Tokyo

110 6 0
                                    

Guanlin bener, harusnya gue nggak malah nangis-nangis dikamar, ini hari pertama gue diTokyo. Gue harusnya keluar dan liat Tokyo dimalam hari.

Gue ambil jaket yang ada di koper dan keluar kamar dengan kacamata yang menempel di batang hidung, membuka dan menutup pintu sepelan mungkin biar Guanlin nggak sadar kalo gue keluar.

"mau kemana?" tanya Guanlin dingin dari dapur, dengan mangkok yang gatau apa isinya.

"g-gue mau, keluar" jawab gue seadanya dan meraih gagang pintu.

Guanlin berbalik dan taruh mangkok itu dimeja dapur, ngambil jaket dan kunci apart lalu ikut keluar sama gue.

"ngapain?" tanya gue.

"nemenin lo," jawabnya datar.

"gue sama abang, gausah."

"coba panggil dulu," suruhnya.




















Udah sekitar 5 menit gue berdiri didepan unitnya Changbin, Tapi yang ditunggu nggak kunjung keluar atau memberi respon.

Guanlin menatap gue datar, Mungkin maksud dari tatapannya 'mana? Keluar gak? Jadi gak?'

"yaudah deh"

•••

Gue dan Guanlin berjalan dibawah langit indah Tokyo yang bertabur bintang. Sambil menatap tanah, gue terus aja jalan tanpa lihat ke depan.

Gue masih canggung sama Guanlin, masih nggak enak hati sama sikap gue yang kasar tadi. Sedangkan Guanlin masih jalan dengan tatapan datarnya.

"lin maaf ya yang tadi," mulai gue.

Guanlin menatap gue bingung, "napa?"

"i-iya gue kasar tadi, childish banget" ucap gue tanpa menatap mata Guanlin.

"It's ok, gue ngerti." ucapnya enteng dan gandeng tangan gue buat lanjut jalan.

"lin,"

"hm?"

"harusnya gue pamitan sama Hyunjin nggak sih?" Tanya gue dengan sedikit ragu.

"ya, menurut kata hati lo aja. Tapi harusnya lo pamitan." jawabnya tanpa liat ke gue.

Gue hela nafas panjang, nyesel rasanya.
Gue mau ketemu Hyunjin.

"bukannya lo yang bilang mau jauhin Hyunjin?" tanyanya.

"semenjak kemarin, gue- gue sadar gue gabisa lupain Hyunjin semudah itu. Terlebih lagi, pas di toko buku gue sempet berantem sama dia. Ah gitu deh simpulin sendiri, gue bingung sendiri sama perasaan gue." jujur gue.

•••

"LO GAK BILANG HYERA PERGI??!!" bentak Hyunjin di basecamp.

Prangg!!!

Gelas yang Hyunjin pegang melayang ke tembok dan pecah berkeping-keping.

"Hyera bilang, lo gaboleh tau!" bentak Han.

"BAJINGAN!" umpat Hyunjin lalu mengambil hpnya.

Entah, pikiran Hyunjin campur aduk saat itu, matanya berair, rambutnya acak acakan, dan terlihat sangat gelisah.

Dengan ponsel yang menempel ditelinga kanannya, ia menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya entah kemana.

"HYUNJIN!" panggil Bangchan.

"biarin aja dia, dia lagi sedih" ucap Han menenangkan.

"bahaya bodoh, kalo dia mati ketabrak ga lucu!" bentak Bangchan sambil mendorong Han ke tembok, dan menyusul Hyunjin dengan motornya.

"ah sialan" umpat han lalu menyusul Hyunjin dan Bangchan.







































"Hyera, lo dimana? Angkat telpon gua!" ucap Hyunjin, yang jelas ia tujukan pada Hyera,

Hyunjin bolak balik dipinggir sungai Han, dengan telpon yang menempel ditelinga kanannya, raut wajah cemasnya.

"Hyera, Hyera, HYERA!!"

Hyunjin menyerah, sudah 67 missed call, selama 30 menit ia mencoba tapi nihil hasilnya, Hyera tak kunjung mengangkat telponnya. Entah apa yang Hyera lakukan disana.

"bener ya, lo beneran ninggalin gua? Ini akhirnya? Akhir dari perjuangan gua? Ditinggal ke Jepang, cih." cibir Hyunjin, dan terduduk ditanah sambil menitikkan air matanya.

"arghhh apaansi goblok, cengeng banget! Lo bisa cari cewek lain tolol!" ucap Hyunjin pada dirinya sendiri.

Hyunjin berdiri dan menendang batu, "ah sial, Hyera itu beda. Ah nggak dia biasa, ah nggak gua salah, dia itu luar biasa," monolog Hyunjin lalu terduduk ditanah.

Hyunjin menatap air yang mengalir didepannya dengan tatapan kosong. Mungkin ia akan bermalam dipinggir sungai Han malam ini.

Kalo jodoh mah nggak kemana.

Lo ikutin aja alurnya, kalo emang kalian ditakdirin buat bareng ya pasti itu akan terjadi, biar waktu aja yang bekerja, lo cukup tunggu, sabar, dan berdoa. Tuhan tau apa yang terbaik buat lo.

Yaelah bro, santai aja gua yakin Hyera juga ngerasain hal yang sama, dari matanya dia masih sayang sama lo.

Dan masih banyak kata-kata yang berputar dikepala Hyunjin.

Ah, Hyunjin capek, selama ini dia ngejar Hyera tapi, Hyera sebaliknya. Mungkin dia cuma harus ikutin alurnya?

Dare | Hwang Hyunjin (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang