38 : Ikhlas Hanum, Ikhlas Haris

242 33 6
                                    

Mungkin dengan melihat mu bahagia dengan orang lain adalah cara terbaik untuk mencintaimu
~ Haris Aditya Ilham ~

Mencintaimu itu bak minyak dan air
Kita tak bisa bersatu
Tapi setidaknya kita saling berdampingan
~ Amiira Hanum Zakiyah ~

Oh Allah, beginikah akhir dari cinta yang aku jaga selama ini? Beginikah jawaban atas doa doaku?
Ini kah akhir dari kisah cinta saling bungkam antara aku dan kak Haris?

Sebagai seorang laki laki seharusnya kamu berani mengucapkan kata se simple ana uhibbuka Fillah atau i love you dan kata kata cinta lainnya. Apa terlalu berat bagimu untuk mengucapkan tiga kata itu?

Kenapa tidak dari dulu kamu mengatakan hal itu? Kenapa di saat semua sudah begini? Apa memang begini takdir cinta kita? Apa memang begini?

Harus kah aku ikhlas?

Baju kebaya sudah aku kenakan, dalam beberapa jam lagi aku akan resmi menjadi istri dari seorang Bastian Winata. Bukan imam impianku Haris yang dulu aku mengirimkan doa di se pertiga malam untuk nya.

Mungkin orang yang dihadirkan untukku bukanlah orang yang aku sebut namanya dalam doaku. Melainkan orang yang menyebut namaku dalam doanya. Doa dialah yang terkabul, bukan doaku.

Sekarang saatnya di rias, kak Hani mendatang ahli rias hebat dari kota ku. Wajahku sudah di poles sedemikian rupa, bahkan jauh berbeda dengan wajah ku yang di poles se waktu wisuda.

Setelah selesai, aku hanya bisa menatap pantulan wajahku di cermin. Wajah penuh dosa ini, wajah yang membuat orang jatuh cinta ini? Benar kah?

Air mata ku rasanya ingin tumpah membasahi pipi yang kini dilapisi oleh bedak. Aku segera meraih tissue dan menghapus air mata yang kini sudah siap untuk jatuh.

Sebuah tangan mendarat di bahu kiriku. Kemudian orang itu beralih duduk kesamping ku. Dia Alisa, sahabat ku. Memelukku dengan erat, memberikan ku kekuatan agar aku tidak menangis lagi.

Aku menjatuhkan kepala di pundak Alisa, tempat bersandar di saat aku sedih. Hanya Alisa yang mengerti dengan keadaan ku saat ini.

" Aku harap kamu bahagia dengan pernikahan ini Hanum, menjadi Hanum yang lebih dewasa dari pada sebelumnya". Kata Alisa mengelus punggungku. Tidak ada kata yang bisa aku katakan selain semakin menangis di pundaknya.

" Ba--bagaimana cara nya?" Tanyaku pada Alisa.

Alisa melepaskan pelukannya, ia menatapku dengan lekat.

" Aku tahu kamu keberatan dengan pernikahan ini bukan? Karena kamu tidak mencintai kak Bastian kan?". Tanya Alisa.

Aku mengangguk, namun lidahku kelu untuk mengatakan siapa orang yang aku cinta.

" Kamu mencintai kak Haris bukan?" Tanya Alisa padaku. Aku langsung terkejut, dari mana Alisa tahu tentang rahasia besar ini.

" Kakak beradik itu memang membuat kita tidak bisa move on darinya. Jika kamu mencintai kak Haris maka aku masih mencintai kak Ilyas". Kata Alisa yang tentunya membuatku terkejut. Ternyata Alisa masih mencintai kak Ilyas meski sudah menikah dengan Irfan.

" Tapi apapun itu, jika kita tidak ditakdirkan bersama, kita bukan siapa siapa". Kata Alisa.

"Ikhlas Hanum, semua sudah di atur sama Allah. Jika nanti benar kak Haris jodohmu, maka kalian akan bersatu". Kata Alisa kembali memelukku.

🌱

Haris mengenakan pakaian yang sangat rapi. Ia tidak ingin terlihat sedih dengan Kenyataan hatinya yang kini begitu hancur. Beberapa saat nanti ia akan menyaksikan Hanum menikah dengan Bastian.

Berkali kali ia mengucapkan istighfar untuk menenangkan hatinya. Mungkin memang ini akhir dari kisah cintanya. Ia merelakan orang yang ia cintai bersanding dengan orang lain.

Ia menyesali dirinya karena tak mengucapkan kata itu dari dulu. Kata cinta yang mudah untuk dikatakan menurut orang orang. Tapi tidak baginya, seakan ada besi satu ton di dilidahnya saat ingin mengatakan.

Ikhlas Haris, ini jalan hidupmu.
Kau dan dia hanya sebatas rasa, bukan memiliki. Mungkin saat ini Bastian menang atas dirinya, tapi kau menang atas hatinya.

Berdoalah, percayakan semua pada Allah. Yakinlah bahwa Skenario Allah itu indah.

Dengan sigap pria itu mengendarai motornya. Membonceng sang umi yang duduk di belakangnya. Hanum memang tidak memberitahu Zahra tentang pernikahannya, tapi Haris.
Haris meminta uminya untuk menemani nya datang ke acara itu.

Zahra mengetahui perasaan Haris, tanpa dikatakan olehnya pun Zahra sudah lama tahu. Mulai dari perhatian Haris, kelembutan Haris pada Hanum semenjak mereka masih SMA.

Akhirnya mereka sampai di gedung, dimana tempat pelaksanaan acara sakral ini. Nama Hanum dan Bastian terpampang jelas di karangan bunga yang berjejer di depan gedung. Bastian memang orang yang cukup penting, sehingga tamu undangan nya pun cukup banyak. Berbeda dengan Haris, ia hanya anak dari ustadz yang mengajar di pondok, bukan anak orang kaya seperti Bastian.

Mengingat Hanum yang dari dulu selalu hidup dalam kesusahan, membuat Haris kembali berpikir ulang. Bastian memang pantas untuknya. Dengan menikah dengan Bastian, ia harap kehidupan Hanum setelahnya berubah menjadi lebih baik.

" Bismillah". Ucap Haris melangkahkan kaki masuk kedalam gedung. Zahra memegangi tangan anaknya, memberi kekuatan agar pria itu tidak lemah.

" Ikhlas Haris, Allah tahu mana yang baik untukmu". Kata Zahra mengelus punggung Haris.

Saat masuk, karena hanya menunduk dan tidak melihat keadaan sekitar, Haris menabrak seseorang berpakaian rapi. Dia adalah Bastian, pria itu sudah di rias menjadi pengantin pria yang siap mengucapkan kalimat ijab qobul.

" Haris?". Lirih Bastian.

Jazakumullah ya Khairan
.
.
Geser geser ke bawah..
Kita lihat apa yang selanjutnya terjadi..
👇👇👇

Cinta diatas Cinta [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang