Ambivalen

1.1K 64 4
                                    

"Cinta adalah ujian, bersama atau tidak itu hak kuasa. Manusia hanya bermain peran dan pencipta adalah yang kuasa menentukan semuanya hidup, cinta, dan mati."

Ambivalen :  Bercabang dua yang saling bertentangan (seperti mencintai dan membenci orang yang sama).

 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





     "Saya Terima nikah dan kawinnya Nas ...."

      'Deg'

    Mengapa namaku yang hampir disebutnya? Aku bisa merasakan, apa yang dirasakan oleh wanita di sebelah laki-laki itu pasti sakit.

     Sakit, mendengar calon suami menyebut nama wanita lain di dalam ijab kobulnya. Memang, aku ingin bersamanya tapi aku tak mau menghancurkan rencana yang sudah Kevin dan Zikra bangun sejak lama,  aku pun masih ada laki-laki di sebelahku yang sedang menatapku dengan lekat. Tangannya menupuk pelan bahuku membuatku sedikit tersentak.

     "Jangan nangis!"

Tangannya mengusap bekas air mata di pipiku, aku hanya mengangguk samar. Ingin sekali menangis tak kala mendengarkan namaku hampir saja disebut olehnya.

Ya Tuhan, kenapa dia gegabah seperti itu?

Dan bahkan Kevin menatapku  begitu sama setelah dia salah mengucapkan nama itu membuat hati ini sedikit teriris bersamaan dengan air mata yang keluar.

Tidak-tidak, benteng pertahananku tak boleh hancur hanya karena Kevin menatapku dengan sendu seolah mengatakan dia tidak siap akan pernikahan ini.

Aku menghela napas bersamaan dengan air mata kekecewaan dan juga mengikhlaskan. Ikhlas, sungguh aku ikhlas walaupun aku rindu kenangannya.


Kevin kembali menjabat tangan parubaya dihadapanya lalu dia mengangguk setelah mendengar apa yang parubaya itu katakan.

"Santai Nak Kevin, tarik napas lalu buang. Fokus!" ucap parubaya dihadapannya, Kevin mengangguk kembali seraya menarik napas panjang.

"Saudara Kevin Pratama bin Purnama pratama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Zikra Maurajuni dengan maskawin seperangkat alat solat, dibayar tunai."

"Saya Terima nikah dan kawinnya Zikra Maurajuni binti Abdul Hustan dengan maskawin tersebut tunai."

     "Sah."

     "Sah."

"Alhamdulillah."

  Aku menangis dalam diam, hati ini serasa ditusuk beribu belati membuatnya menjadi sesak dan juga panas. Inikah, rasanya di tinggal menikah oleh mantan kekasih yang susah sekali untuk melupakannya.

Aku sesekali tertawa, meratapi kebodohanku akhir-akhir ini. Bodoh! Intinya aku Bodoh mengharapkannya, walaupun aku tau dia juga mengharapkanku tapi aku tidak ingin bersamanya lagi.

Hati, logika dan juga perasaan saling bertolak belakang dengan keadaanku saat ini. Berjalan bersama pun tak bisa, sekarang berpisah adalah yang terbaik. Penyesalan selalu datang terakhir....

Aku segera bangkit dari dudukku berjalan menuju mimbar keikhlasan yang membuat dada ini sesak.  Genggaman tangannya  begitu kuat sesekali menyuruhku tersenyum walaupun dia tau bahwa aku tidak bisa tersenyum.

Pacar kontrak  |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang