Caring 2

697 76 3
                                    

"Kak, bolehkah aku yang mengantar JunJun minggu depan?" ucap Eunbi sembari bermain dengan tangan mungil Yujin, putri kecil Sojung dan Seokjin yang dua hari lalu menyapa dunia.

"Kau benar-benar menyukai Jungkook?" Sojung menatap Eunbi dengan tatapan penuh selidik, lalu tertawa pelan setelahnya. Eunbi hanya merotasikan matanya, kakaknya ini sebentar lagi pasti akan menggodanya. Padahal Eunbi hanya ingin memastikan sesuatu, dan itu berhubungan dengan Jungkook. Dan Eunbi terlalu malu untuk meminta kontak Jungkook kepada kakaknya.

"Mau aku beri kontaknya? Oh atau haruskah aku mengatakan kepada Jungkook bahwa adik cantikku yang bengal ini jatuh cinta padanya?" Goda Sojung menaik turunkan alisnya. "Kak, kalimatmu harus direvisi, aku memang cantik, tapi aku tidak bengal! Dan lagi! Aku tidak jatuh cintanya padanya, atau setidaknya belum!" sanggah Eunbi mengebu, hampir membangunkan Yujin dari tidurnya.

"Pelankan suaramu Eun! Sulit sekali menidurkan Yujin!" Sojung segera menepuk paha kecil Yujin agar anak itu kembali terlelap. Eunbi lantas menutup mulutnya, dan melirihkan kata maaf.

"Kau bilang belum jatuh cinta padanya, berarti ada peluang untukmu mencintainya bukan? Apa yang membuatmu masih ragu?" ucap Soung kemudian setelah melihat Yujin kembali nyenyak. "Sebenarnya... ada satu hal yang membuatku sangat penasaran dengan Jungkook. Dia pernah hadir dalam mimpi-mimpiku, yah..walaupun itu sudah lama" jelas Eunbi sembari menghela nafas. Diapun tak mengerti kenapa Jungkook dulu pernah singgah dimimpinya. Dari sekian banyak lelaki didunia ini mengapa Tuhan menghadirkan Jungkook dimimpinya itu. Mimpi yang membuatnya menolak semua ajakan kencan.

"Mimpi-mimpi? Mimpi seperti apa Eun?" Sojung mulai tertarik dengan topik pembahasan Eunbi. Karena mimpi yang biasanya dialami Eunbi memiliki makna tertentu, seperti mimpi Eunbi tentang kematian ayah dan kakeknya. Memang bukan mimpi yang secara nyata menggambarkan kematian keduanya, melainkan sebuah mimpi yang memiliki pesan tersirat bahwa keduanya akan segera mengucap selamat tinggal kepada dunia yang sementara dan beraih menuju dunia kekal.

Jungkook mulai datang ke mimpi Eunbi dua tahun lalu, dan dengan egoisnya dia datang lagi dan lagi, secara berturut-turut. Itulah yang membuat Eunbi dengan mudahnya mengingat rupa Jungkook. Eunbi dibuat bingung karena tidak pernah mengenal Jungkook sebelumnya. Bahkan ia berpikir Jungkook hanyalah sebuah ilusi yang sengaja diciptakan alam bawah sadarnya karena ia merasa sangat kesepian saat itu. Tak disangka ia bertemu wujud nyata ilusi itu saat mengantarkan JunJun dua hari lalu. Ada sedikit perasaan lega dan kebahagiaan yang membuncah saat Eunbi bertemu dengannya.

Minggu depannya Eunbi benar-benar mengantarkan JunJun ke akademi lagi, berharap bisa bertemu lagi dengan Jungkook. Namun nihil, Jungkook ternyata tidak hadir karena harus mengikuti workshop keluar kota selama semiggu ini. Begitu yang dituturkan oleh guru piket. Eunbi menunggu si kembar menyelesaikan kelasnya lalu akan mengajak mereka mampir ke kedai ramen sebelum bertolak kembali kerumah. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf telah mengerjai JunJun tempo hari.

Malamnya Eunbi harus lembur menyelesaikan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda karena si kembar terus menahannya agar bermain bersama mereka. Jadi sekarang kalian sudah berbaikan huh? Eunbi baru saja akan menghidupkan Macnya saat sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul dinotifikasi ponselnya.

Hai Eunbi! Hyeji bilang kau tadi datang mencariku..

Jadi......

Sekarang aku ada di taman dekat apartemenmu!

-Jungkook

Pupil mata Eunbi membesar saat membaca deretan kata yaang tertera dilayar ponselnya. Seakan tidak percaya Eunbi langsung berlari keluar apartemen, melupakan bahwa ini bulan desember dan ia hanya memakai kaos tipis dengan celana tidur dan sandal selop. Langkahnya melambat saat mendapati punggung seseorang hadir dalam mimpinya itu.

"Jungkook....." panggilnya lirih. Pemuda itupun menoleh dan segera berlari menghampiri Eunbi dengan wajah cemas. "Gadis bodoh! Kenapa keluar dengan pakaian setipis ini?!" oceh Jungkook sembari melepas mantel dan membungkus badan Eunbi yang sudah menggigil. Eunbi masih terdiam, ia terlalu kaget mendapati Jungkook yang benar-benar ada disini. Mengabaikan segala celotehan Jungkook tentang betapa pentingnya memakai pakaian hangat dimusim dingin dan hipotermia.

Berakhirlah mereka berdua di apartemen Eunbi dengan dua gelas coklat panas untuk mengembalikan suhu tubuh mereka. Jungkook menyesap coklat panasnya tanpa melepas pandangannya pada Eunbi dan tersenyum tipis setelahnya. Sedangkan Eunbi hanya menatap coklat panasnya yang berada di kedua tangannya.

"Maafkan aku karena tiba-tiba memanggilmu dan membuatmu kedinginan" ucap Jungkook lirih menatap Eunbi yang sekarang mengangkat wajahnya.

"Aku baik-baik saja, tapi darimana kau mendapat nomor teleponku?" balas Eunbi disertai senyuman tipis, Eunbi sudah menduga bahwa Jungkook mendapat nomor ponselnya dari kakaknya.

"Aku mendapatkannya dari Kak Sojung, apakah dia tidak mengatakannya padamu?" tanya Jungkook sedikit kaget

"Aku rasa dia memang sengaja tak mengatakannya padaku" Eunbi menggeleng kecil

"Apakah.... kau keberatan?" Jungkook sedikit merasa bersalah sekarang karena Eunbi ternyata belum mengijinkannya. Namun Eunbi segera mengangkat baahunya, mengatakan bahwa dia baik-baik saja asal itu Jungkook. Membuat Jungkook menarik kedua ujung bibirnya keatas. Setelah itu keduanya kembali hening. Larut pada pikiran masing-masing.

"Jadi.... maukah kau menceritakan padaku tentang mimpi itu?" tanya Jungkook tiba-tiba membuat Eunbi sontak mengangkat kepalanya mentap Jungkook dengan ekspresi kaget yang lucu.

"Mimpi?" Eunbi akan menghajar Sojung besok. Kakaknya itu benar-benar tidak bisa menjaga rahasia.

"Apa saja yang sudah dikatakan jeparah itu padamu?" alih-alih menjawab pertanyaan Jungkook, Eunbi lebih berminat untuk mengumpati Sojung sekarang ini. Jungkook terkekeh melihat air wajah Eunbi yang menurutnya sangat menggemaskan saat kesal seperti ini. Tangannya terulur untuk mengacak pelan rambut Eunbi. Sukses membuat Eunbi membeku ditempatnya. Jungkook segera menyadari perilakunya yang sedikit terlewat batas bagi seseorang yang baru saja mengenal itu dan menyingkirkan tangannya dari rambut Eunbi.

"Kak Sojung bilang aku pernah ada di beberapa mimpimu, hanya itu saja" jelas Jungkook setelah menjauhkan tangannya dari Eunbi dan menormalkan kembali debaran dijantungnya. Namun hanya anggukan yang didapat Jungkook sebagai jawaban.

"Apakah itu tidak bagus? Mimpimu?" tanya Jungkook sedikit ragu melihat raut wajah Eunbi yang sepertinya enggan membicarakan mimpi tersebut.

Eunbi menggeleng "Aku tidak tahu. Apakah itu masuk kedalam kategori bagus atau tidak"

"Jadi nona, bisakah kau menceritakan mimpinya padaku? Aku akan membantumu mengelompokkannya kedalam kategori bagus atau tidak" tawar Jungkook mengambil cangkir dalam genggaman Eunbi dan meletakkannya di meja lalu menggenggam tangan Eunbi untuk meyakinkan Eunbi serta menggantikan coklat panas itu untuk menghangatkan Eunbi. "Aku akan baik-baik saja Eunbi" ucapnya yakin.

Eunbi masih bimbang, ia tak yakin bisa menceritakan perihal mimpi itu kepada Jungkook. Eunbi tetap bungkam, namun Jungkook dengan sabar menunggu dan terus mengelus tangan Eunbi digenggamannya. Ia tahu bahwa Eunbi hanya sedang mengumpulkan keberaniannya untuk bisa membagi hal itu kepada Jungkook.

Jungkook tersenyum lebar dan terkekeh lalu mengecup singkat pelipis Eunbi saat mendengar pengakuan Eunbi. Membuat Eunbi semakin tersipu hingga berakhir menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jungkook. "Aku akan mengubah mimpi itu menjadi nyata. I Love You Eunbi" janji Jungkook sambil mengeratkan pelukannya pada Eunbi.

























































"Mimpi itu.... tentang pernikahan kita" 












udah ya lunas utangnya XD
semoga menghibur

bakal ngilang dulu dari dunia oren, harus siapin materi dan mental buat sidang minggu depan

see ya~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simple ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang