14. Sindiran

63 5 5
                                    

Ini sudah hari keempat Jihan tak masuk sekolah karena ia sedang menjaga Mamanya yang masih terlelap diruangan penuh dengan alat-alat medis. Memikir apa yang harus dilakukan supaya Mamahnya bisa sembuh seperti semula.

Ia pergi ke kantin untuk membeli minum, karena ia haus. Lalu ia duduk dan melamun lagi, karena emang seperti ini setiap Jihan berada di rumah sakit.

"Jangan ngelamun." tegur Orang berjas putih.

"Ah iya Dok." sahut Jihan tersadar dari lamunannya.

"Ngelamunin apa sih?" tanya Dokter

"Mikirin keadaan Mama Dok. Pendonor hati buat mama saya udah ada Dok?" tanya Jihan dengan tatapan yang sedih.

"Susah untuk mencari pendonor hati. Semoga lain besok kita dapat pendonor hati ya?" ucap Dokter menenangkan Jihan.

"Iya Dok. Makasih ya doanya." ucap Jihan.

"Ohiya panggil Saya Kak Rian aja. Umur kita gak beda jauh kok." ucapnya lagi.

"Gak sopan dong nanti saya."

"Umur saya 20 taun, Saya anak akselerasi. Nama saya Rian Ibrahim." Ucapnya sembari memperkenalkan diri.

"O-oh, s-saya Jihan." sahut Jihan terbata-bata.

"Mulai sekarang, panggil saya kak Rian atau panggil nama juga boleh."

"Gak sopan dong kalo panggil nama. Saya panggil Kakak aja deh." balas Jihan.

"Yaudah, saya boleh minta kontak kamu, buat ngabarin perkembangan mama kamu."

"Boleh Kak." Jihan memberikan kontaknya kepada Rian.

"Saya pergi dulu ya. Kalau ada apa-apa bilang sama saya. Kamu jangan ngelamun lagi." nasehatnya. Jihan hanya menganguk, mengiyakan apa yang Rian bilang.

~~•~~

"Wah ada pengkhianat ternyata!" ucap Gilang dengan nada ngegasnya.

"Berisik ngapa sih?! sehari gak berisik, gak bisa ya?!" kesal Nadia kepada Gilang.

"Gak bisa, masalahnya disini ada pengkhianat!" lanjutnya lagi malah semakin ngegas.

"Siapa sih yang jadi pengkhianatnya? jangan ngadi-ngadi lo lang!" Lusi ikutan bersuara, sudah cape melihat kelakuan absurd si Gilang.

"Lo tau kan Jihan dimana?!" tanya Gilang kepada Lino. Lino yang tadinya lagi nyalin rangkuman untuk Jihan jadi terganggu, ia mendongakkan kepala dan melihat Gilang sedang berdiri dengan wajah yang sedikit kesal?

"Mana gue tau." sahut Lino santai.

"Terus kenapa pas Pak Kastubi absen, lo bilang si Jihan Izin? maksudnya apa hah?!" Tanya Gilang yang sedikit kekanak-kanakkan.

"Bacot banget! Nanti si Jihan di Alpain kalo si Lino gak kaya gitu bego!" kesal Widia yang langsung menendang kaki Gilang karena kesal.

"Ya gak usah nendang juga sayang." ucap Gilang secara sarkas.

"Bacot lo banci!" kesal Lino.

Tak berapa lama, Bel pulang sekolah berbunyi dan Lino langsung pergi ke parkiran.

Lino pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Jihan dan Mamanya Jihan. Lino mempunyai firasat buruk kepada Jihan.  Tapi, Lino tak tau itu firasat apa. Ah ini mungkin hanya pikiran Lino saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ordinary Girl [BrokenHome]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang