Maaf

902 59 0
                                    

"Berusaha memaafkan itu sulit apapun masalahnya."

Setelah beberapa menit laki-laki menbantingkan stir ke kanan ke kiri, akhirnya ia menghentikan mobilnya tepat di depan rumah sakit.

Abas menoleh. "Bang, lo turun di sini. Engga mau  balik ke rumah dulu, istirahat?"

Raga menggelengkan kepalanya, ia turun dari mobil hanya berbekal ponsel dan dompet. Laki-laki itu menatap Adiknya yang sedang duduk manis di belakang supir. "Titip koper."

Abas mengangkat jempolnya ke atas, laki-laki itu menghela napas saat mobil yang di tumpangi Abas menghilang dari pandangannya. Tangannya memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri kemudian berjalan memenui Nasya.

Raga memeluk tubuh wanita di depannya sembari mengucapkan maaf di telinga gadis yang tampak acuh dengan kehadirannya. Nasya menghela napas, sedikit mendorong dada Raga dan mundur beberapa langkah ke belakang.

Raga berkata, "Maaf, saya baru menemuimu." Tangannya menggengam tangan seseorang di depannya, laki-laki itu bahkan mengiraukan kantuk yang kini menderanya, matanya tidak bisa di buka sempurna dan tubuhnya sakit. Ia memutuskan langsung datang ke sini dari pada beristirahat terlebih dahulu di rumah.


Nasya mengangguk paham selagi tangannya melepaskan tangan laki-laki itu.
"Iya."


Ia menatap lain arah, Raga tampak mengambil napas sejenak setelah itu mengusap lembut pipi wanita di depannya.

"Kamu marah sama saya?" tanya Raga, memastikan.

Nasya menundukkan kepalanya, sembari memainkan tangannya. Raga mengusap pucuk kepalanya gadis yang memakai kerudung pasmina hitam.

"Saya tau kamu marah sama saya."

Nasya membuang pandangannya ke lain arah, dia mendengus kesal tanpa melihat kearah Raga. "Marah juga engga berhak kok, gue bukan siapa-siapa lo sekarang."
 

Laki-laki itu  terdiam kaku, mengangguk kepalanya.  Dan tanpa di sangka ia pergi begitu saja,  meninggalkan Nasya sendiri tanpa pamit kepadanya.

"Gila, gue ditinggal. Dasar Tuir!"


            

                               

                                       ____

 
Nando membuka pelan pintu rawat milik Zikra, hatinya begitu sakit kala melihat orang yang berarti di hidupnya sedang tertidur kaku di atas ranjang.

Laki-laki itu mendekat, duduk di sebelah gadis itu tertidur pulas dengan tenang. Nando membelai wajah wanita dihadapannya dengan lembut, sudah hampir sepuluh hari gadis itu masih saja tertidur seperti ini dan tidak ada perubahan. Diam membisu tanpa menjawab perkataannya yang panjang yang hampir dia lontarkan setiap dari di sampingnya.

"Za, lo kapan bangun?"

Nando menghela napasnya, tangannya dengan ragu meraih tangan gadis itu.

"Lo kapan sadar, gue kangen lo," ucap Nando sembari sedikit mencondongkan tubuhnya mendekat kearah wanita yang sedang tertidur pulas.

Pacar kontrak  |Tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang