Jihan menunggu angkot yang menuju ke rumah sakit. Jihan menahan tangisnya yang sedari tadi akan keluar dari pelupuk matanya. Jihan mengusap pipinya yang sudah mengeluarkan air matanya, Tak ingin air matanya dilihat oleh orang lain lagi.
Jihan naek angkot, lalu duduk dengan perasaan gelisah. Tak berapa lama, Angkot pun berhenti di rumah sakit yang dituju. Jihan langsung bayar, dan berlari menuju administrasi rumah sakit.
"Sus, disini ada pasien dengan nama Pratiwi?" tanya Jihan dengan tergesa-gesa.
"Dengan siapanya?"
"Saya anaknya, saya Jihan." ucap Jihan.
"Pasien berada di ruang ICU."
"Makasih."
Jihan langsung berlari lagi menuju ruang ICU. Setelah sampai di ruang ICU Jihan menatap Mama nya dari luar, Selang dimana-mana serta mesin-mesing canggih yang berada di sebelah kanan dan kiri Mamanya. Hatinya sakit melihat pemandangan ini, Jihan tak suka orang yang ia sayangi sakit seperti ini.
"Kamu yang bernama Jihan?" Tanya dokter dengan Jas putih yang masih menempel di badannya.
"Bisa ikut saya keruangan?" Jihan mengangguk dan mengikuti arah dokter tersebut.
"Silahkan duduk." Dokter mempersilahkan Jihan duduk. Ia pun duduk sambil menunduk.
"Mama saya, baik-baik aja kan Dok?" tanya Jihan dengan wajah yang masih ke bawah.
"Mama kamu akan baik-baik saja jika mendapat donor darah serta donor hati yang bagus." jelas Dokter itu. Jihan semakin menundukkan kepalanya.
"Gimana caranya dapet donor hati Dok?"
"Nanti pihak rumah sakit pasti bakal bantu cari ya Nak. Kamu cukup sabar dan berdoa."
"Berapa lama Mama saya akan bertahan dengan hati yang rusak?" tanya Jihan begitu saja.
"Jika dalam 1 minggu ini Mama kamu tidak mendapatkan pendonor hati, Maaf, mungkin Mama kamu akan pergi." Jelas Dokter yang membuat Jihan khawatir.
"Saya permisi Dok." ucap Jihan yang tak sanggup mendengar ucapan Dokter lagi.
Jihan menatap ruang ICU dari luar lagi dan ia melihat Mamanya sedang tertidur pulas. Hati Jihan sakit melihatnya, Jihan ingin Mamanya sembuh. Tapi, Jihan bingung harus bagaimana.
Jihan menghubungin Bapaknya, mencoba memberitahu kalau Mamanya itu kecelakaan.
"Pak, Mama kecelakaan. Sekarang keadaannya kritis. Bapak kesini ya. Dirumah sakit sentosa, ruang ICU." ucap Jihan dengan suara yang lirih. Jihan langsung memutuskan sambungan telponnya sepihak.
Jihan menatap kosong kakinya. Tak tahu lagi ia harus gimana.
~~•~~
Lino dan Gilang sedari tadi sedang adu bacot. Membuat yang ada di kelas pusing mendengar bacotan mereka.
"Kemana ya calon istri gue, kok gue jemput kerumahnya gak ada ya?" celoteh Gilang membuat Lino kesal.
"Dia itu calon istri gue anjer! mana mau dia sama lo." sahut Lino dengan kesal.
"Apaan sih! udah, lo sama adek kelas aja noh. Biarin gue sama Jihan bahagia ngapa sih!" Gilang juga ikutan kesal.
"Kalian berdua kalo masih bacot, gue tendang ya?!" ancam Anggita yang pusing mendengarkannya. Pasalnya, Anggita itu lagi tidur. Terus, Lino dan Gilang datang-datang malah berisik. Tentunya Anggita murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Girl [BrokenHome]
Historia Corta"Gue cuma gadis biasa. apa pantes ada di dunia?" -Anesya Jihan Pratiwi.