04|keajaiban

29 12 16
                                        

5 menit kemudian

"Bapak panggil saya?" Ucap Rusdi gelagapan. Ia tahu ini ulah si guru olahraga, Reza Gevano. Ia menatap sinis ke arah Reza.

"Iyah, benar." Ucap Kepsek yang masih keliatan santuy.

Sebenarnya ada apa?
Apa yang terjadi?
Mengapa saya?
Apa jangan jangan si Reza??

"Kalo boleh tau, ada apa ya pak?" Tanya pemilik nama Rusdi abduh Falah. Sebenarnya Rusdi sangat ingin melontarkan beberapa pertanyaan yang bertubi tubi, Namun dia tetap tenang untuk menjaga image nya.

"Iyah sepatutnya kamu harus tau, Pak Rusdi. Ini tentang kebiasaanmu" balas Pak Kepsek bernada Bos yang ada di film Stupid Boss. Ngeselin emang.

"Kk--ebbiasaan ss-aaya?"

Pak Kepsek terlihat tenang sembari memadamkan puntung rokok yang sempat ia hisap "iy--"

"Iyah benar sekali, Pak Rusdi. Tadi pagi ada seorang siswi tergeletak lemas di lapangan sekolah. Jika bukan dari hukuman Anda, maka dari siapa lagi?" Cerocos Reza sebal. Ia sengaja memotong omongan Pak Kepsek karena di rasa, beliau bertele tele menyampaikan argumen.

"Maaf Pak, saya memotong." Lanjut nya ketika melihat Pak Kepsek mengganti ekspresi masam.

"DIAM KAMU REZA!" Kata Rusdi tak terima di nasehati guru yang lebih muda darinya. Ia menganggap bahwa Reza sedang melunjak kepadanya.

"Pasti dalang dari semua ini KAMU" sambung Rusdi menunjuk nunjuk. Tak lupa ia memberikan penekan pada akhir kalimatnya.

Melihat situasi yang memanas, Patrio memutuskan untuk keluar ruangan. Dia tak ingin larut mencampuri urusan guru guru disana.

#Lanjut lagi

Reza mendekati posisi Rusdi berdiri yang memang tak jauh dari tempatnya. Ia menghempas lamban tangan Rusdi yang sempat menunjuk nunjuk nya tadi.

"Saya tidak bisa tinggal diam Pak." Ucapnya serius. "Saya tidak menginginkan kejadian 2 tahun silam terulang kembali. Saya sudah cukup diam selama ini." Reza menjeda " Tapi saya tidak bisa diam lagi pak. Saya sering memperhatikan Lapangan yang setiap hari murid bergantian di hukum di lapangan."

Mata Rusdi memerah. Tangannya mengepal kuat. Urat urat tangannya terlihat menonjol. Ibarat sebuah isyarat, Rusdi tengah dilanda amarah yang hebat.


Brukkkk

Bogeman yang kuat meluncur mulus di perut Reza. Sehingga Reza sedikit mundur akibat bogeman tadi.
Pak Kepsek mulai bingung melihat situasi yang ia hadapi sekarang.

"Apa? Anda tak terima di salahkan?" Kata Reza bernada menyepelekan.

Rusdi semakin murka. Melihat seseorang dihadapannya yang terus teruskan menyalahkannya. Fikirannya mulai buntu saat Rusdi mengambil keputusan untuk menghajar Reza tanpa ampun. Hajar trusss...

Perkelahian pun tak dapat di hindarkan. Reza yang awalnya terkapar di lantai, mulai bangun dan membalas Rusdi yang sudah kelewatan.

Pak Kepsek semakin bingung dengan perkelahian yang mereka berdua lakukan. Ia nampak bingung untuk melerai. Benda benda yang ada diruangan Pak Kepsek mulai berjatuhan. Pecah. Ia kewalahan sampai memutuskan untuk menghubungi satpam yang tubuhnya kekar tidak leye sepertinya.

Ashwa (Proses)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang