Menikah✔

1.3K 73 1
                                    


"Dulu kau yang menjanjikan aku dengan janji palsu untuk menikah denganku."
-
 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


              


     Hari ini, hari yang aku tunggu dari bulan lalu. Hari di mana hati ini butuh pemasok hati lainnya. Terkadang menolak bukan berarti tidak ada rasa sama sepertiku, menolaknya bukan berarti aku tidak ingin bersamanya.

      Hati ini selalu ingin bersamanya akan tetapi takdir berkata lain. Dia terus memancingku untuk  kembali kepadanya dengan cara apapun  membuatku sedikit muak. Dia tidak pernah tau bagaimana rasanya jadi aku, saat itu ditinggalkan di hari bahagia.
   
Aku memandang pantulan cermin besar dihadapanku dengan sedikit kagum, jujur saja baru saat ini aku mengenakan pakaian dan juga khimar panjang, aku sedikit pangling dengan diriku sendiri. Hanya memoleskan sedikit make-up  sedikit natural dan juga tidak berlebihan.

Aku segera merogoh tas di atas ranjang lalu berjalan keluar rumah menunggu pangeran menjemputku menuju istana kekecewaan.

Menunggunya membuatku sedikit gerah, netraku melirik arloji di tangan kananku yang menunjukan pukul 08:00. Sebentar lagi acara yang aku tunggu-tunggu akan segera berlansung.
  
Suara klakson mobil terdengar dari teras rumah, aku berdecak seraya berjalan dengan gontai membuka sedikit gerbang berwarna hitam milikku. Saat aku buka ternyata Raga sedang turun dari mobil, dengan kemeja panjang berwarna biru dan juga celana hitam tak lupa sepatu yang membalut kakinya. Membuat Raga terlihat sangat tampan bahkan lebih tampan dari sebelumnya.

Raga berjalan mendekatiku lalu membisikan sesuatu di telingga kananku. "Kamu cantik." Ucapannya  membuatku tersipu malu bahkan Jantung ini berdetak lebih cepat, memegang dada kiriku seraya menetralkan rasa gugup berhadapan dengannya. Sebagian hati ini sudah dia ambil tapi belum semua sebagian lagi masih ada yang lain. Yah! Dia Kevin yang dulu tapi bukan milikku lagi sekarang.
    
Tangan Raga mengusap  pipiku dengan lembut bahkan aku merasakan seperti ada sensasi berbeda dengannya seperti ada yang mengalir hebat di dalam diriku.

"Kenapa?" aku hanya menggelengkan kepalaku seraya tangan ini di tarik masuk ke dalam olehnya.

      "Kenapa pake mobil?" tanyaku setelah Raga duduk di bangku kemudi kemudian menstaternya dengan kecepatan sedang.

     "Mau saja," jawab Raga, membuatku mendengus kesal, sudah hampir satu bulan aku mengenalnya akan tetapi tidak ada perubahan sikap yang dia tunjukan padaku malah semakin datar dan ketus.

    "Hm."

     Aku hanya mendehem tanpa ingin mengucapkan sepatah kata pun  kepadanya, sedangkan dia tersenyum melihatku sedikit mengerutkan bibirku kedepan.

      "Sudah siapkan hati?" tanya Raga masih menatap depan. Aku mengangkat bahu acuh, dia melirikku sekilas lalu kembali lagi fokus menyetir.

         "Bisa, cepetan gak?"

      Raga mengangguk, menginjak gas membuat mobil yang aku tumpangi melaju cepat membelah jalan kota yang cukup ramai.

     "LO MAU NGAJAK GUE MATI, Raga!"

      Dia terbahak melihat ekspresiku sekarang, jujur saja aku sedikit takut dia melajukan mobilnya dengan cepat.

      "Tadi, kamu suruh saya cepat," jelasnya, aku menoyor kepalanya. "Gak kayak tadilah, Pak. Saya belum nikah sama belum punya anak sama suami," sahutku pura-pura dramatis.

     "Mau, saya nikahin sekarang." Raga menaikan halisnya satu sebelah kanan. Aku mendengus kesal sifat narsisnya mulai keluar saat ini.

     "Enggak, gue gak mau nikah muda!" teriakku di dalam mobil, Raga menutup satu telinganya dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya mencengkam kuat stir mobil.

     "Yakin!" godanya lagi, aku hanya mendehem saja seraya terkekeh. "Nikah bukan ajang pamer saja, banyak banget orang yang terburu-buru untuk menikah."

      Raga tersenyum mendengar ucapan dariku. "Bukan begitu. Menikah itu wajib hukumnya harus segera dilaksanakan jika sudah mempunyai pasangan yang pas untuk menuntun kita kejannahnya, itu semua untuk menghindari dari godaan setan. Kamu tau 'kan setan sering mengoda manusia yang sedang berduaan," jelas Raga. Aku hanya mengangguk sembari berusaha mencerna setiap ucapan dari laki-laki di sebelahku.

       "Masa? kayak kita berdua?" tanyaku dengan polos membuat laki-laki itu menarik  pipiku dengan tangannya.

      "Hem  jadi saya harus menjaga batas dari wanita secantik kamu."

     "Apasih! Gombal banget," ucapku sedikit ketus.

     "Saya gak gombal, saya berkata jujur, Nas." Aku mengangguk lalu melirik sekilas kearahnya. Pipiku bahkan sudah berubah merah merona karena ulahnya.

      Tangan kanannya mengelus pipiku dengan lembut namun aku segera menepisnya mengingat ucapannya beberapa menit yang lalu.

      "Ih, jangan Pegang-pegang. Gue takut ada setan lewat," elakku asal tanpa mencerna setiap ucapanku.

      "Saya tanya sekali lagi. Mau saya halalin biar bisa terus sama kamu sama nyentuh kamu setiap saat," ucap Raga dengan nada menggodaku. Tanganku terangkat untuk menarik rambut yang sudah disisir rapih olehnya membuat rambutnya sedikit berantakan akibat ulahku.

     "Lama banget, sih," gerutuku dengan pelan, Raga melirikku sekilas. "Seantusias itu kamu datang ke acara mantan? nanti juga kamu bakal nangis liat mantan kamu menyebutin nama cewek lagi selain kamu." Ucapannya membuatku tertunduk, bener katanya itu sangat benar.

    Aku masih plin-plan dengan perasaanku sendiri di satu sisi aku nyaman dengan Raga dan di sisi lain aku masih ada rasa untuk Kevin. Semuanya membuatku bingung.

     "Lima menit lagi," ucap Raga datar tanpa melihat ataupun  melirik kearahku. Apakah dia marah?

      Sesampainya di gedung yang bernuasa putih, biru membuatku sedikit kagum dengan penataan semua ini. Sekilas aku mengingatnya lagi, air mataku sudah tidak terbendung walaupun hanya beberapa tetes saja namun aku segera menghapusnya lagi.

     Aku mengandeng tangan Raga mengapitnya membuat diriku sedikit merapat padanya. Tangannya meraih tanganku lalu mengenggamnya dengan erat memberiku kehangatan saat ini.

     Netraku tertuju pada foto-foto yang berjajaran setiap lorong gedung ini. Foto Kevin dan Juga Zikra dengan berbagai gaya, aku tersenyum getir. Aku berharap di foto itu aku dan juga Kevin tapi nyatanya mustahil dia bersama wanita lain yang lebih cantik dan pintar dariku.

     Gedungnya sangat luas, bahkan beribu-biru manusia berhilir mudik, tentu saja Kevin anak pertama dari miliarder ternama di Indonesia sama seperti Zikra seorang anak Jendral panglima TNI yang sangat terkenal, yang aku tau mereka banyak sekali teman di luar kota dan juga luar negeri. Berbeda denganku juga laki-laki di sebelahku yang masih fokus berjalan menggandeng tanganku.

   Raga menuntunku duduk di antara kursi-kursi yang berjejeran rapih tanpa cela. Raga masih menggengamku di bawah sana lalu netranya mendongak kearahku.

    "Kamu tidak apa-apa?" tanya Raga padaku. Aku hanya menggelengkan kepalaku lalu menunduk kepala memainkan jari jemariku.

    "Kalau di depan dia jangan panggil Lo-gue, panggil aja Aku-kamu. Okey!" saran Raga. Aku kembali mengangguk lagi tanpa berniat menjawabnya sama sekali.

     Kemudian netraku melihat Kevin sedang berjalan dengan Ibu dan ayah mantan calon mertua yang tampak sangat bahagia, tapi aku tidak melihat sorot bahagia di wajah Kevin hanya tersenyum tipis seperti dipaksa. Aku rasa Kevin tidak bahagia dengan pernikahan ini, lalu buat apa Kevin mengajak Zikra menikah? Untuk membuatku cemburu begitu.

     Kevin bersiap untuk mengucapkan ijab kobul yang pertama dan terakhirnya. Dia tampak menarik napas panjang lalu menghembuskannya berlahan lewat hidung. Netranya menatapku dengan sendu, aku membalas tatapannya sekilas Kevin tersenyum getir di sana.

    Kevin menjabat tangan laki-laki parubaya dihadapannya, dia tampak sekali grogi bahkan tangannya sudah gemeteran memegang tangan parubaya dihadapanya.

    "Siap!"

     Kevin mengangguk. Ini waktunya aku harus mempersiapkan hatiku, memberikan kekuatan untuk hati dan juga ragaku. Aku ingin sekali menangis melihatnya tapi aku bukan siapa-siapanya lagi, kalau dulu kita tak berpisah mungkin aku yang sedang berada di sana bukan dia wanita yang sangat mencintai Kevin.

     Lalu, mataku beralih pada wanita yang sedang menuruni tangga diapit dua orang wanita parubaya.

      Mataku tertuju padanya, aku akui Zikra sangat-sangat cantik melebihi diriku pantas saja Kevin sangat mencintainya. Kemudian wanita itu duduk di sebelah Kevin seraya menunduk menahan groginya.

       "Saudara Kevin Pratama bin Purnama Pratama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Zikra Maurajuni dengan maskawin seperangkat alat solat, dibayar tunai."

     'Deg'

     Aku mulai meneteskan air mata, rasa sesak di dalam dada ini melihatnya bersanding tapi bukan dengan aku.
   

Sungguh menyedihkan.

"Saya Terima nikah dan kawinnya Nas ...."

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pacar kontrak  |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang