[II] Waktu

1.1K 53 2
                                    

Bagian 2.1

--- --- --- --- ---

"Hosh... Hosh... Hosh..."

Sial! Makhluk apa itu? Regan... Abdur... Sandra..., Sial!!! Aku gagal melindungi mereka semua...

Akan kubunuh makhluk itu, akan kuhancurkan tangannya yang aneh itu! Hanya pisau ini yang kupunya, baiklah akan kupertaruhkan nyawaku ini...

Yakinlah!!

ZRASSHHH.... ZRASSHHH... ZRASSHHH...

Aku membunuhnya... Aku berhasil... Kawan-kawan aku akan temui kalian nanti...

Eh? Apa itu? Cahaya diatas gedung? Aku harus lari! Kurasa itu seorang sniper atau makhluk sejenis tadi...

DZINGG...

"Agghhh!!!"

Aku tertembak tidak!

I... Ini... Bukan peluru, ini... Sebuah suntikan dengan tulisan... 'Subject P018'... Kepalaku pusing... Tanganku terasa panas... Ada yang bergerak didalamnya... Tidak! Tidak!

"TIDAAKKKKKKK!!!!"

--- --- --- --- ---

"Oi, Genta! Udah ketemu belum alatnya," Aku bertanya kepada Genta yang sedang mencari beberapa kertas dan minyak tanah di kantor tempat istirahat. Genta adalah anak sulung dari 3 bersaudara yang menambah anggota kami di tempat istirahat kilometer 97 ini, ia berumur sekitar 27 tahun.

"Udah, coba lo kesini Zi," Ia memanggilku dari dalam kantor tersebut. Aku pun masuk kedalam kantor tersebut dan melihat Genta sedang membawa sebuah pemukul kasti dan satu jerigen minyak tanah.

Kami sudah hampir sebulan tinggal disini semenjak meledaknya pom bensin, Genta dan adiknya datang sekitar 2 minggu yang lalu dengan menggunakan mobil kemahnya. Hingga akhirnya anggota kami berjumlah 9 orang, kami tinggal diatap toko setelah melenyapkan sisa sisa infected yang ada. Tentu sebuah komunitas tidak lengkap tanpa adanya seorang ketua, kami mengadakan musyawarah kecil 3 hari setelah kepergian Dhaifan dan Pak Balar, dan mendapat keputusan Reksha-lah yang menjadi ketua.

Kami berdua pergi meninggalkan kantor tersebut dan kembali ke camp, dimana semuanya sedang berkumpul. Reksha dan Tomi sedang memperbaiki benteng agar tidak ada infected yang masuk, benteng tersebut dibuat dari berbagai besi dan kayu yang kami temukan di tempat istirahat yang luas ini. Jo sedang duduk diatap dengan 2 walkie-talkie yang selalu siap untuk menjawab siapapun yang berada di jalan tol. Lilian bersama Citra, adik perempuan pertama Genta yang berumur 20 tahun, sedang di dalam mobil kemah Genta memasak sesuatu yang cukup wangi. Terakhir Fira dan Kina, adik perempuan kedua Genta yang berumur sekitar 17 tahun, sedang membersihkan kemah di atas atap.

Aku dan Genta masuk melewati benteng dan langsung menaruh barang bawaan yang kami temukan di sebuah gedung yang kami khususkan untuk menyimpan kebutuhan. Selain itu untuk melindungi diri kami memiliki beberapa alat yang sudah di modifikasi seperti pisau yang digabung dengan tongkat menjadi tombak, pisau-pisau kecil yang kami temukan di beberapa restoran, pisau belati milikku, serta 2 buah pistol dan senapan.

Setelah menaruh peralatan aku naik ke atap menemani Jo dengan walkie-talkie-nya. Listrik di tempat istirahat ini juga masih ada entah sampai kapan, selain itu sinyal telepon juga masih ada walaupun beberapa operator telah menutup operasinya. Aku ingat seminggu yang lalu aku masih bisa menghubungi kakak serta ibuku di Kanada, mereka berdua khawatir dengan apa yang terjadi di Pulau Jawa dan memintaku pergi secepatnya.

Aku mengobrol dengan Jo di atap toko sambil melihat-lihat seluruh pemandangan di tengah jalan tol yang belum dipenuhi gedung. Kami berdua mengingat masa lalu ketika kami masih berada di satu SMA yang sama, sungguh hari yang menyenangkan. Ketika kami sedang asik mengobrol salah satu walkie-talkie, berbunyi dan sesegera mungkin kami menjawabnya.

The Infected OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang