"Ya tuhan, aku tak pernah mengetahui beban shasha sebesar ini selama ini. Tuhan, begitu lalainya aku menjaganya. Jangan kau hukum aku dengan kejadian ini. Aku memang ingin mengetahuinya. Tapi aku tak tahu jika akan seperti ini. Tuhan, jaga shasha. save her always god." Aku menangis dan tetap menggenggam tangan shasha yang terbujur lemas diatas kasur rumah sakit.
"kaak, ini aku bawain kopi. kaka tidur dong, kaka udah gak tidur semalaman. kak shasha pasti akan baik-baik saja. Lihat ibu, kaka tega liat ibu tidur dikursi seperti itu. bagaimana kalau kaka mengantar ibu kerumah kita saja, disana ada penjaga rumah yang siap menjaga ibu 24 jam. Dengerin aku ya kak, biar selama kaka mengantar ibu ke rumah, aku yang menjaga kak shasha ya." Nasihat adikku begitu menenangkan hatiku yang sedang gusar karna kejadian ini.
"De, boleh telpon pak yasin aja? kaka gak kuat bawa mobil, taku mencelakakan ibu dijalan. biar pak yasin aja yang jemput ibu disini. Tolong bilang bi Fahda untuk menyiapkan sepasang baju untuk kak?" pinta ku lirih.
"Dengan senang hati kaka ku sayang. If it make you feels better, i do it for you my SuperB, Super Brother " ku lihat senyum tipis mengembang di bibir manis adikku. Ya, aku tahu adikku mencoba keras menenangi ku. Dan aku akan hargai usaha adikku itu.
"I Love you my little sister" ku kecup kening adikku.
Dua hari berlalu, namun shasha tak kunjung memberikan tanda bahwa ia sadarkan diri. Aku terus membisikkan kata cinta dan semangat hidup untuk shasha. "Ku harap kau mendengarnya sha. Aku sangat mencintai mu. aku berjanji, aku akan menjaga ketiga peri hidupku. Kau, Stevia dan Ibu kita"
"Malaikat sudah mencatat janjimu pio" kudengar suara menyebut pio dari depan ku.
"shaaa, kau sudah sadar? terima kasih tuhan... kau mengabulkan doa kami.. " aku yang terkaget melihat shasha sadar, tak ku lepaskan ciuman ku yang mendarat di keningnya dan pundak tangannya.
"Alhamdulillah sayang, kamu sudah sadar. ibu hampir saja ingin menyusul mu tidur disamping mu. " ucap penuh kaget dari ibu.
"kakaaa.... Kakaaa jangan tinggalin stevia ya kak, stevia janji gak akan nakal dan akan jadi anak yang penurut sama ibu dan kak shasha, asal kaka jangan tidur kelamaan ya, aku kan khawatir sama kaka tau"
Ucap stevia menambah kehangatan diantara kita berempat.
"pio, hari apa ini? " tanyanya
"hari Senin beby, kenapa?" jawab ku penasaran
"Pioooo, bagaimana dengan pernikahan kita? undangan? Tamu? gedung? Makanan? Sudah lewat sehari, kamu pasti malu ya. kolega kamu terlampau banyak, pasti mereka kecewa, andai ini tidak terja. ..."
"ssttt, beby kamu tuh cerewet banget ya? sudah, tenang saja. Kita akan menikah di Barcelona. Ibu dan stevia sudah setuju. kita semua akan berangkat 3 hari lagi. sekalian aku harus bertemu investor besar ku di barcelona. Makanya kamu cepat sembuh. Gak bosen apa kamu tidur diruangan bau obat seperti ini? " jawabku memanja memeluknya sambil tersenyum..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Suck Father
Teen FictionAku takut pulang. Aku takut kalau ibu ku pulang telat. Aku gak mau merasakan sayatan silet ataupun peniti pada vagina ku © P Putri Primadini - Nov'2012