4. Detik di BANDUNG Detak di JANTUNG

85 31 146
                                    

Assalamuallaikum warohmatulloh

Jangan bosan membaca😉

***

"Lisan sama perasaan kadang tidak sejalan. Lidah bilang MENYEBALKAN, tapi hati malah MENGHARAPKAN".

***

Hari ini sangat cerah sekali, matahari dengan gagah memancarkan sinarnya, menerangi planet bumi yang merupakan posisi ketiga dalam sistem tata surya.

Awan-awan yang suci berwarna putih tergantung di langit-langit bumi. Sedikit menghalangi sinar matahari agar tidak terlalu menyengat Makhluk bumi.

Mereka dilangit sana sangat peduli kepada kita, tapi kenapa kita sendiri tidak membalas kepedulian mereka. Justru kita malah menciptakan Kepulan-kepulan asap baru berwarna abu-abu bahkan berwarna kehitaman seolah ingin menggantikan posisi putihnya awan.

Dengan gampangnya manusia menciptakan bangunan yang menjulang tinggi, menciptakan sekat untuk burung yang seharusnya terbang dengan bebas.

Aleena mulai berpikir, ternyata ini alasan burung-burung cantik bermigrasi ke kampung, membuat sarang disana, diatas pohon, di sela-sela ranting, bahkan tidak jarang mereka membuat sarangnya di Antena warga. Walaupun cukup menggangu karena gambar di Televisi menjadi buram, tapi warga tetap hidup berdampingan dengan mereka.

"Paman, kita sudah sampai di Bandung" ucap Aleena ketika melihat petunjuk jalan bertuliskan kata 'Bandung'.

"Iya, ini baru masuk".

"Pelan-pelan paman" pinta Aleena.

"Kenapa?".

"Biar Lena bisa merasakannya".

"Nanti kamu juga akan merasakan ini setiap hari Lena".

"Iya sihh, tapi ini kan detik-detik Aleena Nafisa di kota Bandung, jadi harus dirasakan".

"Norak, mentang-mentang dari kampung".

"Ayolahh paman Lena yang paling ganteng" rayu Aleena.

"Baiklah, untung ponakan".

Laju mobil Daihatsu Xenia berwarna putih itu perlahan mulai melambat. Mengizinkan Aleena merasakan detik-detiknya di kota Bandung, menikmati keindahan, kemegahan, keramaian, kemacetan, serta kebisingannya.

Aleena terpana oleh lalu lalang makhluk berkaki dua di trotoar jalan, mereka kelihatan sibuk bergelut dengan hari ini. Kendaraan roda dua dan empat pun perlahan memenuhi jalan, dengan bermacam warna serta jenisnya menyesakkan jalan dengan aspal berwarna hitam.

"Subhanallah..".

Hanya kata itu yang bisa Aleena ucapkan ketika melihat pemandangan baru untuk netra cokelatnya.

From Bandung (Dear Sukabumi) [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang