3. BAPER

12 3 0
                                        

Hari ini hari Sabtu, dimana semua orang sedang berlibur dari tugas mereka. Walaupun hanya sesaat, tetapi itu juga bisa membuat otak sedikit lebih tenang

"Hai, mamaku sayang!" Sapa gadis berkuncir kuda dengan handuk kecil dilehernya

"Bulan, ngagetin mama aja" Ucap Rena, "Kamu tumben pagi pagi udah keluar kamar, mau ngapain?"

"Joging ma, biar ga suntuk"

"Idih, biasanya aja masih tiduran dikasur, disuruh bantuin mama aja bilangnya males ah ma bulan tuh masih mau rebahan."

"Ye mama bisa aja, bulan mau jogging dulu, bye!"

"Orang tu salam, bya bye bya bye anak siapa kamu!"

"Anaknya mama lah siapa lagi, Assalamualaikum!" Teriaknya dari depan pintu.

🌙

"Anjir capek banget!" Keluh Bulan disela sela joggingnya. "Lah pantes capek banget, gue aja joggingnya jauh banget, beli minum dulu ah habis itu pulang."

"Bang air minumnya satu!"

"Lima ribu neng."

"Nih bang." Memberikan uang sepuluh ribu rupiah. "Kembaliannya ambil aja."

"Makasih neng!"

Bulan berdehem lalu meminum air tersebut, dirasakan hausnya hilang dia kembali ke jalan raya untuk pulang menggunakan angkutan umum.

Cukup lama jika pulang menggunakan angkutan umum, jadi dia memutuskan untuk memainkan ponselnya yang sejak tadi pagi belum dia buka.

"Heh, lo Bulan?"

Deg..

"Suara itu.." Batin Bulan, "Eh, lo Bintang adek kelas gue kan?" Tanya nya setelah menoleh ke sumber suara.

"Iya, lo temennya Wulan kan?"

Sungguh Bulan menahan mati matian untuk tidak berteriak, Hanya dengan sapaan saja bisa membuat jantungnya berdenyut kencang, dan ini? Dia basa basi dengannya, apa dia suka sama gue?, Entah tolol atau bagaimana orang sepintar Bulan, bisa bisanya dia berpikir seperti itu.

"Heh, gue tanya juga malah ngelamun.

"Eh iya, gue temennya, kenapa emang?"

"Gak papa, tanya aja, rumah lo dimana?"

Oke, pertanyaan itu membuat jantung Bulan rasanya ingin meledak, alay emang.

"Emm, dijalan Ahmad Yani nomor 7."

"Gak nyangka, ternyata rumah kita deket, gw turun duluan ya, bye!" Pamitnya sambil mengelus puncak kepala Bulan.

Jangan tanyakan kondisi bulan, dia sekarang sedang menganga lebar dengan mata melotot, sampai tak sadar gang rumahnya sudah terlewat jauh.

"Eh! Pak pak pak berhenti, rumah saya kelewatan!" Ucapnya setelah sadar dari lamunannya.

"Lah mbaknya sih ngelamun mulu." Sindir ibu ibu rempong disebelahnya, ibu ibu itu ber-make up tebal dengan bedak yang mirip tepung terigu rosebr*nd satu kilogram, alis seperti ulat bulu, dan bibir merah merona, mirip dengan vampir yang selesai menghisap darah manusia.

"Ibu, itu bedaknya luntur urusin dulu, permisi!" Sarkas Bulan lalu turun dari angkutan umum.

"Nyebelin banget, udah tua juga enak banget mulutnya klo nyrocos, kan gue lagi kesemsem sama Bintang, ga nyangka banget dia gituin gue." Ucapnya sambil meremas remas gemas handuknya.

Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang