42 : Kebahagiaan Semu

263 36 0
                                    


Semuanya masih terasa mimpi bagiku. Menikah dengan orang yang selalu aku langit kan namanya, bersama orang yang insyaallah membawaku menuju Jannah Nya. Dia, Haris Aditya Ilham telah resmi menjadi suamiku.

Jangan ditanya seberapa bahagianya aku, seluas langit dan bumi pun mungkin belum cukup bagiku untuk mengutarakan bagaimana bahagia nya aku. Nikmat mana lagi yang aku dustakan?

Ternyata benar, shalat malam dan berdoa kala itu pasti dikabulkan oleh Allah. Mungkin belum sekarang, tapi nanti. Saat kau meminta pada Nya, tunggu, bukan ini waktu yang tepat. Tunggu, Allah punya yang lebih baik dari itu.

Ada yang bilang, kalau sinyal WiFi dan modem saja ngebut saat tengah malam, apalagi doa doa yang kita panjatkan saat tahajjud? Dan aku sendiri membuktikannya. Doaku, terkabulkan.

Terkadang kita memang harus melalui berbagai macam masalah dulu, berbagai ujian dan cobaan. Itu karena Allah ingin melihat bagaimana cara kita menghadapi nya.  Apakah kita melawannya, atau tidak.

Sejuk angin malam dapat aku rasakan, kini aku dan Haris berada di teras rumah sambil duduk di bangku luarnya. Memandang indahnya bintang dan langit hitam yang berkilau. Ini membuatku merindukan ayah dan bunda. Bagaimana mereka disana? Semoga Allah menerima pahalanya  dan ditempatkan di tempat yang sebaik baiknya.

" Hanum!". Panggil Haris, aku yang tadi melihat ke langit kini mengalihkan pandangan kearahnya. Ini adalah malam pertama kami, malam pertama sejak berganti status.

" Iya akhy?" Jawabku setelahnya. Ia menggelengkan kepalanya.

" Jangan akhy lagi. Panggil Haris dan Haris akan panggil Hanum Hanum". Katanya kemudian.

" Maksud nya?" Aku tidak mengerti.

" Hanum, panggil diri Hanum, Hanum. Dan Haris, panggil diri Haris Haris". Ulangnya lagi.

" Hanum Hanum Haris Haris maksud nya? Ana ga ngerti". Kataku resah.

" Jangan ana, tapi Hanum". Kata Haris menginterupsi ku.

" Hanum? Oh..." O aku mulai paham. Tidak ada panggilan ana akhy dan ukhti. Juga tidak ada panggilan aku kamu antar kita. Panggilan itu di ganti dengan nama masing masing.

" hanum lihat apa?" Katanya sambil ikut menatap langit.

" Bintangnya, indah banget". Kataku menunjuk bintang bintang disana. " Banyak ya bintangnya". Kataku lagi.

" Hanum tahu?" Ucapnya pelan.

" Apa?"

" Jumlah bintang di alam semesta adalah jumlah rata rata bintang di sebuah galaksi dikalikan dengan perkiraan jumlah galaksi di alam semesta". Lanjutnya.

" Haris tahu dari mana?" Tanyaku mulai mempraktikkan cara yang ia suruh tadi

" Ya tahu lah, kan juga belajar". Katanya menyeringai.

" Haris, andai Hanum adalah salah satu bintang disana. Apa Haris tahu yang mana Hanum? Apa Haris akan memilih Hanum?" Tanyaku padanya. Tidak ada alasan dengan ini, yang aku inginkan hanya jawaban darinya yang aku sendiri tidak tahu apa jawabannya.

" Hanum...Hanum bukan salah satu bintang di langit. Tapi Hanum adalah matahari, sehingga Haris tidak ada pilihan lain selain memilih Hanum". Katanya.

Eh, kok rasanya di gombalin ya.. tapi aku suka.

" Hanum, ada uang dua ribuan?" Tanyanya mendadak.

" Buat apa? Ada, tapi di kamar". Jawabku.

" Buat bayar parkir dihati Hanum selamanya". Katanya lagi.

Cinta diatas Cinta [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang