Hari ini hari libur, tak ada yang spesial dihari libur ini, karena Jihan hanya membereskan rumah dan menemani adik-adiknya bermain.
Jihan masuk kamar dan memilih untuk tidur. Namun, Jihan tak bisa tertidur. Ia membuka lemari dan mengambil foto polaroid. Jihan melihat-lihat foto-foto jaman dahulu. Terpancar senyum bahagianya disana. Jihan kangen masa-masa dulu. Tapi tak apa. Semuanya sudah balik lagi seperti yang seharusnya.
Sampai, tangan Jihan memegang foto polaroid yang menunjukkan dirinya bersama Gilang yang sedang berada di acara pensi sekolahnya ditengah-tengah penonton lainnya. Jihan tersenyum melihat foto itu, rasanya kejadian itu tak akan pernah terulang lagi.
Jihan menyimpan lagi foto polaroidnya di lemari. Sudah cukup melihat kenangannya, Jihan ingin mencoba untuk tidur siang seperti adik-adiknya. Namun, ia tak bisa.
Tok tok tok
Jihan malas membukakan pintu. Ia lebih memilih pura-pura tak mendengar suara ketukan itu.
"Han itu ada yang ketuk-ketuk pintu, coba dibuka." Teriak mamah. Jihan mendengus kesal. Mau tak mau Jihan harus membuka pintunya.
Jihan berjalan malas ke depan pintu. Jihan membuka pintunya dan mendapati Gilang dengan tatapan tajamnya membuat Jihan sedikit merinding.
"Ada apa?" Tanya Jihan.
"Nih." Ucap Gilang, tangannya menyodorkan beberapa es krim.
"Hah?" Jihan bingung.
"Buat lo sama adik-adik lo." Ucap Gilang. Ia memakai helm-nya dan menghidupkan motornya lagi.
"Mau kemana?" Tanya Jihan.
"Pulang."
"Lo kenapa sih?" Sudah cukup, Jihan sudah tidak bisa bersabar lagi. Gilang mematikan mesin motornya.
"Mending lo ikut gue, ngomong disini gak enak. Gue gak mau mamah lo atau adik-adik lo denger." Ucap Gilang. Jihan memberikan es krim nya ke mamahnya. Jihan hanya menggunakan celana bahan serta kaos tipis berwarna putih.
"Lo gak mau ganti baju?"
"Emang mau kemana?" Jihan bingung lagi. Gilang membuka jaketnya lalu memberikannya kepada Jihan.
"Pake." Ucap Gilang yang kembali menghidupkan motornya lagi. Jihan naik ke boncengannya dan Gilang mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Mereka pergi ke sekolahnya. Gilang memarkirkan motornya di warung Bu Jumat. Gilang dan Jihan berjalan masuk ke sekolah.
"Disini, lo boleh nanya apapun disini tanpa takut ketauan orang." Ucap Gilang.
"Yang takut ketauan orang itu gue apa lo?" Tatap Jihan sinis. Gilang menggaruk tengkuknya pertanda kalau ia malu.
"Lo kenapa sih Lang?"
"Kenapa apanya?"
"Kemaren-kemaren, lo deket sama gue. Kemaren-kemaren lagi lo ngejauhin gue terus ngedeketin adik kelas. Sekarang, lo ngedeketin gue lagi. Lo tau gue suka sama lo, lo ngejauh. Niat lo apa? Narik ulur gue kaya gitu?" Tanya Jihan.
"Maaf, bukan maksud gue kaya gitu. Gue ngejauhin lo supaya lo gak suka sama gue dan persahabatan kita gak akan rusak." Jelas Gilang.
"Lo pikir, dengan lo ngejauhin gue kaya gitu, perasaan gue gak hilang buat lo? Lo salah Lang." Ucap Jihan tak menyangka dengan jalan pikiran Gilang.
"Jujur, gue juga suka sama lo Han. Gue gak mau kehilangan lo." Ucapnya dengan tatapan sendu.
"Dan lo gengsi ngakuin itu karena gue gak punya temen di kelas. Karena lo gak mau reputasi lo sebagai ketua kelas rusak karena gue? Gitu kan?"
"Bukan gitu Han. Gue cuma gak mau di jadiin gosip anak kelasan. Lo tau kan mereka itu kaya pa kalo ngegosip." Alasan Gilang.
"Gue mau lo jujur Lang. Lo bukan kaya Gilang yang gue kenal."
"Oke, gue jujur. Kenapa gue gak pernah ngomong suka sama lo dan kenapa gue ngejauhin lo? Itu semua karena gue takut. Gue takut kalo gue pacaran sama lo, gue bakalan di ejekin sama satu angkatan karena pacaran sama lo yang udah dapet predikat buruk disini. Gue takut mereka juga ngira buruk sama gue." Jelas Gilang membuat Jihan tersentak kaget mendengarnya. Jihan tak menyangka Gilang akan seegois itu.
"Mulai sekarang lo jauhin gue. Lo gak perlu deketin gue lagi. Gue udah baikan sama temen-temen gue. Tentang perasaan kita, kita lupain aja. Lo pasti bakalan dapet yang terbaik dari gue." Ucap Jihan dengan mata yang berkaca-kaca membuat Gilang tak tahan melihatnya.
"Lo egois Han."
Jihan tersenyum. "Lo bilang gue egois? Lo kemana aja waktu gue gak punya temen? Lo malah ikut-ikutan ngejauh. Disini, siapa yang egois. Gue atau lo."
"Kasih gue kesempatan kedua."
"Gak akan sama rasanya kaya pertama Lang. Kita lupain semuanya, anggap kita gak saling kenal. Oke, sekarang gue mau pulang. Lo gak perlu anterin gue karena gue bisa pulang sendiri." Ucap Jihan, lalu ia berjalan ke gerbang menunggu angkot. Jihan berjalan sejenak, untuk menjauh dari sekolahnya.
Jihan jongkok dan memeluk lututnya sendiri saat ia berada di belakang sekolahnya. Jihan menangis, dengan rambut yang menutupi wajahnya.
Jihan kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya.
"Gue pikir mbak jin yang nangis." Sindir seorang laki-laki dengan suara maskulinnya membuat Jihan langsung menengadahkan kepalanya.
"Buset dah, tuh ingus lo bersihin dulu." Ucap orang itu. Jihan langsung berdiri dan membersihkan wajahnya yang basah akibat air matanya.
"Kenapa nangis? Diputusin?" Tanyanya lagi. Jihan masih diam, enggan untuk berbicara.
"Lo Jihan kan?"
"Iya."
"Gak lupa kan sama gue?" Jihan menggelengkan kepalanya.
"Baguslah. Ayo gue anterin pulang, kayanya beban pikiran lo banyak banget." Ucapnya.
"Gak usah Kak. Takut ngerepotin." Sanggah Jihan.
"Lo yakin mau pulang kaya gitu sendirian? Penampilan lo acak-acakan banget."
"Mau tampilan gue acak-acakan atau apapun, itu bukan urusan Kakak." Kesal Jihan. Orang yang dipanggil Kakak itu tertawa.
"Udah ayo, gue anterin pulang. Kasian orang jelek baru beres nangis."
"Kak Aldi kok ngeselin banget sih."
"Kalo gak ngeselin bukan Aldi namanya."
"Apa dong?"
"Asiap."
"Demi apapun gak lucu kak."
"Kan gue bukan sule, jadi gak bisa ngelawak. Lain kali deh gue ngelawak." Ucap Kak Aldi. Ia memberikan helm kepada Jihan.
"Gak usah dipake lah kak. Deket ini."
"Mau deket atau jauh harus pake. Kecelakaan gak ada yang tau kan? Siapa tau kita kecelakaan di depan nanti." Ucap Aldi membuat Jihan meringis.
"Ya gak gitu juga kak." Ucap Jihan greget dan langsung memakai helmnya.
"Lagian kalo misalnya lo gak pake helm, jeleknya makin keliatan."
©©©©
Gehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Girl [BrokenHome]
Cerita Pendek"Gue cuma gadis biasa. apa pantes ada di dunia?" -Anesya Jihan Pratiwi.