[I] Perjalanan

1.4K 75 11
                                    

Arti dari kata dengan basa sunda di komentar.

--- --- --- --- ---

Bagian 1.4

Status Karakter

Bandung : Zian, Reksha, Jonathan, Lilian, Fira, Dhaifan, Tomi.

--- --- --- --- ---

"..., Kabar selanjutnya adalah tentang pulau jawa yang sudah siaga bencana..."

(sfx : Suara channel radio berganti.)

"... Saat itu... Aku sedang bosan..."

(sfx : Suara channel radio berganti.)

"... dan yang ke delapan dari top twenty kita adalah dari band Sector dengan lagu..."

(sfx : Suara channel radio berganti.)

"..., radio Ox Bandung mengabarkan dari Buah Batu..."

(sfx : Suara channel radio berganti.)

(sfx : Suara radio dimatikan.)

"Oi Dhai! Bisa diem ga, dari tadi lo mainin tu radio. Mau aki ini mobil habis?" Reksha mematikan radio namun tetap memperhatikan jalan didepan agar tidak menabrak mayat hidup seperti sebelumnya di Jalan Merdeka.

"Iya deh, kumaha manéh Rek. Bisi wéh ada informasi yang kita ga tau, kaya perlindungan gitu?" Dhaifan mencoba menyalakan radio namun tangannya ditepuk tangan kiri Reksha yang kebetulan sedang memegang kopling.

Aku tertawa kecil dibelakang melihat kelakuan mereka berdua daritadi hingga mereka berdua pun berhenti. Kami semua sekarang berada di Jalan Layang Pasupati, kami tidak lewat bawah karena mayat-mayat hidup menghalangi jalan sehingga mobil pun tidak bisa bergerak. Kami semua bertujuan untuk mencari cara untuk keluar dari pulau jawa bagaimana pun caranya, dan kami sepakat untuk keluar Bandung melewati tol Pasteur.

Didepanku ada Jo yang sedang memperhatikan jalan dan Lilian dan Fira yang sedang mengobrol, ngobrolin orang seperti biasanya. Disebelahku Tomi yang sedang sibuk mendengarkan musik sambil memainkan game, sedangkan aku yang tidak ada kerjaan ini duduk termenung melihat ke luar jendela. Hingga aku terpikir tentang walkie-talkie yang kubawa, aku pun mengeluarkannya lalu mencoba mencari siaran dari orang-orang, sama sepert yang Dhaifan lakukan didepan namun aku mengecilkan suara walkir-talkie.

Aku menunggu, hampir tidak ada frekuensi apapun yang terhubung ke walkie-talkie tuaku ini. Aku terus mencari dan akhirnya mendapatkannya, aku membesarkan volume suaranya sedikit hingga terdengarlah suara seorang pria.

"Siaran Darurat! Nyalakan televisi atau radio anda! Televisi dengan channel 8 atau Radio dengan frekuensi 87,6!" Aku mendengarkan terus dan mencoba menjawab namun perkataan tersebut berulang kali disebutkan sehingga tidak ada waktu untuk bertanya dan aku sudah beranggapan itu hanya sebuah rekaman suara.

"Rek! Coba nyalain radionya, ke frekuensi 87,6," Jo yang ternyata menguping meminta Reksha menyalakan radio.

"Eh? Buat apa Jo?" Reksha menjawab.

"Tuh pan! Nu urang bilang bener di radio ada informasi!" Dhaifan dengan logat sunda aslinya langsung menyalakan radio dan mulai mencari frekuensi 87,6.

"Ah yang tadi lu cari cuma antara frekuensi 99,0 ampe 16,7, yang isinya kebanyakan cuma lagu," Reksha bercanda kepada Dhaifan.

Frekuensi 87,6 telah diputar, kami semua pun mencoba mendengarkan. Aku pun mencabut handsfree yang terpasang di telinga Tomi dan menyuruhnya untuk ikut mendengar. Di frekuensi tersebut terdengar suara berat yang sudah tak asing lagi, itu adalah suara dari kepala kepolisian Kota Bandung.

The Infected OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang