil tangannya dan membuka lilitan kain itu. Ku lihat raut wajahnya, ia tampak cemas, "Jangan, itu berbahaya!"

   Aku diam saja sih, lantas aku memandanginya dengan flat face ku.
Ia mencebikkan bibirnya sambil menahan air mata. Eehh?

    Menyebalkan, kenapa cewe punya senjata ampuh ini!? Aku jadi kelabakan.

   "Gomen, Shun-chan," maafku. Ia memejamkan mata sejenak, lalu mengangguk.

    "Etto ... Aku akan beli keripik kentang, tunggu di sini sebentar," ucapku yang setelah itu aku langsung melesat masuk ke dalam minimarket.

   Aku sibuk memilih keripik kentang yang rasanya enak. Di sini ada banyak pilihan rasa, aku jadi kebingungan.

   Dengan asal pilih, aku membeli keripik kentang, dan beranjak keluar menghampiri gadis baby blue itu. Ia sedang berpangku tangan.

   "Shun-chan," panggilku. Ia menoleh dan tersenyum ramah padaku. Lalu aku sodorkan bungkusan kripik kentang yang telah ku buka.

   Pada akhirnya, aku makan sambil ngobrol dengan gadis cantik ini. Aku telah menanyakan alamatnya, dan hey! Rumahnya tak jauh-jauh dari rumahku. Kapan-kapan aku akan mengajaknya main. Eh, sepertinya tak bisa, akan ada pengganggu nantinya.

   Dengan habisnya keripik kentang, hujan pun ikut mereda. Kami bergegas pulang, suhunya sangat dingin, aku takut jika kaki mulus Shun kedinginan.

    Aku mengintip di kaca spion, wajahnya merah lagi. Tak lama kemudian, ia memelukku mesra. Wadaw! Lemah saya mbak.

   "A-aren, aku kedinginan," kata Shun. Aku harus apa? Argh, kacamata ku berembun. Aku akhirnya memutuskan untuk menepi, mengelap kacamata.

   "Shun, lain kali jangan memakai pakaian pendek lagi! Tidak bagus," ujarku seraya mengelap kacamata. Lalu aku memerintahkannya untuk turun dari moge ku. Aku akan mengambil seragam karate ku.

   Aku meminjamkan celana karateku padanya. "Pakai langsung," ucapku. Ia menurut, aku melihat-lihat keadaan jalan yang sangat sepi. Hanya kami berdua yang ada di sini. Mungkin karena hujan, orang-orang enggan keluar rumah untuk jalan-jalan.

   Setelah ia memakai celanaku yang kebesaran—setidaknya bisa menutupi kaki mulusnya yang menyebalkan itu—kami langsung melesat pulang. Tangan mungilnya masuk ke saku jaketku, dan moge ku berjalan lebih laju, agar cepat sampai ke rumah.

Mon Histoire

   "Aren-kun, di depan sana rumahku," ujar gadis baby blue yang sedang memelukku. Aku seperti sedang mengantarkan pacarku pulang, haha.

   Dengan segera aku menginjak rem belakang pelan-pelan, lalu rem depan ku apit agar terhenti sempurna motorku ini, "Sudah sampai, wahai putri sayap kegelapan," candaku padanya.

   Ia turun, lalu melepas celana ku, kaki mulusnya terumbar lagi. Ia melipat celana itu rapi-rapi, lalu menyerahkannya padaku, "Arigatou Aren-kun!"

   Ia berterimakasih dengan senyum lebarnya, manis sekali, "Minta ponselmu."

   Aku memberikan ponselku padanya,
lalu ia mengetikkan sesuatu yang bukan urusanku mungkin. Lantas ia mengembalikan ponselku, lalu beranjak masuk ke rumahnya setelah mengucapkan terimakasih banyak padaku, ku harap kami bisa bertemu lagi ... eh, apaan sih aku ini! Masa iya, Kuboyasu Aren memikirkan wanita.

   Setelah termenung di depan kediaman Kaidou, aku langsung pulang tanpa sadar jika Shun memanggil ku untuk berkunjung ke rumahnya sebentar.

To
Be
Continued

Aloha! Hope you enjoyed this^^
See u next week:3

XOXO
Sato Michiru
11-5/20

Mon Histoire [KuboKai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang