[III] Virus [1]

548 29 4
                                    

Sudut Pandang Orang Ketiga

+++ +++ +++ +++ +++

Bagian 3.3

Status Karakter

Fasilitas Penelitian Purwakarta : Zian, Reksha, Fira, Jo, Lilian, Tomi, Genta, Citra, Rachmat, Jerri, Irene, Ulfi, Peneliti, Arin, Septian, Hugo, Pengungsi lainnya.

--- --- --- --- ---

Satu minggu berlalu semenjak kedatangan Zian, Reksha dan kawan-kawan ke Fasilitas Penelitian Purwakarta. Keadaan sangat aman di fasilitas tersebut, makanan yang jumlahnya cukup untuk seluruh pengungsi tinggal selama mungkin, serta senjata-senjata yang terkumpul dari kantor polisi membuat fasilitas itu sangat aman.

Di atap fasilitas tersebutlah Zian dan Reksha sedang melakukan piket yang telah dijadwalkan untuk seluruh pria di fasilitas itu. Selain berjaga di atap atau menara pengawas, beberapa orang sering dikirim ke luar fasilitas untuk mencari kebutuhan atau orang yang masih selamat dari virus yang terus menyebar, Zian dan teman-temannya belum diperbolehkan untuk melakukan piket keluar fasilitas karena kemampuan mereka dalam menggunakan senjata api belum baik dibandingkan para pengungsi pria yang lebih tua dari Zian.

Karena itulah, Zian dan teman-temannya mendapat latihan menggunakan senjata api di fasilitas itu, tidak hanya Zian bahkan para wanita pun diajarkan bagaimana menggunakan senjata api. Menggunakan senjata api sudah menjadi kemampuan yang penting di tengah kehancuran. Diantara kelompok Zian, ada beberapa orang yang khawatir dengan keadaan fasilitas itu, antara lain Reksha, Jo, dan Lilian yang merasa bahwa Fasilitas Penelitian Purwakarta adalah tempat dimana Neil kabur.

Reksha berjaga dengan penuh sedikit kekhawatiran walau sebenarnya sudah satu minggu ia tinggal di FPP dan tidak menemukan hal-hal ganjil yang bisa membahayakan dirinya dan tentu teman-temannya. Di sisi lain, Jo dan Lilian sudah membaik dari trauma mereka ditengah kota namun tetap menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya. Sedangkan, Genta dan Citra mulai bisa merelakan kepergian KIna.

"Rek," Zian berkata, "Turun yuk ah, lelah gw. Lagian shift kita udah mau selesai."

"Boleh dah," Reksha menjawab, "Gw haus," Reksha meletakkan teropong kecil yang ia pegang ke dalam sakunya.

Mereka berdua berjalan menuju tangga dan turun ke lantai 3, Reksha dan Zian mendekati pemuda lain yang akan menggantikan tugas mereka siang itu. Mereka berbicara sesaat dan akhirnya Reksha dan Zian turun untuk istirahat hingga malam.

"Rek," Zian membuka pembicaraan selagi menyusuri lorong, "Ke dapur ajalah, biar sekalian makan siang mau ga?"

"Hmm..." Reksha berpikir sejenak, "bolehlah."

Mereka berdua menuruni lantai menuju lantai 1 dimana dapur berada, mengobrol santai di lorong lantai 2. Keadaan lorong saat itu hanya ada mereka berdua, karena seluruh pengungsi lain ada di lantai satu yang merupakan tempat utama seluruh pengungsi. Lantai dua dan tiga tempat khusus untuk penelitian, akibatnya memang sepi dari para pengungsi.

Dari kejauhan mereka berdua melihat seseorang berjalan di depan mereka dan berhenti di sebuah pintu. Semakin terlihat jelas siapa yang sedang berada di pintu tersebut, itu adalah Hugo, Hugo membuka pintu tersebut dan masuk. Zian dan Reksha yang melewati pintu tersebut melihat tulisan yang menunjukkan pintu tersebut adalah ruangan penelitian yang berhubungan langsung dengan ruang kepala peneliti.

Mereka tidak banyak bicara ketika melewati ruangan tersebut, tapi tentu saja muncul sesuatu di benak mereka untuk apa Hugo masuk ke ruangan itu. Mereka akhirnya tidak mempermasalahkan masalah tersebut dan melanjutkan perjalanan mereka ke kantin untuk makan siang. Langkah demi langkah mereka menyusuri setiap lorong dan tangga menuju lantai 1, Reksha dan Zian hanya bercanda dengan tenang.

The Infected OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang