- jangan lupa tinggalkan jejak : vote , komen and follow , ty -
Happy Reading
•
•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaemin memandangku dalam. Aku melihat begitu sendu tatapannya.
"maaf , jika semua ini membuatmu tertekan" tangan kekar Jaemin mengusap pipiku
Aku melepaskan tangan Jaemin.
Aku memalingkan wajahku.
"Ra , bisakah kita jalani semua ini dengan seadanya?"
Aku menoleh kearah Jaemin , melihatnya merunduk setelah berkata.
Aku mengangguk "kita harus berusaha menutupi ini semua dari mama dan papa" "jangan biarkan mereka tahu kalo selama ini kita tak saling cinta" lanjutku
Jaemin mendengarkanku.
"sudah berhentilah menangis , minumlah kopimu" kata Jaemin
Aku mengambil cangkir kopiku dan menyeruputnya sedikit.
Aku sudah sedikit tenang...
"Ra , menurutmu kamu akan memilih pagi atau malam?" tanya Jaemin setelah semenit berlalu
Aku menoleh kearah Jaemin "mungkin aku akan memilih malam berbintang"
"kenapa?"
"karena saat malam berbintang , aku dapat menaruh harapanku pada Tuhan"
Jaemin mengangguk "kalo aku lebih suka waktu pagi"
"kenapa?" tanyaku pada Jaemin
"karena di waktu pagi hanya satu yang bersinar , matahari , sinarnya akan selalu menyala sampai kapanpun itu"
"apa kau mengagumi matahari? Jika iya kenapa?" - Lara
"matahari bersinar terang , dunia akan gelap jika tak ada dia , dan... Ibaratkan seorang wanita yang aku cintai pasti juga akan sama seperti matahari"
Ketika Jaemin membawa-bawa kata wanita , aku beranggapan bahwa wanita itu bukanlah aku.
Jaemin tiba- tiba menatapku , dia tersenyum padaku. Seketika bibir Jaemin melebar terbentuk sedikit melengkung. Matanya seperti menghipnotis. Entah mengapa aku tak ingin berpaling melihatnya.