Hari ini cukup melelahkan bagi Ashwa Mahesywa. Hukuman siang tadi cukup membuat nafasnya tersenggal senggal ditambah lagi lajur pulang yang ditempuh Ashwa dengan jalan kaki. Bukan tanpa alasan Ia berjalan kaki, jika saja ban mobil bisa di ajak kompromi kemungkinan saja ia pulang seperti biasanya. Mobilnya ia tinggal dengan pak Ucok, supir keluarganya.
Gadis itu merebahkan badannya di kasur queen size miliknya. Matanya cukup berat untuk ditahan. Rupanya kantuk telah menyapa membuat Ashwa terlelap begitu saja. Ia sama sekali belum mengganti seragamnya. Bahkan sepatunya masih menyelimuti kaki mungilnya.
Terdengar dari luar suara derap langkah menuju kamar Ashwa. Ia mencoba mengetuk dan memanggil Ashwa. Namun tak ada sahutan dari dalam. Rasa risau menyelimuti Bi Popon, pembatu rumahnya sekaligus mamah kedua bagi seorang Ashwa. Bagaimana ia tidak mengaggap wanita paruh baya itu sebagai ibunya, toh selama perkembangan masa puber bi Popon turut andil dalam mengarahkan Ashwa.
Cklek
Suara knop pintu itu berhasil membangunkan Ashwa. Ia terlihat lemas dan segera bangun seraya duduk di tepi kasur.
"Ada apa bi?"
Bi Popon hanya tersenyum, ia menghampiri Ashwa yang tengah terduduk. Tangannya dibuat sibuk merapikan surai hitam yang panjangnya sepinggang itu. "Non, malam ini nyonya dan tuan bakalan pulang"
"Apa non gak kepikiran buat kejutan menyambut tuan dan nyonya?." Sambung bi Popon
Ashwa membelalakan retinanya. Ia baru ingat kembali jika malam ini Ibu dan ayahnya pulang.
"Astaga bi..kenapa jadi lupaa"oceh Ashwa heboh.
Bi Popon hanya terkekeh kecil setelah mendengar keluh manja Ashwa beserta kepolosannya.
"Eh? Kenapa bisa lupa sih non?" Tanya bi Popon seraya bergeser kala Ashwa mulai menidurkan kepalanya diatas paha Bi Popon. Tangannya kembali disibukkan menata rambut anak majikannya itu.
Ashwa mendengus kesal kala memorinya harus memutar cuplikan kejadian tadi siang. Dua hukuman di hari yang bersamaan membuat dirinya merutuki 'biang masalah'.
"Bibi percaya gak kalo Ashwa dihukum di sekolah?" tanya Ashwa gengsi. Ia tau bi Popon akan menertawainya dan menyangkal untuk mempercayainya.
"Ya nggak lah non..Non anaknya baik, mana mungkin buat onar disekolah." Tuturnya sembari memberi kekehan renyah diujung kalimat.
Tuhkan
"Tapi ini benar bi."
Bi Popon segera menghentikan aktivitasnya kala gadis itu mulai bangun dan kembali terduduk ditepi.
"Hari ini Ashwa kena hukuman dua kali." Keluhnya.
"Yang bener non?" Tanya bi Popon yang mulai ikut tersulut serius dengan perkataan Ashwa.
Ashwa mengangguk pelan. Ia pun menceritakan awal masalahnya di mulai dari hukuman pertama yang di berikan pak Rusdi, hingga hukuman kedua dari Bu Fira. Dan juga Ashwa menuturkan karena hukuman inilah ia lupa niat merayakan kedatangan Ayah dan Ibunya.
Tatapan cemas begitu terlihat dari raut wajah bi Popon. Ia nampak gusar seraya menatap wajah anak majikannya itu. Nampak pucat, terlebih lagi di area bibirnya. Ashwa benar benar kelelahan.
"Bibi ngapain?" tanya Ashwa merasa terganggu kala wanita paruh baya dihadapannya terus terusan menatap cemas ke arahnya.
"Ashwa gak papa kok bi, cuma kecapekan." tukas Ashwa sembari mengulum senyum. Ia tau benar, bi Popon tengah mengkhawatirkannya.
Bi Popon mendengus pelan seraya membalas senyum Ashwa.
"Sebaiknya non istirahat, biar bibi yang nyiapin semuanya."Ashwa menggeleng cepat, Ia tidak mau merepotkan orang jika ia juga kuasa melakukanya.
"Tidak bi, bagaimana pun juga ini tugas aku sebagai anak mereka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ashwa (Proses)
Teen Fiction"Selesaikan dulu urusanmu dengan masa lalu mu, tak baik menjalin hubungan dengan orang baru namun hati mu masih tertinggal di tempat dahulu". -31 Agustus 2019 "Kesalahpahaman itu terus bergulir hingga sekarang. yang mengakibatkan kecanggungan sosial...