Epilog

772 51 19
                                    

Sesa merasa sangat senang. Yayan, cowok yang mengklaimnya sebagai pacar tiba-tiba itu,  memanggil Sesa untuk keluar rumah. Dengan raut bahagia tentu saja Sesa tidak menolak ajakan tersebut. Dia berfikir Yayan temannya itu akan mengajaknya bermain di Rumah pohon yang ada tepat di depan rumahnya. Akan tetapi beberapa menit kemudian atmosfer di sekitarnya asing.

"Sesa,  Yayan mau ngomong sesuatu" kata Yayan,  ekspresi anak kecil itu terlihat datar.

"Iya Yan, apa?" hanya Sesa yang memanggil dengan sebutan Yan, Yayan.

"Yayan mau pergi" ucap nya masih dengan suara rendah. Pikirannya sangat kacau. Kedua orang tuanya mengajaknya berpindah rumah. Tentu saja dia tidak bisa menolak keinginan orang tuanya. Tapi ia juga tidak mau jauh dengan sesa, itu yang akan menyiksanya. Mungkin dia akan menangis berhari-hari.

"Maksud kamu apa? Yayan mau kemana?" tanyanya tidak mengerti. Ia pikir Yayan akan keluar Kota. Hal itu yang sering di lakukan bersama orang tuanya.

"Aku mau pindah, kamu tunggu aku yah" Bian beralih memeluk teman kecilnya tersebut.

"Kamu mau ninggalin aku?, aku ga mau Yan" ucapnya dengan nada lembut seraya memeluk Bian dengan erat

"Aku janji,  aku pulang kok. Sesa jangan nakal yah, tunggu Yayan pulang" Kata Yayan getir.

Sesa mengangguk, air matanya semakin deras. Pikirannya berkecamuk. Dia tidak menyangka Yayan akan meninggalkannya.

Sesa dan Bian saling menangis dalam pelukan erat mereka. Sampai sebuah tangan kokoh memisahkan mereka.

"Ayok nak kita pergi" kata pemilik tangan kokok tersebut. Sesa dan Yayan melepaskan pelukan mereka.

"Yah, Sesa tunggu Yayan sama Ayah pulang.  Jangan lama ya Yah" tanya Sesa seraya memeluk kaki Ayah dari teman nya tersebut.

Hubungan mereka sangat dekat. Mereka lahir di lingkungan yang sama. Bersekolah pun berangkat bersama.

"Iya sayang, Sesa tunggu Yayan yah"

Tanpa sadar Janji masa kecil tersebut berpengaruh ke masa depan mereka.

***




Mengapa harus kamu? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang