04 : Permintaan maaf

508 59 0
                                    

[ sudah Revisi ]

Maaf
Itu kata yang paling tepat diucapkan untuk saat ini


Baru saja pulang sekolah, dengan memakai pakaian kebanggaan putih abu abu ini, aku kembali datang ke RS untuk melihat keadaan ayahku. Matahari telah meninggalkan bumi, cahaya samar kini menghiasi langit. Ini lah yang disebut senja oleh orang-orang. Senja yang disenangi, yang menyenangkan tapi hanya sesaat. Kulihat ayahku, Tubuhnya pucat, selang menempel di hidungnya, mata yang masih terpejam. Dingin, itulah yang kurasakan saat aku menyentuh tangannya.

Air mata kembali jatuh membasahi pipi ku melihat keadaan ayahku saat ini. Ayahku yang dulu sehat dan kuat kini terbujur di kasur putih ini. Ayahku yang selalu memberikan ku semangat untuk melewati berbagai macam cobaan hidup, kini malah menutup mata tanpa ingin melihatku. Aku merindukan senyuman nya ya Allah. Sungguh aku rindu.

Perlahan ku raih Al Qur'an dari tas ku, ini adalah Al Qur'an terjemah. aku selalu membawa Al Qur'an kemana pun aku pergi. Ku buka surat Al Kahfi, berhubungan ini adalah malam Jumat. Surat ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah untuk dibaca ketika malam Jumat, atau hati Jumat. Sebenarnya bukan hanya hati itu, tapi setiap hari.

Diantara kebaikan yang didapat ketika membaca surat ini adalah : dipancarkan cahaya di hari kiamat; mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah ; diampuni dosanya antara dua Jumat ; diselamatkan dari fitnah Dajjal ; sakinah.

Al Barra’ mengatakan, pernah ada seorang laki-laki yang membaca surat Al Kahfi di dalam rumahnya. Sedangkan di halamannya terdapat hewan kendaraannya. Hewan kendaraan tersebut larat dan membuat laki-laki itu keluar rumah. Dilihatnya ada kabut atau awan yang menutupinya.

Ketika hal itu diceritakan kepada Rasulullah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya :

Bacalah terus hai Fulan. Sesungguhnya awan itu adalah ketenangan yang turun saat engkau membaca Al Qur’an atau turun kepada Al Quran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baru di ayat ke dua puluh lima surat ini aku mendengar ada yang membuka pintu ruang inap ayah ku. Siapa yang datang? Bukankah ini waktunya Maghrib? Kenapa ada yang datang?

Aku sendiri tidak shalat karena sedang berhalangan, tapi kenapa ada yang datang di jam ini?

" Hanum".

Suara itu, aku sangat mengenal nya. aku menutup Al Qur'an meletakkan diatas nakas kemudian melihat siapa gerangan yang datang.

" Umi zahra?" Tanyaku.

Aku sangat senang dengan kedatangan umi kesini. Beliau datang bersama ustadz Zulfa dan dua putranya. Seharusnya aku merasa senang dengan kedatangan umi, tapi tanpa bisa ku cegah air mataku telah dahulu jatuh membasahi pipiku. Aku kembali teringat kesalahan ku pada umi, umi telah aku kecewa kan.

Ketika aku melihat jam yang melingkar di tanganku, ternyata sekarang sudah lewat waktu Maghrib. Aku memang tidak menyadari nya, entah karena aku yang sibuk dengan Al Qur'an ku atau karena larut dalam situasi ku.

Umi berjalan menuju arahku, dengan cepat ia memelukku. " Maafkan umi hanum, maafkan umi". Kata umi lirih.

Pelukan umi menenangkan, dia lah ibu ku saat ini. Tapi ada kesalahan dengan keadaan ini, tangan umi mengenai lenganku yang terluka. Lengan yang terluka akibat kecelakaan itu yang sampai sekarang belum diobati.

Cinta diatas Cinta [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang