Hanya Ada Aku dan Diriku Sendiri

337 22 0
                                    


Jikalau kalian menyangka bahwa pada bagian ini aku akan menceritakan bagaimana kisahku menemukan teman baru, kalian salah besar! Akan tetapi, jikalau kalian mengira bahwa aku tidak menemukan teman dan berakhir tidak memiliki teman hingga semester satu berakhir, kalian sangat benar!

Yup, inilah aku, sendirian di kota ini. Berusaha untuk mengenal semesta, namun ia menutup dirinya padaku. Berusaha untuk menyatu dengan semesta, namun ia menolakku mentah-mentah.

Yup, inilah aku, sendirian di kota ini, sembari mengasihani diriku. Mengapa aku dikelilingi orang-orang seperti mereka? Mengapa aku tidak bisa diterima oleh mereka? Mengapa tidak ada yang mau berteman denganku? Mengapa aku bisa berada di sini?

Seringkali aku menangis, terkadang di siang hari, atau di sore hari, ataupun di malam hari. Yang aku tangiskan adalah keadaan di mana aku harus sendirian dalam menjalani fase baru hidupku. Jujur aku sangat rindu dengan kebisingan yang kerap terjadi di sekitarku. Di rumah, di sekolah, di tempat les, aku punya mereka. Orang-orang yang selalu menemaniku. Yang mau berteman denganku. Yang tertawa bersamaku. Yang sedih bersamaku. Yang kesal terhadapku. Yang marah terhadapku, tetapi pada akhirnya mereka tetap sayang padaku, tetap menemaniku.

Sedangkan, aku di sini tidak memiliki siapa-siapa. Siapa yang bisa ku andalkan? Siapa yang bisa kuajak bercerita? Siapa yang akan tertawa bersamaku? Siapa yang akan kesal terhadapku? Siapa?! Siapa?! Jawabannya adalah aku. Hanya ada aku dan diriku sendiri. 

MerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang