[I] Keberangkatan

1.7K 96 10
                                    

Bagian !.2

Status Karakter

Bandung

Protagonis Utama Tanpa Nama, Reksha, Jonathan, Lilian, Fira

--- --- --- --- ---

Kejadian kemarin mungkin salah satu kejadian paling mengerikan yang pernah kualami sampai sekarang. Aku Fauziantara, atau yang biasa dipanggil Zian, kini tengah duduk dibalkon kamar kosanku di lantai 2. Di tempat aku tinggal ini terdapat sekitar 10 kamar namun hanya 6 kamar yang terisi.

Hari baru saja berganti dan sudah waktunya untuk sang mentari muncul kembali ke permukaan. Aku yang tidak bisa tidur hanya memainkan ponsel hingga baterainya habis di balkon, aku ingat benar malam kemarin semenjak insiden di bioskop terdengar banyak sekali bunyi sirine entah dari ambulans, polisi, ataupun pemadam kebakaran.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam kurang sedangkan aku masih saja duduk di balkon melihat pemandangan langit. Hingga terdengar bunyi motor yang sudah familiar, itu adalah Reksha, aku melihatnya turun dari motor dan membawa sebuah plastik. Ia berjalan naik ke kamarku dan langsung menyapa diriku yang mungkin saja terlihat sangat kacau.

"Yo Zi! Nih gw bawa gorengan buat kita makan bareng," Ia menaruh bungkus plastik tersebut di meja sedangkan aku hanya diam saja.

"Zi, tadi malem lo kayanyaga tidur? Kejadian kemarin di bioskop kan..." Reksha menghela nafas lalu duduk di kursi lain dan tertawa kecil.

"Zi, Bandung udah ga aman kayanya. Gimana kalo kita coba pergi cari tempat yang lebih aman," Reksha mendadak serius, diikuti aku yang mencoba untuk menjawab.

"Err... Mau pergi kemana Rek? Mau kapan?" aku membalas dan mengambil sebuah cireng di plastik gorengan yang dibawa Reksha.

"Entahlah, cuman yang pasti kita akan mencoba berangkat sore ini. Lagian Jo sama pacarnya udah fix ikut kok..." Reksha menjawab dengan santainya sambil meminum sebuah minuman botol yang ia bawa.

"Kapan lo ngasih tau Jo?!" Aku kaget ketika mendengar Jo akan ikut dalam perjalanan "kabur" dari kota Bandung.

"Ahaha, emangnya cuma lo yang ga bisa tidur Zi? Gw juga ga bisa! Akhirnya aku pun membuat rencana agar hal-hal yang terjadi dalam film tidak terjadi," Reksha tertawa kecil kembali, aku mulai memikirkan bahwa sebenarnya tidak hanya aku yang tidak bisa tidur karena kejadian kemarin melainkan orang-orang yang mungkin terlibat di bioskop tersebut tidak bisa tidur.

"Baiklah! Aku ikut!" Aku memutuskan untuk ikut Reksha dan Jo, hingga tersedak cireng yang sedang aku makan, aku langsung mengambil minuman milik Reksha dan meminumnya.

"Haha... Jangan gitu juga Zi, aku belum tentu yakin kita bisa selamat dan semoga saja zombie-zombie tersebut belum menyebar di Jawa Barat ini, kalo gitu sore jam setengah lima gw tunggu di rumah, telat ditinggal!" Reksha berdiri lalu pergi meninggalkanku setelah mengambil salah satu cireng dan mengatakan beberapa hal yang harus kubawa.

Aku masuk ke dalam kosan lalu mandi sambil berpikir apa yang akan kami lakukan untuk pergi nanti. Selesai mandi dan mengganti pakaian, aku memasak mie instan untuk sarapan. Aku pun menyalakan televisi sambil memakan mie serta sisa gorengan yang ada, aku mencari channel berita dan aku sangat terkejut bahwa pulau jawa sudah dalam siaga bencana dan presiden pun sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman.

Aku mempercepat makanku, lalu mulai berkemas sesuai barang yang harus kubawa. Aku memasukkan beberapa setel pakaian, obat-obatan, persediaan makanan dan minuman yang tahan lama. Mungkin kerjaanku sekarang lebih baik dibandingkan hal yang terjadi di film-film yang ceritanya dibuat seolah seluruh masyarakat belum tahu akan keberadaan zombie.

Aku pun pergi ke kamar mandi untuk mengambil alat kebersihan yang mungkin saja berguna. Selain itu aku mengambil obeng dan palu untuk memperbaiki alat dan juga walkie-talkie untuk menghubungi orang lain. Aku pun pergi keluar mencari udara segar hingga terlihat beberapa mobil polisi sengaja berhenti di seberang kosanku ini. Dari balkonku ini aku melihat ada sekitar enam polisi menodongkan senjatanya ke arah rumah besar di sana, beberapa warga pun mengerumuni polisi tersebut.

(sfx : Pistol Menembak)

Salah seorang polisi tersebut menembakkan pistol-nya dan membuat kerumunan tersebut bubar diikuti teriakan dan tangisan beberapa orang. Terlihat dari sini raut wajah orang yang melihat menjadi ketakutan, kondisi ini sama dengan apa yang terjadi kemarin di bioskop namun aku hanya menjadi orang yang melihat dari jauh bukan yang terlibat.

Aku pun masuk kembali ke kamar dan mencoba untuk tidak mengingat kejadian kemarin dan yang baru saja terjadi. Hingga aku pun tertidur di karpet kamarku.

+++ +++ +++ +++ +++

Aku terbangun dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 2 tepat, aku berjalan ke kamar mandi lalu membersihkan wajahku yang berantakan. Aku baru ingat bahwa setengah lima nanti aku harus ada di rumah Reksha, aku pun mengganti pakaian. Aku mengenakan celana jeans biru, kaos kerah, serta jaket coklat. Aku sudah siap untuk berangkat, namun aku berdiam diri sebentar didepan kasurku. Aku berjongkok dan mengangkat kasur untuk mengambil sebuah pisau belati yang ayahku dulu berikan sebagai hadiah, benar-benar barang berharga yang sangat aku sayangi. Aku pun menalikan pisau belati tersebut di punggung menggunakan tali khusus yang bisa disangkutkan ditasku.

Aku pun keluar membawa kunci motor serta tas ransel dan tas kecil. Aku pun turuni anak tangga dan mengambil sepatu dan mengenakannya. Aku naik ke motor bebek warna biru yang sudah berumur 3 tahun dan kurawat sebaik baiknya. Aku menyalakan mesin motorku, namun terdengar teriakan di depan kosan yang membuat diriku langsung keluar menuju jalanan.

Entah sudah lebih dari berapa jam aku tidur sejak kejadian pagi tadi, keadaan kota Bandung sudah sangat kacau banyak mobil terbakar, orang orang berlarian, dan tentu saja mayat mayat hidup yang jumlahnya semakin banyak saja.

Satu jam berlalu begitu cepat aku pun sampai di rumah Reksha, seharusnya aku sampai dalam waktu setengah jam namun jalan protokol yang diblok membuat aku mencari jalan lain ke rumah Reksha yang ada di Jalan Tubagus Ismail. Aku melihat Reksha, Lilian, dan Fira sedang membereskan barang di mobil mini-bus milik Jo, aku pun memarkirkan motor di depan rumah dan menyapa mereka semua. Reksha mengatakan bahwa kami semua akan berangkat lebih cepat karena memang kondisi Kota Bandung ini sudah sangat kacau, hanya tinggal menunggu Jo dan Dhaifan datang membawa peralatan cadangan yang mereka beli di toko swalayan terdekat.

Namun Reksha memberitahu bahwa sudah hampir satu jam mereka belum kembali dan membuat dirinya khawatir. Reksha pun memintaku menemui mereka, namun aku sempat menolak hingga Usep, tetangga Reksha yang ingin 'pergi' juga, menawarkan bantuan. Aku pun setuju, kami berdua pun pergi mencari Jo dan Dhaifan ke toko swalayan menggunakan motorku.

Karena tidak terlalu jauh kami pun cepat sampai disana dan kami berdua kaget dikarenakan pintu masuk ke dalam toko tersebut tertutup rapat dengan beberapa mayat hidup mengerumuni gerbang masuknya. Kami berdua pun mulai mencari cara untuk menyelamatkan Jo dan Dhaifan yang semoga saja masih hidup di dalam toko swalayan tersebut.

--- --- --- --- ---

Keberangkatan - Selesai

--- --- --- --- ---

Trivia

*Cireng = makanan khas Bandung singkatan dari Aci Digoreng, pasti pada taulah :p

**Tas pisau belati milik Zian sama seperti milik Luke di The Walking Dead (Video Games) dari Telltale Games


The Infected OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang