6

206 15 5
                                    

"Kalau aku punya kuasa untuk mengembalikan kita, aku memilih untuk tidak menggunakannya."

-

Ponsel Rigel terus saja berdering, mau tidak mau ia harus menghentikan laju motornya. Rigel membuka rentetan pesan yang masuk di aplikasi Line miliknya.

Line..

zidangantengmakasih

Assalamualaikum akhi

Gel!

Oii rigel kawanku sayang

Woy pea

Eh dimana sii

Ini emak lo nyariin lo gel

Yaallah gue ga boong demiallah

Gue ga minta traktir ini serius beb

Iya ini gue otw balik

Bagus sekalian nitip martabak

Jan lama2 beb

Gue yang coklat Ai yang keju

GPL!

Lo di rumah gue?

Woy setan

Sial!

Baru sebentar Rigel kembali memacu motornya, Rigel berhenti di persimpangan Jalan Sarwoedi. Rigel mengamati kerumunan pengendara di depannya serta beberapa polisi yang tengah mengatur lalu lintas yang terganggu.

"Bang, di depan ada apa ya? Kok rame?" tanya Rigel pada seorang pengendara motor yang berhenti.

"Oh, itu ada kecelakaan, mobil nabrak trotoar,"

Rigel mengangguk mengerti, "makasih bang,"

Rigel tidak mau menunggu lama lagi, ia harus cepat-cepat sampai rumah dan minum obat. Kalau tidak, kepalanya akan terasa sakit. Lebih tepatnya sangat sakit.

***

"Assalamualaikum,"

"RAAA!" teriak Rigel memanggil adiknya. "AIRAA!"

Seakan tahu apa yang sedang terjadi, Aira langsung menghampiri kakaknya sembari membawa botol berisi obat yang seharusnya kakaknya minum 30 menit yang lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RIGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang