03. Baikan

91 9 0
                                    

"Teteh tepat waktu kan jemput kalian, apa Teteh telat?" Tanya Jihan setelah sampai di sekolah Adiknya.

"Ngga kok Teh. Teh kita maen dulu yuk. Aku bosen dirumah." Ucap Dian. Jihan lagi-lagi tersenyum melihat adiknya.

"Emang mau kemana? Teteh gak punya uang kalo ke Timezone." Sahut Jihan.

"Ish kita ke taman aja. Kan kita sekarang jarang banget jalan-jalan Teh. Apalagi Mamah sama Bapak sibuk banget. Kita cuma punya Teteh yang selalu nemenin kita." Ucap Daffa membuat hati Jihan sakit. Ingin rasanya Jihan menangis sekarang, namun Jihan tak boleh menangis sekarang.

"Iya ayo, Teteh ajak ke taman ya? Sekalian kita beli es krim." Ucap Jihan.

"Katanya Teteh gak punya uang?" Ucap Dian.

"Tenang aja, kalo buat beli es krim, Teteh masih bisa beli. Ayo, sekarang naik ke motor." Perintah Jihan dan Adik-adiknya langsung naik ke motornya.

~~•~~

Jihan menatap adik-adiknya sedang lari-larian bersama anak seumuran mereka. Jihan tersenyum melihat itu. Melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah adik-adiknya.

Rasanya sakit jika ia mengingat fakta kalau orang tuanya akan berpisah. Bagaiman dengan adik-adiknya? Apakah masih bisa mereka bahagia setelah mengetahui kabar ini?

"Teteh harap, kalian tetep bahagia ya de. Teteh gak bisa liat kalian nangis." Gumam Jihan.

"Teteh." Panggil Daffa dan Dian. Jihan langsung menghampiri mereka.

"Kenapa?" Tanya Jihan.

"Aku capek. Pengen pulang." Rengek Dian.

"Aku juga mau pulang Teh."

"Yaudah kita pulang yuk." Ucap Jihan lalu berjalan ke motornya bersama dua adiknya.

Setelah 30 menit, akhirnya mereka sampe dirumah dan berganti baju. Jihan duduk dulu sejenak, untuk menghilangkan stres yang melanda kepalanya. Kepalanya sangat berat. Jihan rasa, jika ia tak melihat adik-adiknya. Jihan akan bunuh diri.

"Semoga setelah ada badai, akan ada pelangi yang datang walaupun sesaat setidaknya gue bisa ngerasain lagi apa itu bahagia." Gumam Jihan sembari memijat pelipisnya yang pusing.

Jihan tertidur, hari ini sangat melelehkan. Pura-pura bahagia itu butuh tenaga.

Mamah Jihan masuk ke kamar Jihan, lalu melihat anak sulungnya dengan tatapan sendu. Mamah Jihan tahu, Jihan pasti memikul beban yang sangat berat sebagai anak sulung. Apalagi, diumurnya yang masih muda dan harus dihadapkan dengan masalah yang rumit seperti ini.

"Maafin mamah, mamah belum bisa bahagiain kalian bertiga. Mamah minta maaf. Semoga kamu selalu bahagia nak. Semoga kamu tidak seperti mamah di masa depan." Ucap mamah Jihan lalu mengecup kening Jihan. Ia pergi keluar.

Jihan belum tertidur. Jihan mendengar semua perkataan mamahnya. Jihan sengaja tidak bangun, ia tak ingin menangis di depan mamahnya.

-

Jihan melihat kedua adiknya yang sudah duduk dilantai sambil makan sarapannya. Jihan tak ingin sarapan, karena ia tak merasa lapar dan juga ia sudah terbiasa tidak sarapan.

"Mah, aku ditagih Spp sama bu Lala." Ucap Dian.

"Aku juga mah." Timpal Daffa.

"Yaudah, nanti mamah bayar kalo Bapak kalian udah ngirim uang ya." Ucap Mamah.

"Mah, Jihan berangkat ya." Ucap Jihan sembari berpamitan pada mamahnya.

Jihan berjalan ke depan gang. Menunggu angkot yang menuju ke sekolahnya. Jihan menunggu beberapa menit, tapi angkot tak kunjung datang.

"DOR!"

Jihan terkejut karena ini lagi. Jihan sudah tahu siapa orang yang mengagetinya.

"Lino, lo gak usah ngagetin bisa?" Kesal Jihan.

"Asik! Akhirnya gue bisa liat lo kesel." Ucapnya sumringah. Jihan hanya diam saja tak berekspresi.

"Ngapain kesini?"

"Ayo ke sekolah sama gue. Gue tau lo nungguin angkot kelamaan." Pintanya.

"Gak usah, nanti ngerepotin." Tolak Jihan dengan halus.

"Gue udah jauh-jauh loh kesini. Masa lo gak mau sih. Gak ngehargain banget. Jadi, pertemanan kita cu-"

"Iya iya. Bawel banget!" Ucap Jihan yang memotong perkataan Lino. Lino terkekeh geli mendengarnya. Akhirnya Jihan naik ke motor Lino.

"Pegangan ya, gue mau jadi rossi nih. Takut telat."

"Modus lo!"

Akhirnya mereka sampai ke sekolah setelah ada acara debat di motor karena Lino yang ngebut seperti orang kesetanan membuat Jihan sawan.

Jihan turun dari motor dan langsung pergi meninggalkan Lino yang sedang cengengesan. Jihan semakin kesal saja melihat Lino yang dengan wajah tanpa dosanya ia mengacak rambut Jihan.

"Bikin kesel mulu kenapa sih?" Sungut Jihan yang sudah lelah dengan kejahilan Lino.

"Kan hobi baru gue bikin lo kesel. Biar ekspresi lo gak senyum doang." Balasnya membuat Jihan diam.

"Kenapa diem?" Ucap Lino yang terlalu peka.

"No, lo ke kelas duluan ya. Gue mau ke kamar mandi dulu."

"Siniin tas lo, gue bawa ke kelas." Titah Lino, Jihan memberikan tasnya.

"Makasih ya." Ucap Jihan dengan senyumannya.

Jihan langsung pergi ke tempat Anggita memanggilnya tanpa suara. Jihan itu peka, makanya dia langsung menghampir Anggita ke ruang UKS. Disana, sudah ada 5 orang lainnya yang dulu pernah bareng-bareng bersama Jihan.

"Han."

"Gue dipercayain buat ngomong sama lo sebagai perwakilan dari mereka." Ucap Nisrina. Jihan hanya diam, mendengarkan lanjutan katanya.

"Kita minta maaf atas apa semua yang kita perbuat. Kita tau kita salah, dan sekarang kita mau perbaiki semuanya. Asal lo tau, tanpa lo kita gak bakalan jadi AL3NKW." Lanjut Nisrina.

"Kita gak bisa ngelarang lo ini itu, karena itu hak lo. Dan lo juga gak pernah ngelarang kita. Malahan lo ngedukung apa yang kita mau. Tapi begonya, kita malah benci sama lo."

"Jihan, gue dan yang lainnya minta maaf. Lo maukan maafin kita?" Finalnya. Jihan menatap mereka dengan sendu. Setelah setahun ini mereka menjauh darinya, sekarang mereka ingin mendekat lagi. Setelah keadaannya runyam seperti ini.

Jihan menghembuskan nafasnya, pertanda kalo ia sudah lelah dengan semua permasalahan dan kesalahpahaman yang terjadi.

"Gue juga minta maaf, gue bikin kalian gak suka sama gue karena sikap gue. Gue gak pernah nganggep kalian musuh. Karena, kalian tetep sahabat gue." Ucap Jihan dengan senyum tulusnya membuat mereka semua tersenyum senang lalu memeluk Jihan secara bersamaan.

Jihan tersenyum bahagia.

"Lain kali lo pada kalo mau ngejauhin gue pake alesan yang bagus kek. Ini malah kaya gitu alesannya." Komentar Jihan dengan tawanya.

"Lagian lo, udah tau banyak yang manfaatin masih aja baik sama orang." Sahut Widia.

"Lo juga sama kaya gue Wid." Balas Jihan tak terima.

"Kita semua baik. Sama-sama dimanfaatin orang." Final Lusi membuat mereka langsung diam.

"Kok pada diem?" Tanya Kiki bingung.

"Biasa ada kipas lagi nyanyi Ki." Sahut Anggita.

"Disini gak ada kipas Git. Please deh." Kesal Nadia.

"Makanya beliin dong kipasnya, supaya kedengeran suara nyanyian kipasnya." Ucap Widia.

"Malah dilanjut. Pelajaran Bu Kike woy sekarang! Balik ke kelas." Perintah Nisrina. Dan mereka semua pun pergi ke kelas.

©©©©
How are u guys?

Ordinary Girl [BrokenHome]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang