[I] Terjebak

1.6K 85 2
                                    

Bagian 1.3

Status Karakter

Rumah Reksha : Reksha, Lilian, Fira, Keluarga Usep.

Minimarket : Zian, Usep, Jonathan, Dhaifan.

--- --- --- --- ---

Aku dan Pak Usep sampai di toko swalayan, dan kami terkejut karena toko tersebut tertutup rapat serta sekitar tujuh mayat hidup sedang memukul penghalang yang biasanya digunakan pada garasi. Salah satu mayat hidup tersebut menoleh, sontak kami langsung berlari ke sebuah kios kelapa muda yang berada tepat di seberang toko swalayan tersebut. Kami berdua masuk lalu menutup dan menghalangi pintu dengan sebuah lemari kecil.

Kami berdua melirik keluar menggunakan jendela kecil yang sudah tertutupi debu, aku pikir pemilik kios ini sudah lama pergi atau pun yang terburuk. Aku melihat sama seperti sebelumnya semua mayat hidup tersebut masih mengerumuni toko swalayan 2 lantai tersebut.

Aku pun mencoba memikirkan bagaimana kami berdua menyelamatkan Jo dan Dhaifan, tiba-tiba Pak Usep memberi saran kepadaku. "De, biasanya kan ada ruangan diatap yang bisa tembus ke lantai bawah, kaya gudang gitulah. Bagaimana kalo kita menyelamatkan mereka berdua lewat sana?"

"Bisa saja pak, tapi gimana cara kita keatasnya?" aku setuju dengan saran Pak Usep, Pak Usep adalah seorang guru seni rupa yang umurnya berbeda lebih dari 15 tahun dari diriku dan karena ia adalah salah seorang pelaku seni mungkin ia tahu tentang gedung.

"O.. Tentu ada. Coba adek lihat ke kiri kerumunan ada tangga ke kafe dilantai atas bukan, nah sekarang kita coba kesana," Aku melihat ke arah kiri kerumunan dan benar ada tangga ke lantai 2. Aku pun setuju dan kami akan keluar setelah setuju akan langsung berlari setelah keluar dari kios ini.

Aku membuka pintu kios perlahan dan melihat keluar namun ternyata salah satu mayat hidup tersebut ada di dekat pintu dan menarik kaki kiri-ku. Aku pun kaget dan panik, namun aku tidak kehabisan akal aku langsung menendang kepala mayat hidup tersebut namun tidak kunjung melepas kakiku.

(sfx : Bagian tubuh terpotong)

Aku melihat kepala mayat hidup tersebut terbelah dua, terbelah dua oleh sebuah pisau belati, pisau belati milikku yang digunakan Pak Usep untuk menyelamatkanku dan aku lupa kalau aku membawanya. Aku pun dibantu Pak Usep berdiri lalu berlari dengan celana jeans-ku yang basah karena darah dari kepala mayat hidup tersebut. Kami berdua sampai di tangga diikuti beberapa mayat hidup di pintu toko berbalik ke arah kami, kami yang lebih cepat ke lantai dua mengambil meja terdekat lalu menjatuhkan meja tersebut ke mayat hidup yang sedang menaiki tangga hingga seluruhnya jatuh dan mereka tidak bisa naik ke tempat kami berada.

Kami melihat keadaan kafe dilantai dua yang sudah sangat berantakan, dan ada satu mayat hidup yang tersangkut diujung dan tidak bisa menggapai kami. Aku mendiamkan mayat hidup tersebut sambil melihat sekeliling. Pak Usep bertanya padaku masalah kakiku apakah terluka atau tidak karena serangan awal, aku pun menjawab tidak karena aku tidak ingin berubah menjadi salah satu dari makhluk kanibal tersebut.

Kami berdua pun berkeliling dilantai dua dan tidak menemukan jalan serta barang yang mungkin saja berguna. Aku pun berjalan ke sebuah pintu lalu aku membukanya itu adalah dapur, aku memanggil Pak Usep untuk menemani-ku ke dalam karena cukup gelap, untungnya Pak Usep memiliki sebuah ponsel yang dilengkapi senter sehingga bisa menerangi dapur tersebut.

Dapur tersebut tidaklah besar mungkin hanya cukup untuk lima orang dan ada sebuah pintu kecil di ujung lainnya. Pak Usep melihat ke sekitar dan aku mengikutinya dari arah yang berbeda, di dapur ini bisa dibilang memiliki peralatan yang masih lengkap. Kami sekarang memasuki pintu kecil yang ada di ujung ruangan, ruangan itu adalah gudang dengan ukuran 2 kali 2 dan tinggi hanya 1,7 meter membuat kami harus merunduk di dalamnya.

The Infected OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang