Menerima Perubahan

267 19 1
                                    

Akan tetapi, ketika aku mencermati kembali apa yang telah aku alami, sebenarnya aku tidaklah se-sendirian itu. Aku memiliki beberapa kegiatan di luar aktivitas akademik yang membuatku merasa tidak begitu merasa sendirian dan yang telah mempertemukanku dengan beberapa teman baik yang berasal dari fakultasku sendiri maupun fakultas lain. Sebagian besar kegiatan-kegiatan tersebut berasal dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang aku ikuti yaitu UKM Renang. Di sana aku bisa bertemu dengan banyak orang, berkenalan dengan mereka, dan bahkan dapat merasakan kebahagiaan sesaat bersama dengan mereka. Setiap akhir pekan aku selalu menyempatkan diri untuk berenang. Rasanya sungguh menyenangkan bisa berolahraga sekaligus melepas penat.

Dari pengalaman ini aku menyadari bahwa setiap kali memasuki suatu fase hidup yang baru pasti akan ada sesuatu yang baru pula yang terjadi di dalam hidupku. Akhirnya, aku tahu bahwa aku tidak bisa terus-terusan membandingkan kehidupan lamaku dengan kehidupan baruku di Kota Bandung ini. Aku tidak bisa terus-terusan menyalahkan keadaan dan situasiku saat ini, tetapi aku harus menghargai atau setidaknya mencoba menghargai semua pengalaman baru ini, entah itu pengalaman manis ataupun pahit.

Aku harus bisa menerima kenyataan bahwa sekarang hidupku telah berubah, sudah tidak sama lagi dengan yang dulu lagi. Mungkin saja orang-orang yang dulu selalu bersama-sama denganku juga telah berubah karena hidup menginginkan mereka untuk berubah. Dan mungkin saja aku juga sudah berubah, sudah tidak seperti yang dulu lagi. Intinya sekarang aku sudah bisa menerima kenyataan di mana hidupku sudah tidak sama seperti yang dulu lagi.

Perubahan memang akan selalu terjadi bagi setiap orang dan itu adalah hal yang baik. Namun belum tentu setiap manusia siap akan perubahan-perubahan yang ada. Dan aku termasuk salah satu orang yang belum siap itu, tetapi rasanya sekarang aku sudah siap. Dan sudah terbiasa akan perubahan-perubahan itu.

Temen-temen di sini aku melampirkan beberapa narasi dari rasa yang aku alami selama menghadapi perubahan-perubahan itu yang keduanya ditulis di dalam Ketik Rasaku yang telah unggah beberapa waktu yang lalu :

Sendiri

Di dalam kesendirian, aku belajar banyak hal. Hal-hal yang tidak kutemukan saat aku bersama dengan khalayak. Pengenalan akan diri jauh lebih dalam. Menilai lingkungan dengan lebih teramat. Memilah pengonsumsian pikiran dengan lebih cermat. Aku terbiasa sendiri. Aku sudah terbiasa dengan itu! Terkadang aku rindu dengan canda. Aku rindu dengan tawa. Aku rindu dengan bising. Perubahan yang drastis! Aku belajar untuk menerimanya.

Bahagia

Bahagia adalah suatu ilusi. Ilusi positif / negatif. Bahagia adalah suatu perspektif dari cara berpikir setiap orang. Saat seseorang bahagia, saat itu jugalah ia sedang membuat ilusi bahwa ia sedang bahagia. Jadi itu semua bergantung pada cara berpikir. Kebahagiaan bisa sesederhana mungkin atau bisa menjadi sesuatu yang sangat amat sulit untuk dirasakan, bergantung bagaimana cara kita mendefinisikan 'apa yang mampu membuat saya bahagia'. Jadi kutetapkan mulai sekarang aku akan mendefinisikan 'bahagia' dengan lebih sederhana, agar aku merasakan kebahagiaan. Agar aku lebih mensyukuri hidupku.

MerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang