"Kalau aku punya kuasa untuk mengembalikan kita, aku memilih untuk tidak menggunakannya."
-
Ponsel Rigel terus saja berdering, mau tidak mau ia harus menghentikan laju motornya. Rigel membuka rentetan pesan yang masuk di aplikasi Line miliknya.
Line..
zidangantengmakasih
Assalamualaikum akhi
Gel!
Oii rigel kawanku sayang
Woy pea
Eh dimana sii
Ini emak lo nyariin lo gel
Yaallah gue ga boong demiallah
Gue ga minta traktir ini serius beb
Iya ini gue otw balik
Bagus sekalian nitip martabak
Jan lama2 beb
Gue yang coklat Ai yang keju
GPL!
Lo di rumah gue?
Woy setan
Sial!
Baru sebentar Rigel kembali memacu motornya, Rigel berhenti di persimpangan Jalan Sarwoedi. Rigel mengamati kerumunan pengendara di depannya serta beberapa polisi yang tengah mengatur lalu lintas yang terganggu.
"Bang, di depan ada apa ya? Kok rame?" tanya Rigel pada seorang pengendara motor yang berhenti.
"Oh, itu ada kecelakaan, mobil nabrak trotoar,"
Rigel mengangguk mengerti, "makasih bang,"
Rigel tidak mau menunggu lama lagi, ia harus cepat-cepat sampai rumah dan minum obat. Kalau tidak, kepalanya akan terasa sakit. Lebih tepatnya sangat sakit.
***
"Assalamualaikum,"
"RAAA!" teriak Rigel memanggil adiknya. "AIRAA!"
Seakan tahu apa yang sedang terjadi, Aira langsung menghampiri kakaknya sembari membawa botol berisi obat yang seharusnya kakaknya minum 30 menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGEL
Teen FictionAku tidak seperti yang kau kira, aku berbeda. Namun aku benci perbedaan pada diriku. Aku tidak bisa merasakan apapun. Aku monster! - Rigel Langit Jika kau sebut dirimu monster, maka aku mungkin akan tersinggung. Aku mana mungkin mencintai seekor mon...