😗 1 😗

6.6K 567 70
                                    

JAEMIN POV

"Jeno, ayolah!" Aku menggoyangkan lengan Jeno yang kekar seakan terbuat dari batu. Keras betul!

Tanpa memandang ke arahku, Jeno masih fokus dengan pemandangan di depannya. "Ck. Jangan mengganggu, Na Jaemin!" Jeno mengibaskan tanganku dengan keras hingga aku terjungkal.

"Sakit, sialan!" Aku memeriksa siku kananku yang tadi menjadi tumpuan ketika terjatuh dan mendapati ada memar kebiruan disana.

Mataku melotot saat melihat perubahan warna yang cepat. "Jeno, lihat! Jadi membiru!" Jeno melirikku sekilas lalu kembali fokus dengan game di layar komputernya.

"Apa peduliku?" Ia berkata dengan nada mengejek.

Tanpa menghiraukan rasa sakit, aku berlutut di sebelah Jeno yang duduk di kursi singgasananya. "Sebentar saja, Jeno-ya. Kau tak akan menyesal. Ku jamin!" Aku mengacungkan dua jemariku membentuk simbol peace.

Jeno menghela napas panjang. Mulai lelah menghadapi sifat kepala batuku. "Baiklah." Jeno keluar dari gamenya dan memutar kursi ke arahku yang kini duduk diatas karpet kamarnya.

"Besok aku akan berkencan dengan Chaeryeong." ujarku.

"Lalu?" Jeno mengangkat sebelah alis.

Menjeda sejenak, aku menatap rambutnya. "Aku berencana menciumnya." ucapku.

"Lalu? Tak ada hubungannya denganku, kan?" Jeno terlihat tak peduli.

"Itu...ehm..." Aku menggaruk pipiku gugup. Menimbang-nimbang untuk mengatakannya atau tidak.

"Kenapa? Sekali lagi kau bergumam, aku lanjutkan gameku." Jeno mulai mengalihkan pandangannya ke komputer. Memainkan mouse kesayangannya.

Menghela napas dan menghembuskannya pelan, aku meyakinkan diri. Baik, aku siap. "Ajariakuberciuman." Tanpa sadar aku berkata cepat. Bahkan sepertinya Changbin Stray Kids pun kalah cepat.

"Hah?" Jeno menoleh, lantas melongo layaknya orang tolol. "Apa yang kau bicarakan? Cepat sekali."

"Aku ingin kau mengajariku berciuman. Kau kan sudah sering berpacaran. Pengalamanmu pasti sangat banyak, kan?" Kini aku mulai bersemangat dan memandang lekat ke arah Jeno.

"Pengalaman, your ass!" Jeno melemparku dengan bantal leher bergambar Ryan pemberianku. "Jangan mengada-ada. Lebih baik kau segera pulang. Minum susu, mencuci kaki, lalu tidur."

"Aku tak pernah minum susu lagi, sialan!" teriakku kesal saat Jeno berbalik kembali menghadap komputer dan hendak masuk ke gamenya kembali.

Melihat itu, aku tak mau menyerah. Demi seorang Chaeryeong, aku harus mencari pengalaman dengan mengandalkan si pelit Jeno. Maka dengan muka tebal, aku duduk mendekat ke ujung kasur, tersenyum licik. "Kau akan menolak monitor 32 inchi dan video game cuma-cuma? Ayolah, hanya ciuman, Jeno!" Aku berteriak sedikit kesal. Memberikan penawaran yang mungkin bisa meluluhkan teman batuku ini.

Kulihat ia terdiam sejenak dan mengetukkan jarinya pada meja. "Oke, deal!" Jeno tidak lagi memegang mouse, lalu berkata lagi, "Tapi semua itu harus ada besok pagi." Kini Jeno bangkit dari kursi dengan wajah lempengnya. Ia menyodorkan tangan kanan, mangajakku bersalaman atas keputusan yang ia buat.

"Deal!" Aku menyambut uluran tangan, menyetujui pintanya. Setelah tautan tangan kami terpisah, aku segera menghubungi asisten ayah untuk menuruti permintaan Jeno—atas namaku. Baru kali ini aku merasa beruntung menjadi darah daging orang kaya.

"Sudah kubilang pada Lee ahjussi. Kau tak bisa menolak lagi, oke?"
Aku tersenyum lebar seraya menghempas ponsel ke atas kasur.

"Hm." Jeno mengangkat bahu. Ia mengambil duduk lalu bersandar pada kepala ranjang dengan bantal yang tertindih punggungnya.

[REMAKE] FIRST KISS | Nomin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang