Ashwa harus menanggung risiko atas kesalahan sendiri. Kesalahan yang tak sepatut nya terjadi jika dia tidak mudah percaya pada omongan orang lain. Harusnya dia tak usah berharap kepada orang yang jelas jelas menjadikannya pelampiasan semata.
Cairan bening keluar tanpa titahnya. Menunduk malu mengingat insiden bentakan dari guru killer nya itu. Pandangannya buyar ketika melihat tanah yang ia pijak bergerak.
Ashwa nampak pucat, bibir merah muda nya memudar. Dia tak bisa lagi menyeimbangkan badannya agar terus tegap menghadap sangkakala bendera merah putih.Disisi lain, nampak seorang Pria tengah menguntit gadis malang itu sedari tadi. Melihat dari gerak gerik Ashwa, dia berfeeling bahwa gadis itu akan terjatuh. Pria itu memutuskan untuk menghampiri Ashwa.
BRUUKKKK
Ashwa jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Badannya Lemas, suhu badannya meninggi. Pria yang sempat menguntit membawa Ashwa ke ruang Uks.
Pria itu diterpa cemas, keringatnya bercucuran mengenai kemeja yang ia kenakan. Sudah 2 jam lamanya Ia melihat Ashwa berdiri di lapangan.
Guru mana yang tega menjemur murid 2 jam lamanya?
Ia memanggil petugas piket yang tengah berjaga untuk segera menangani Ashwa.
"Suhu badannya meninggi Pak" kata salah seorang petugas piket.
"Cepetan kompres!" Sahut Pak Reza
"Siap pak"
"Pak, di bagian pelipis mata kanan ada luka bakar."
"Ambil Lidah buaya di pekarangan tanaman obat!"
Dibalas anggukan."Setelah di tensi, sepertinya dia anemia"
"Nanti setelah bangun, kasih obat penambah darah!"
"Baik pak"
Keadaan Uks sangat gaduh. Ketukan langkah sepatu mengisi seisi ruangan.
Pak Reza hanya bisa terduduk pasrah disamping Ashwa. Ia mengharapkan kesembuhan bagi Ashwa."Jaga dia, Bapak keluar sebentar"
"Baik pak".
Pak Reza keluar dari Uks. Ia nampak terburu buru. Langkah nya di perlebar. Ia terlihat menuju ruangan Kepala Sekolah.
"Permisi Pak" kata Pak Reza.
"Iyah silahkan masuk"
Pada saat inilah peluang besar Pak Reza untuk mengadu kepada Kepala Sekolah tentang perbuatan Pak Rusdi yang sudah keterlaluan. Kasus ini bukan yang pertama kali terjadi. Telah banyak deretan murid menjadi korban keegoisan Pak Rusdi.
"Jadi seperti itu Pak hukuman kurang mendidik yang di terapkan Pak Rusdi"
"Tapi menurut saya, tidak ada salahnya hukuman itu di terapkan." Kata Kepala Sekolah.
Pak Reza menepuk jidatnya "Apa Bapak sudah lupa dengan kejadian 2 tahun kebelakang? Terdapat Siswi yang meninggal karena hukuman Pak Rusdi! Tentunya itu akan mencoreng nama baik sekolah ini Pak!"
"Terus apa yang Pak Reza inginkan?" Ucap Pak Kepsek santai ala Mario teguh.
"Saya ingin keadilan bagi murid murid. Saya tidak ingin ada korban kematian setelah adik saya!"
"Jika hukuman ala Pak Rusdi di tiadakan, apakah ada hukuman lain yang akan membuat Murid bandel merasa jera?"
"Banyak hukuman yang mendidik dan lebih berfaedah. Semisal membersihkan toilet, baksos, dan yang lainnya. Itu akan mendidik murid murid, selain merasa jera kemungkinan akan timbul rasa cinta alam pada murid."
Pak Kepala sekolah mulai memikirkan saran dari Pak Reza. Ada betulnya juga saran dari beliau. Lebih mendidik dan berfaedah tentunya.
"Partio...partio..sini!" Perintah Pak kepala.
Suara sandal swallow terdengar setelah pak kepsek memanggil Partio tukang bersih bersih sekolah.
"Ada apa pak?"
"Tolong kamu panggilkan Pak Rusdi di kelas X Mipa 5!"
"Oh siap pak".
5 menit kemudian..
"Bapak panggil saya?"
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashwa (Proses)
Teen Fiction"Selesaikan dulu urusanmu dengan masa lalu mu, tak baik menjalin hubungan dengan orang baru namun hati mu masih tertinggal di tempat dahulu". -31 Agustus 2019 "Kesalahpahaman itu terus bergulir hingga sekarang. yang mengakibatkan kecanggungan sosial...