12 : Escalator

303 40 3
                                    

Ternyata dunia begitu sempit sehingga tuhan dengan mudah mempertemukan kita

= C D C =

" Kenapa pinset?" Tanya Ilyas yang sedang mengemudi. Pipi Alisa memerah seketika. Ia merasa bahwa sedari tadi Ilyas mendengarkan.

" Kan kalau udah tua punya uban, nah si pinset tugasnya kan cabut uban!". Jawab Alisa sembarangan.

" Masa gitu? Kalau di cabut botak donk!". Kata Hanum sambil tergelak.

" Apaan sih jawabannya fan?"  Desak Alisa.

" Jawabannya..... Aaa dalah.. DOKTER KANDUNGAN wahahahahaah". Irfan terbahak setelah mengatakan jawaban sebenarnya.

Alisa dan Hanum bingung kenapa jawabannya itu. Tidak nyambung sama sekali dan kenapa juga Irfan tertawa sebegitu besarnya.

" Ada yang lucu?" Tanya Ilyas sambil mengemudi namun terus mendengarkan obrolan mereka. Semua orang bertanya tanya apa yang lucu dengan dokter kandungan. Bukannya itu adalah pekerjaan yang mulia? Banyak nyawa yang tertolong oleh dokter itu.

" Engga ada". Jawab Irfan sambil terus cekikikan. Alisa mengernyitkan kening bingung dengan sikap Irfan. Namun perhatiannya beralih pada Ilyas yang ikut bingung dengan jawaban Irfan.

" Ya iyalah lucu". Sambung Haris yang membuat semua orang ikut heran. " Kalau dokter nya cowok!". Kata Irfan dan Haris serempak.Ternyata Haris juga mendengarkan teka teki konyol itu, dan bahkan menjawab pertanyaan dari semua orang yang bingung. Dokter laki laki, itu yang membuat mereka tertawa.

Ckiit

Mobil berhenti tepat di parkiran mall yang malam ini cukup ramai. Semua keluar dari mobil mengikuti Ilyas yang berperan sebagai pemandu. Mereka semua masuk kedalam mall tersebut.

" Kita cari kue nya dulu ya...kalian ikut saya pilih pilih kuenya". Perintah Ilyas.

" Siap bos!". Ucap Irfan memberi hormat pada Ilyas. Semua tertawa dengan sikap Irfan yang sok dekat dengan Ilyas, padahal keduanya baru dekat kali ini pertama nya.

Akhirnya kelima orang itu tiba di depan escalator. Ilyas melangkah menempatkan kaki kanan di benda itu sambil mengucap basmalah. Kemudian diikuti dengan Irfan dan Alisa.  Perjalanan cukup  cepat sehingga Mereka cukup jauh dari lantai dasar.

Hanum ragu untuk melangkah, kenangan sepuluh tahun yang lalu kembali membuat nya ragu untuk naik. Ia takut kakinya kembali tersandung di sudut benda berjalan itu. Gadis itu memejamkan matanya takut. Melihat pergerakan benda itu saja membuatnya pusing dan rasanya tidak sanggup untuk naik ke benda itu.

" Hanum!". Panggil Haris, ia masih disisi Hanum. Sedari tadi ia memperhatikan Hanum yang tampak ketakutan.

" Akhy eh kak Haris? Kenapa masih disini? Yang lain mana?" Tanyanya kaget setelah membuka mata ternyata banyak ada dia dan Haris dibawah.

" Ikut sini". Haris menginterupsi agar mereka jauh dari depan benda bergerak itu. Sudah banyak yang mengantri untuk naik, dari pada menghalangi jalan Haris memutuskan  membawa Hanum ke loker penitipan barang.

" Kenapa?" Tanya Haris dengan tatapan sinisnya.

" Hah? Hmmmm..akhHaris kenapa masih disini?" Tanya Hanum. " Nungguin ana ya? Akhy khawatir?" Sambungnya dalam hati.

" Ukhti lupa? Ukhti harus setor hafalan sama ana!". Tegas Haris. Jadi ini alasannya masih disini, ia masih ingat dengan hukuman untuk Hanum. Bukankah ini saatnya melupakan hukuman itu? Lihat Hanum sedang ketakutan.

" Astaghfirullah iya akhy" kata Hanum mengeluarkan Al Qur'an dari tasnya. " Yang ini akhy". Hanum menunjuk ayat yang akan ia baca.

Haris mendengarkan lantunan ayat yang dibaca oleh hanum, meski banyak kesalahan namun ia tidak menegur Hanum. Ia juga tahu saat ini bukan tempat juga waktu yang tepat untuk mengoreksi bacaan Hanum.

Cinta diatas Cinta [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang