Yuda sangat fokus melihat acara televisi yang menayangkan acara bola kesayangannya.
"Udah makan lu Yud?" tanya Bobby yang baru datang dari arah dapur membawa sepiring nasi beserta lauknya.
"Udah tadi sebelum ke sini. Dari kapan Mami sakit Bob?" jangan heran jika Yuda memanggil Abang iparnya sendiri dengan namanya. Itu permintaan Bobby sendiri, terasa aneh nanti jika teman seperjuangannya dulu memanggil dirinya Abang.
"Dari abis maghrib Mami udah ngeluh badannya ngerentek. Gue ajak ke dokter ngga mau, yaudh gue rawat sendiri aja." jelas Bobby.
"Kenapa lu ngga nelfon gue atau Afra?"
"Gue masih bisa nanganin. Santai, lagian malem malem ngga enak gue ganggu lu berdua malem malem."
"Kek ama siapa aja sih lu."
Bobby hanya menampilkan deretan giginya sebagai balasan. Yuda kembali fokus ke televisi, tiba tiba ada yang langsung memeluknya. Bobby yang duduk di sofa single, hampir saja tersedak melihat Adiknya turun dari anak tangga dan langsung memeluk Yuda.
Yuda langsung merespon pelukan istrinya. Bobby mengkode Yuda supaya mengajak Adiknya ke kamar tamu. Dia paham, jika sudah seperti ini Adiknya itu akan menangis sepuasnya baru akan menceritakan hal apa yang membuat dirinya menangis.
Yuda menggiring Afra menuju kamar tamu dengan Afra yang terus memeluknya dari samping. Jangan lupakan tangisan Afra yang tidak berhenti. Keduanya duduk di pinggir ranjang dengan posisi Afra yang terus memeluk Yuda dari samping. Dan Yuda yang terus mengelus kepala istrinya, membiarkan Afra menangis sepuasnya terlebih dahulu. Baru nanti ketika sudah tenang, dia tanya apa sebabnya menangis.
Afra mengundurkan dirinya dari pelukan Yuda, dan mendongakkan kepalanya ke arah sang suami.
Cup,
Yuda sekilas mencium bibir Afra, "Udah nangisnya?" tanya Yuda.
Afra mengnggukam kepalanya sebagai jawaban.
"Kenapa tadi nangis? Kok tau tau turun dari tangga nangis langsung meluk Mas sih."
"Tadi aku tuh denger curhatan Mami Mas. Mami kangen sama Papi, terus nangis. Aku nya jadi ikutan nangis deh." jawab Afra dengan suara yang sengaja dia manjakan.
Yuda tidak merasa risih dengan nada bicara sang istri. Dia sangat suka ketika Afra bermanja dengannya. Apa lagi jika Afra mengeluarkan nada bicara seperti itu. Sungguh menggemaskan.
"Sayang, dengerin Mas ya. Kamu harus kuat ya, boleh nangis kayak tadi asalkan jangan di depan Mami ya. Di depan aku aja atau Bobby. Kalau Mami denger kamu nangis, yang ada Mami tambah sedih. Kamu harus semaksimal mungkin nampilin wajah ceria di depan Mami ya. Biar Mami ngga merasa gagal jadi orang tua. Mami udah ngedidik kamu jadi wanita yang kuat. Strong woman.
Jadi, inget pesen Mas selalu. Jangan pernah nampilin muka sedih di depan Mami. Nanti Mami malah tambah terpuruk yaa. Nangis aja di depan Mas, peluk Mas seerat mungkin. Eh tapi jangan, nanti Mas ngga bisa nafas. Terus mati. Nanti kamu sama siapa." ujar Yuda sengaja menambah gurauan di akhir kalimatnya.
Afra langsung mencubit perut Yuda, "Ih mulutnya. Mati mati, emang mau aku jadi janda beranak satu. Eh tapi ngga apa apa deh. Kan aku masih cantik, pasti nanti banyak yang ngerebutin." Afra sengaja memancing Yuda.
Yuda geram, maksudnya dia mengucapkan kalimat seperti itu agar Afra langsung menciuminya dan berkata akan setia padanya. Tapi ternyata, dia yang ke makan omongannya sendiri. Sungguh senjata makan tuan.
"Berani kamu nyari yang lain." ujar Yuda sambil membingkai wajah Afra dengan kedua tangannya.
Yuda memulai aksinya, menciumi seluruh wajah Afra. Dia tahu, Afra akan risih jika di ciumi seperti ini. Kata Afra jika dia menciuminya seperti ini, sensasi geli akan menyerang.

KAMU SEDANG MEMBACA
DOSGAN (DosenGanteng) ~After Marriage~
RomanceIni squel cerita dari DosGan yang awal yaa.. Kalo di baca terpisah masih bisa sih, tapi kurang ada feel nya kalo kalian ngga baca yang pertama yaaa 😆🤗 Dulu saja, aku yang mengejar nya. Sekarang? Dia yang tidak bisa kehilangan ku. Bahkan aku perg...