walk you home'2

293 68 8
                                    

sekarang jika kamu sudah di rumah
selamat tinggal dan masuklah oh yeah yeah
aku akan datang dan menemuimu nanti
setelah punggung cantikmu hilang dari pandanganku
aku kembali merindukan saat kamu berbalik
🐬🐬💚

"Halo Mark!"

"Hanna!! Oh beb aku kira kamu belum sampe, kenapa gak ngabarin?"

"Iya maaf. Baru nyampe tadi."

Chenle melirik sampe memelankan laju mobilnya mendengar pembicaraan Hanna dengan laki-laki diseberang yang bernama Mark itu. Bukan, bukan karena mereka yang tidak menggunakan Bahasa Inggris tapi panggilan Mark kepada Hanna dengan embel-embel 'beb' membuatnya terasa tidak benar.

Hanna yang aneh karena menspiker handphone nya dan menaruhnya diatas dashboard, kedua telapak tangannya digosok-gosokkan karena dingin ternyata mulai ia rasakan. Chenle menyadarinya tapi karena Hanna sibuk telfonan jadi terpaksa diam saja. Hormat kalo mau di hormati, pelajaran paling mendasar untuknya.

"Bagaimana disana? Kamu bertemu dengannya? Kamu tidak pulang sendiri kan?" ucapan Mark membuat Hanna menoleh Chenle yang juga sama meliriknya, "aa, tentu saja aku tidak sendiri."

"Baguslah." balasan Mark dibarengi dengan menguap, "hei, membuka rumah jam segini?" kini balik Hanna yang bertanya membuat Chenle kembali fokus ke jalan. "No, i have a new job Hanna hihi."

"O really? I guess, model Santo Francis?" Hanna bicara sambil tertawa, lagi-lagi Chenle menolehnya kali ini sambil berdeham. "Hihi, Mark aku masih di jalan nanti aku kabari kamu lagi. Oh ya, kalau ada apa-apa dengan ayah-ibu ku segera hubungi aku."

"Okay, see yaa."

"Eum, goodluck!!" Hanna mengakhiri telfon nya lebih dulu dengan mendoakan kesuksesan pekerjaan teman Kanada-nya itu.

Canggung kembali melanda dua teman sebaya ini. Chenle berhenti sebentar, mengambil paperbag di jog belakang dan memberikan baju tebalnya pada Hanna tanpa banyak bicara, "thanks!" Hanna segera memakainya.

"Dia? Yang mengangkat telfonku kemarin?" sebuah pertanyaan yang lebih mirip pernyataan keluar dari bibir Chenle. "Iya, aneh yaa dia bisa indo?"

Chenle menggeleng, pikirnya mungkin Hanna sering mengajari cowok itu bahasa Indonesia saat bersama. Bukannya Hanna bilang Mark satu-satunya temannya di Kanada?

"Dia memang pernah tinggal di Jakarta saat kecil, dan saat aku pindah ke Kanada orangtua Mark yang bisa bahasa indonesia langsung menerima kami sebagai tetangga. Mereka juga yang memiliki rumah gerabah dan memberikan pekerjaan pada kami."

Hanna mulai menceritakan kisah lamanya, terasa baru terjadi kemaren sore saat ia baru pulang sekolah tahu-tahu diusir dari rumahnya sendiri. Gadis itu mengisi oksigen ke paru-parunya dengan kuat tak percaya semua itu telah ia lewati dengan segala kelemahannya.

"So, Mark seumuran dengan kita?" Chenle menarik Hanna kembali ke kenyataan, cowok berambut coklat itu tersenyum sekilas sudah lama ia menanti cerita Hanna walau cerita tentang tetangga Hanna yang terdengar seumurannya itu sedikit merusak mood nya.

"Dia lebih tua dari kita, mungkin seumuran Kak Donghyuck?" tidak terduga Hanna menyebut nama seseorang yang dulu pernah ia sukai dan ia kejar cukup lama itu, matanya bahkan terlihat kebingungan saat bibirnya lolos menyebutkan namanya. Ia memilih menunduk tak mengerti dengan tingkahnya sendiri tapi Chenle tersenyum paham, "apa? Aku tidak dengar?" Hanna hanya manyun menyenggol pinggang Chenle.

"Eum, ah yaa karena Mark juga yang tak pandai bahasa indonesia aku pakai aku-kamu sama dia jadi kebawaan deh ke kamu juga." imbuh Hanna masih membahas tentang cowok yang di Kanada, entah apa yang dilakukan Mark sekarang tapi mungkin telinganya sudah memerah panas sekarang.

ᴘᴜᴢᴢʟᴇ ᴘɪᴇᴄᴇꜱ  || ᴄʜᴇɴʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang