Lecturer

925 77 1
                                    

Debaran itu kembali Eunbi rasakan kali ini, saat dia kembali bertatap muka dengan dosen muda itu untuk berkonsultasi mengenai penelitian yang akan dia lakukan dengan dosen muda itu sebagai pembimbingnya. Awalnya Eunbi kira ini hanyalah perasaan kagum dari seorang mahasiswa terhadap dosennya yang masih muda, tampan, dan pengetahuan luasnya, membuat dosen itu memiliki value yang sangat tinggi bagi Eunbi. Dosen bertubuh jangkung dengan kulit putih bersih serta gigi kelinci itu mampu membuatnya terkesima dipertemuan pertama mereka semester lalu. Eunbi tidak akan pernah terlambat apalagi absen di semua mata kuliah yang diampu oleh dosen itu. Bahkan Eunbi yang jarang sekali aktif dikelas mendadak menjadi mahasiswa teladan. Usia mereka terpaut 8 tahun, tidak terlalu jauh bukan?

Eunbi tidak pernah berharap lebih, ia sadar diri bahwa hubungan keduanya tidak akan lebih dari sekedar pendidik dan anak didik. Namun ancap kali dosen itu mengiriminya pesan singkat, memang bukan masalah pribadi, dosen muda itu sering kali mengirimkan beberapa jurnal dengan pesan yang teramat singkat 'Ini menarik, coba pelajari'. Iya, hanya empat kata itu yang sering di tulisnya sebagai pelengkap. Walaupun terkesan sangat formal, namun Eunbi sangat menunggu pesan-pesan berisi jurnal yang dikirimkan oleh dosen kesayangan dan mampu membuat Eunbi begadang semalaman untuk mempelajarinya. Eunbi berfikir tidak ada ruginya ia mempelajari jurnal-jurnal itu, toh itu akan menambah pengetahuannya dan jurnal-jurnal itu dapat ia jadikan topik bahasan saat berbicara dengan dosen kesayangannya itu. Sekali tembak, dua burung kena.

Hari ini dia memiliki janji temu dengan dosen kesayangannya, untuk membicarakan penelitian yang harus dia lakukan. Eunbi sudah memikirkan beberapa masalah yang bisa diangkat untuk topik penelitian, tentunya berkat jurnal-jurnal yang sering kali ia baca dan dihubungkan dengan kenyataan yang ada disekitarnya. Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah kafe, entahlah dosen itu yang memintanya.

'Halo.. Eunbi'

'H-ha-halo Pak Jungkook' balas Eunbi terbata-bata, kaget karena tiba-tiba Jeon Jungkook, dosen kesayangannya ada di depannya

'Jangan ngelamun terus, emang ngelamunin apaan sih? Sampe saya panggil gak nyaut-nyaut' jelas Jungkook sembari mendudukkan diri di sebrang Eunbi

'Eeh.. itu... engga Pak... Pak Jungkook udah pesen?' tanya Eunbi mengalihkan pembicaraan, tidak mungkin kan dia berterus terang bahwa ia sedang memikirkan orang yang sekarang menjadi lawan bicaranya.

'Saya belum pesan, kamu mau sekalian pesan apa?' Jungkook melirik meja didepannya. Dan melihat bahwa Eunbi hanya memesan kopi sebelumnya.

'Gausah pak, saya udah pesen, nih' ucap Eunbi sambil menjukkan kopi dan cengiran khasnya.

'Duh masa kopi doang sih, pesan makanan sekalian ya, saya belum makan nih, laper, jadi temenin saya makan ya' paksa Jungkook

'Eh.. gausah repot-repot Pak, saya gak laper' tolak Eunbi dengan menggelengkan kepalanya cepat.

'Saya gak repot Eunbi, kan tinggal pesan. Pokoknya saya gak mau makan sendirian'

Eunbi pasrah, ia hanya menganggukkan kepalanya, ternyata Jungkook orangnya sedikit keras kepala. Hal itu membuat Jungkook tersenyum menang, lalu ia beranjak memesan makanan untuk mereka berdua. Saat Jungkook kembali, Eunbi mulai mengutarakan beberapa masalah yang akan ia ajukan sebagai topik penelitian, namun Jungkook malah berkata bahwa mereka akan mendiskusikan masalah tersebut seusai makan 'Nanti... Saya kalo laper gabisa mikir Eunbi' begitu katanya dan diakhiri kekehan kecil. Perkataan Jungkook sukses membuat Eunbi mendengus kecil, sedangkan Jungkook hanya tersenyum gemas melihat Eunbi.

'Sekarang lagi gak di kampus, jangan panggil saya Bapak ya, takutnya orang salah kira saya pedofil' canda Jungkook

'Hah? Terus saya manggilnya apa dong Pak?'

'Mas? Atau Jungkook?' atau sayang juga boleh, tentu kata terakhir diucapkan Jungkook didalam hati

'Saya panggil mas aja kali ya Pak, gaenak kalo langsung manggil nama'

'Kalo udah pake 'Mas', 'Pak' nya dihapus dong Eunbi' ucap Jungkook seraya mengusak rambut Eunbi.

Aduh bisa mati terkena serangan jantung Eunbi apabila diperlakukan semanis ini oleh Jungkook, batin Eunbi.

Selesai makan mereka benar-benar fokus membahas masalah penelitian, Jungkook yang menggodanya tadi sudah hilang entah kemana berganti dengan Jungkook yang serius. Keduanya banyak bertukar pendapat dan pemikiran terkait masalah-masalah yang ada. Eunbi bersyukur ia sudah membaca jurnal-jurnal yang Jungkook berikan, karena itu benar-benar membantunya.

Setelah menyelesaikan konsep penelitian, Eunbi bersiap pergi, sebenarnya ia ingin lebih lama bersama Jungkook, namun ia harus pergi ke tempat pekerjaan paruh waktunya.

'Sudah mau pulang?' tanya Jungkook yang mengamati Eunbi yang sedang merapikan barang-barangnya

'Iya mas, aku ada kerjaan abis ini' balas Eunbi tanpa melihat Jungkook, masih fokus merapikan barang-barangnya. Oh, lihatlah dirimu Eunbi, bahkan sudah terbiasa menggunakan sapaan 'Mas' hanya dalam waktu kurang dari 3 jam.

'Saya anter ya, saya pengen kenal kamu lebih deket, boleh?'

Eunbi membeku di tempatnya, semua pergerakannya terhenti, perlahan ia menatap Jungkook yang kini sedang menatapnya dengan tatapan teduh dan senyum manis di bibirnya. Seseorang tolong ingatkan Eunbi untuk bernafas. Eunbi masih belum sadar, ia tak percaya kata-kata itu akan didengarnya dari Jungkook.

'Eunbi?' panggil Jungkook lagi saat melihat tidak ada respon dari Eunbi

'Saya serius Eunbi, saya pengen kenal kamu lebih dalam lagi, bukan sebagai dosen dan mahasiswa...' ucap Jungkook menggantung, sekarang Jungkook ragu, apakah ini terlalu ekstrim bagi Eunbi, atau apakah ia terlalu tergesa-gesa, atau.. Eunbi tidak.menyukainya? Semua pikiran negatif mendadak memenuhi otak Jungkook.

Eunbi tersadar, ia menatap Jungkook lalu tersenyum, senyum teramat manis yang menular sehingga mampu membuat sudut bibir Jungkook juga terangkat.

'Ah... Apakah sekarang bukan hanya cinta satu sisiku lagi?' batin Eunbi. Ia masih belum berani berharap banyak, Jungkook yang berkata ingin mengenalnya lebih dekat saja sudah mampu membuat Eunbi bahagia.


Hai aku balik lagi nih wkwk
Gimana? Kurang nge-feel ya part ini?

Ini nulisnya cepet-cepet banget keburu ilang idenya hehe :))

Terimakasih buat yang sudah mau mampir baca.

Simple ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang