my mind

103 11 0
                                    

!!!!Ada audio yang nanti mau diplay, nanti aku kasih aba2!!!!

"aish, ini siapa yang mau ngabisin sebanyak ini?!" keluh Hyera sesaat setelah mereka menginjakan kaki diruang tamu rumah Hyera.

"gua" ucap Guanlin.

Hyera melotot dan dengan cepat menengok ke Guanlin.

"toppoki, jjangmyeon, kebab, bakmi, jagung bakar, sosis bakar, burger, donat, waffle, pancake, onigiri, sushi. Gak, gak! Gila kali lo?" omel Hyera. Guanlin sama kayak Hyunjin ya? Makannya banyak banget. Eh kok Hyunjin sih?!

"ya sama abang lu, panggil coba." suruh Guanlin lalu duduk sambil membuka bungkus makanan.

"bAANG! ADA MAKANAN NIH, TURUN!" panggil Hyera sambil naik tangga.

Changbin dan Lino yang emang laper tapi mager dengan cepat langsung turun tangga dengan rusuh, bahkan Hyera yang lagi naik tangga dengan adem ayem sampe kedorong dan hampir jatoh.

"GOBLOK!" omel Hyera.

"wih buset, party kita" ucap Changbin

"abisin, abis itu beresin. Nanti kalo Hyera liat bisa diomelin" sambung Lino

"Lin, Hyera sama pacarnya gimana?" tanya Changbin lalu duduk disofa.

"putus" jawab Guanlin apa adanya.

"bagus deh, pusing gua denger dia curhat," celetuk Lino.

"gua juga pusing ngurusin hubungan asmara anak itu. Gak ada bener-benernya." balas Changbin.

Guanlin cuma diam mendengar ucapan Changbin dan Lino, terhanyut dalam pikirannya. Ia ingin sekali membenarkan kisah asmara mantannya itu.

•••

Terdengar jelas, hujan dengan derasnya mengguyur, malam yang sepi terganti dengan rintik hujan yang deras, angin bertiup dengan kencang, petir menggelegar dengan kerasnya.

Hyera duduk termenung, terhanyut dalam pikirannya yang melayang ke mana-mana. Matanya menatap kosong keluar balkon, dimana hujan sedang turun dengan lebatnya.

Hyera mengerjapkan matanya, tersadar dari lamunannya. Suasana yang mendukung untuk Hyera. Dan matanya tertuju pada gitar Changbin yang terletak disebelah nakasnya. Hyera mengambil gitar itu lalu mulai memetik senarnya.

!!!!PLAY AOUDIO YEOROBUN!!!!

Wae neoegen
Geureohge eoryeounji

Aereul sseuneun nareul
Jedaero bwajuneun ge

Neo hanae itorok
Apeul su isseume
Nollagon hae

Godanhaessdeon haru
Naneun kkumeul kkwodo apa

Neoyeossdamyeon eotteol geot gata
Ireon michin naldeuri
Ne haruga doemyeon marya

Neodo namankeum honja
Buseojyeo bondamyeon alge doelkka

Gaseumi teojil deut
Nal gadeuk chaeun tongjeunggwa

Eolmana neoreul
Wonhago issneunji

Naega neoramyeon
Geunyang nal saranghal tende

Nae gaseumeun haneopsi badakkaji
Nareul dulleossaneun
Modeun ge duryeowojyeo

Da sarange ppajimyeon
Haengbokhan georani
Nuga geurae

Dwismoseupman boneun
Geureon saranghaneun naege

Neoyeossdamyeon eotteol geot gata
Ireon michin naldeuri
Ne haruga doemyeon marya

Naega neoramyeon
Geunyang nal saranghaltende

Imi neoneun naege
Daedaphan geol ara
Daedap eopsneun daedabui uimi
Da almyeonseodo
Nan moreuneun cheok maemdoneunde

Yojeum naneun eotteon jul ani
Pyeonhi jameul jal sudo
Mwol samkyeonael sudo eopseo

Neol baraboda jeomjeom manggajyeo
Ganeun nal algin halkka
Jugeul geot gatado

Neon naege ol ri eopsdaedo
Ttan gosman boneun
Neoran geol arado

Geureon neoreul nan
Noheul sun eopseul geot gata

Jreng

Petikan senar terakhir, lalu pintu kamar Hyera terbuka. Tampak sesosok Lai Guanlin berdiri sambil tersenyum hangat ke Hyera yang masih memangku gitar.

Hyera membalas senyuman Guanlin, lalu menyuruh Guanlin masuk.

Guanlin duduk disamping Hyera,

"udah makannya?" tanya Hyera

"udah habis. Suara lo bagus"  puji guanlin.

Hyera hanya terkekeh lalu meletakan gitar kembali ketempat semulanya

"lo gabisa pulang, diluar hujannya deres banget" ucap Hyera sambil berdiri didepan pintu kaca balkon.

"gue boleh nginep?" tanya Guanlin sambil tiduran dikasur Hyera.

Hyera mengendikkan bahunya, matanya masih terfokus keluar balkon, pikirannya melayang kemana-mana. Jikalau Guanlin keluar kamarnya, Hyera langsung ngunci kamarnya terus galau.

Hyera suka hujan, suasana dimana dia bisa nangis dan uring-uringan. Semakin deras hujannya semakin pecah juga tangis Hyera.

Munafik kalau Hyera bilang dia gak sedih. Memang bener, harusnya dia gak nangis. Tapi tetep aja dia sedih. Sedih kehilangan Hyunjin, sedih harus mengakhiri hubungannya, sedih kalau mengingat dia bukan siapa-siapa Hyunjin, sedih mengingat kebersamaan bareng Hyunjin. Hyera benci mengakui semua ini. Dia masih sayang Hyunjin, tapi dia juga benci Hyunjin diwaktu yang bersamaan.

Hyera cuma sok tegar, sebenernya Hyera itu anak yang cengeng. Dia cuma gamau terlihat sedih didepan orang lain dan mencoba terlihat ceria didepan mereka. Hyera gamau orang lain tau betapa menyedihkannya dia. Hyera lebih suka kalau menyimpan semua itu sendiri. Hyera gamau berbagi kesedihan.

Hyera pengen banget nangis, dia mau teriak, mau curahin semua kesedihannya dengan tangis dan mukulin bantal atau bonekanya. Cuma itu cara Hyera melampiaskan kesedihan. Hyera cuma mau lakuin itu, dia gamau berbagi kesedihannya. Menurutnya, ini bebannya. Dia gamau berbagi beban ini, semua ini harus dia yang pikul. Padahal nggak gitu.

Andai Hyunjin tau, betapa sayangnya dia sama Hyunjin. Dia gak sanggup kalau harus lihat Hyunjin bareng sama cewek lain lagi, dia gak sanggup lihat Hyunjin berantem dan babak belur, dia gak sanggup harus lihat Hyunjin ngerokok, mabuk, dan pergi ke club. Dia benci semua hal itu tentang Hyunjin.

Hyera takut, semua akan kembali seperti semula. Seperti Ia dan Hyunjin yang gak saling kenal dan tanpa tegur-sapa. Ia juga takut saat Hyunjin akan bener-bener jadi Hyunjin yang dulu.

Cuma itu yang ada di otak dan hatinya sekarang. Dia lupa sama apa yang dia bilang tadi sama Han.

Dia cuma mau Hyunjin, kalaupun gak bisa. Tolong, buat Hyunjin gak kembali seperti dulu, yang pemabuk, perokok, dan playboy. Dia gamau semua itu kembali lagi.

Dare | Hwang Hyunjin (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang